sepuluh

4 1 1
                                    


"Oiya, soal anak dari pemilik sekolah itu, sebenernya dia .."

Nadin menatap papanya menunggu penjelasan lebih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadin menatap papanya menunggu penjelasan lebih.

Manik mata coklat tuanya makin lama makin melebar.

"Ciee nungguin ya?" ucap usil papanya yang di balas tatapan malas anak gadisnya saat ini.

Nadin masih tak menyangka akan jawaban papanya, ia ingin meminta lebih jauh untuk mengetahui si lelaki tanpa nama tapi apa boleh buat gengsi menguasai dirinya.

Tapi bukan Iqbal jika tak bisa memahami hati anak gadisnya sendiri.

tak lama setelah melihat perubahan raut muka Nadin ia menepuk kasur pelan di dekatnya, menyuruh anak gadisnya itu duduk, saat anaknya menghampirinya ia menempatkan dirinya duduk sempurna.

seperti biasa, Iqbal menyentuh rambut Nadin dan bergerak lincah mengepang rambut Nadin,

"Dia itu anak yang baik baik dan penurut"

ucap Iqbal yang sukses membuat pikiran Nadin bercabang.

bagaimana tidak? pakaian lelaki itu yang ia temui tidak serapih anak anak teladan sekolahnya, rambut yang cukup lebat, seragam yang tak terkancing sepenuhnya, bagi Nadin itu tidak mencerminkan sifatnya sama dengan yang papa sebut.

Untuk kesekian kalinya Nadin menepis semua pikiran tentang lelaki itu, lagipula untuk apa memikirkannya?

belum selesai ia berdebat dengan pikirannya, pintu kamar inap papa kembali di ketuk.

lagi lagi kepala Farhan muncul, Nadin hanya bisa mendengus seraya turun dari kasur papanya.

Farhan melangkahkan kaki mendekati papa dengan wajah ceria bahkan lebih cerah dari biasanya, Nadin rasa.

"Surat perpulangannya sudah di cetak ya pak, besok sudah boleh kembali"
ucapnya.
Nadin yang masih belum bisa berhenti debat dengan pikirannya sendiri.

Beberapa detik setelah mencerna perkataan dokter itu,

"TUNGGU! SIAPA YANG PULANG?!"

Gadis JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang