Seven Marriage Proposal (4)

1.3K 75 83
                                    

Siwon menemukan mobil pemuda itu dalam keadaan terparkir sembarangan disalah satu sisi jalanan distrik Nowon yang sunyi. Ada beberapa bekas penyok pada bagian depan mobil keluaran Hyundai tersebut, bukti bahwa kuda besi itu kemungkinan besar menabrak sesuatu sebelum sampai disini. Ia membantu sang kekasih untuk keluar dan pindah ke kursi penumpang Audi nya, tentu setelah menghubungi salah satu bawahannya untuk mengambil mobil Kyuhyun. Mobil itu akan mendapat perbaikan sebelum kembali diantar ke rumah pemiliknya. Ia melajukan mobilnya menuju sebuah restoran cepat saji yang buka 24 jam, karena jam sudah menunjukkan angka 11 malam dan pastinya tidak ada satu pun kafe yang buka. Segelas milkshake vanilla dan satu porsi kentang goreng sudah tersaji didepan pemuda tersebut. Namun, kekasihnya itu menolak menelan apapun hingga sang adik ditemukan. Bibir yang biasa berwarna merah ranum itu, sekarang tampak pucat, menandakan kondisi kesehatan pemiliknya yang mulai menurun.

Ia menggenggam tangan pucat itu dengan lembut, memberikan kecupan pada punggungnya. "Sayang, aku tahu kau lelah karena bekerja, dan aku yakin kau belum menelan apapun sejak sampai di Seoul. Makanlah sesuatu, aku akan membelikan apapun yang kau mau"

"Aku akan makan setelah bertemu Juhyun"

"Sayang...", Siwon menghela nafas pelan. Kekasihnya ini keras kepala, dan itu bukan hal baru. Ia hanya tidak tahu harus melakukan apa kalau sudah begini. "Orang suruhan ku sedang mencarinya. Kurang dari tiga jam, kita akan tahu dimana lokasi Juhyun"

"Aku tidak-", perkataan Kyuhyun terpotong oleh suara bergemuruh samar yang berasal dari perutnya, namun ia yakin bahwa suara tersebut cukup keras untuk didengar lawan bicaranya. Wajah pucat itu seketika dihiasi rona kemerahan tipis, pemiliknya membuang pandangan karena merasa malu.

"Kalau begitu, aku saja yang makan. Aku lapar", namun Siwon tidak menyinggung hal tersebut dan mulai memakan beberapa potong kentang goreng tadi. Walaupun sejujurnya, sekuat tenaga, ia menahan diri untuk tidak tertawa. Terimakasih ia tujukan pada tangan kirinya yang secara reflek mencubit keras pahanya sendiri, menghentikan rasa geli yang terkumpul di perutnya.

Kata - kata itu, cukup untuk memancing yang lebih muda. Siwon tersenyum melihat pemuda tersebut menghabiskan minuman yang ia pesan, setidaknya seporsi kentang goreng yang mereka bagi berdua dan segelas vanilla milkshake, bisa menjadi pengganjal untuk saat ini. Ia tidak akan memaksa Kyuhyun untuk menelan lebih banyak makanan, karena pemuda tersebut beberapa kali tampak memandang kosong kearah jendela saat makan tadi, jelas sekali sedang melamun. Netra coklat karamel itu kehilangan cahayanya, redup dan dingin. Entah apa yang pemuda itu pikirkan, Siwon berharap Kyuhyun mau berbagi dengannya, tidak harus memikul rasa bersalah ataupun sesal sendirian. Ia pribadi, merasa sangat menyesal karena membatalkan janjinya untuk bertemu calon adik iparnya itu empat hari yang lalu, acara makan siang bersama yang bertujuan untuk mengenalkan kedua adik angkatnya pada wanita itu. Jika saja salah satu pemegang saham perusahaannya yang ada di China tidak datang dan memaksa bertemu, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Padahal si tua bangka itu hanya ingin mengenalkan anak perempuannya, seorang model wanita yang sedang berada pada puncak popularitas di negeri berjuluk tirai bambu, seseorang yang tidak penting menurutnya.

Menunggu merupakan kegiatan yang paling ia benci. Jarum jam terus berdetak, lengan panjangnya berputar semakin mendekati angka dua belas, sedangkan angka pendeknya bergerak lambat menunjuk angka dua. Lima belas menit lagi, genap tenggat waktu tiga jam, dan kabar keberadaan Juhyun belum juga ia dengar. Siwon menghela nafas pelan, tak sabar dan muak karena harus menunggu selama ini, padahal ia sudah disibukkan dengan mengkoordinir para bawahannya yang bertugas menyisir setiap tempat di Seoul. Bahkan, ia juga turut menggunakan koneksi 'anak jalanan', para gelandangan yang sering berkeliaran secara individu maupun berkelompok, terkadang mereka memiliki informasi yang tidak dimiliki para polisi dan apa yang kamera CCTV lewatkan. Tetapi, tetap saja hal tersebut butuh waktu karena mereka menggunakan metode 'mulut ke mulut'. Tanpa ponsel atau barang elektronik lainnya yang mempermudah komunikasi, membuat kesabarannya semakin menipis dan nyaris meledak karena emosi yang tertahan. Namun, saat pandangannya tertuju pada sosok sang kekasih yang tertidur dengan kepala bertumpu diatas meja, sukses meluluhkan segala murkanya yang nyaris membakar ubun - ubun.

Side Story of Hide and Seek SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang