hari ini,
hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas.cahaya matahari pagi membangunkan Nadin yang masi pacaran dengan kasur empuknya itu.
dengan sentuhan sejuknya pagi dari jendela, makin membuat Nadin terlarut dalam tidurnya."NADINNNNN AYO BERANGKAT"
satu kalimat teriakan Doni mampu membuat mata Nadin terbuka maksimal, ia melihat jam dinding ada di kamarnya, membuka hpnya hanya untuk memastikan apa yang ia lihat itu benar.
06:15
Nadin cekatan berlari ke kamar mandi, ia yang biasanya menghabiskan 20 menit untuk mandi kini hanya menghabiskan waktu 5 menit.
meskipun ia merasa kurang bersih, ia tak peduli, panik sudah menguasai dirinya.
rambut yang biasa ia kepang kini terkuncir kuda rapih, kaca mata dengan minus 1,25 tertera rapih diatas hidung mancungnya, seragam rapih anti kucel dan jangan lupa sepatu Vans andalannya.
mematut diri di kaca.
and. done.
06:45
"Abang mana ma?" tanya nya panik seraya mengambil sarapannya.
"Udah duluan, kamu naik go*jek aja ya, atau kalau per.." belum selesai mama mengucapkan kalimatnya.
Nadin lebih dulu mencium pipinya seraya mengucapkan salam.
Nadin merasa naik angkot lebih cepat daripada menunggu ojol datang.
ia melangkahkan kaki dengan cepat. poni depan serta rambutnya ikut bergerak sesuai irama kakinya.
Nadin memasuki angkot dengan sedikit menurunkan rok selututnya.
Kali ini Nadin menyesal menaiki angkotan umum, disini hanya ada 4 lelaki tambah satu supir lelaki,
tatapan pria di depan Nadin mencurigakan, mulai dari mimik muka, pakaian, semuanya punya aura menyeramkan.dan parahnya, pria itu menundukan pandangan, Nadin yang menggunakan rok selutut sudah memiringkan duduknya namun tetap saja tatapan itu sangat amat tidak menyenangkan.
karna risih, Nadin memberanikan diri bertanya
"Permisi pak maaf, ada yang salah?" ucapnya tegas, padahal jantungnya seakan melengos dari tempatnya. kini bahkan lelaki lainnya yang terlihat "teman" si pria itu sudah menengok ke arah ku.
Nadin berniat tak memenghiraukannya. Tapi semakin lama, perasaan risih makin menjadi jadi.
Tatapan mereka berubah seperkian detik. Ada yang tersenyum miring memperhatikan temannya yang lain dan saat salah satu dari mereka mengeluarkan Handphone dari sakunya.
Nadin makin takut, suudzon sudah menghantui dirinya. Hingga saat salah satu pria hampir berbicara.
"KIRI PAK, SEKARANG PAK KIRI PAK" ucap Nadin panik.
Ia mengambil langkah besar. setelah membayar ia makin takut dan berjalan lebih cepat.
Langkah yang sangat amat besar.
persetan dengan sekolah, ia merasa saat ini saat saat hidup dan matinya. panik.
Nadin menengok ke belakang untuk memastikan angkot itu pergi.
Alangkah terkejutnya Nadin, pria pria bertubuh besar itu turun juga dari angkutan umum tersebut. Seperti mencari cari keberadaan seseorang.
tak berapa lama,
Tepat saat mata mereka bertemu. Pria pria itu berjalan ke arahnya.Perasaan takut, lelah, dan bingung bercampur,
Nadin tak punya pilihan lain,
ia lari.
---
hai guys maaf yaa kalau pendek,see you on the another chapter!
don't forget to click the star!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Jogja
Teen Fiction[Nadinna azzahra] kalau saja hujan tak turun kala itu, tak ada kata kita saat ini. Rabu, 19 Agustus 2020.