lima

6 1 1
                                    

Nadin tak punya pilihan lain,

ia lari.

Sepatu Vans yang ia gunakan makin terasa panas tiap kali ia menginjakan kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepatu Vans yang ia gunakan makin terasa panas tiap kali ia menginjakan kaki.

Nafasnya makin tidak karuan.

Tanpa terasa air mata mengalir menemani langkah kaki cepat Nadin.

"Mama papa maafin Nadin, Nadin sayang kalian, Nadin gamau nakal lagi, Nadin bisa jadi anak ekstrovert, Nadin mau jadi anak berbakti, Nadin belum jadi dokter huaaa hiks hiks" ucapnya pelan di sela tangis.

sesekali ia menengok ke belakang.
pria pria bertubuh kekar itu masi terus mengikutinya.

"Mba jangan lari mba! ksini sebentar saya ingin bicara!" ucap salah satu bapak bapak yang berlari paling depan.

bukannya merasa baikan ia malah makin takut.

"Pak ya Allah inget anak bini di rumah pak jangan gini lah pak hiks" ucapnya sambil terus berlari.

Air matanya terus mengalir.
Orang orang yang berlalulalang hanya berfikir bahwa Nadin adalah anak yang sedang kabur dan di kejar orang tuanya.

Sudah jauh Nadin berlari, tiap belokan ia berbelok.

Kakinya gemetar. badannya lemas.
hingga pada saatnya, ia terduduk lemas.

tubuhnya letih. ia pasrah.

tak selang beberapa lama ia dibantu berdiri oleh seorang lelaki muda, terlihat seumuran dengannya.

pakaian seragam SMA yang sama menghiasi seragam mereka.

mereka satu sekolah, tapi Nadin sama sekali tak mengenalinya.

tapi itu tidak penting sama sekali.

Nadin bangkit. berdiri di belakang lelaki itu.

"G-gue ga t-tau siapa lo, t-tapi please bantu gue menghindar dari bapak bapak nyeremin itu!" tunjuk Nadin menangis dan gemetar.

Lelaki yang ia ajak bicara hanya diam.
menatap bapak bapak yang Nadin maksud.

bapak bapak yang Nadin maksud makin mendekat menepis jarak diantara mereka.

tiba saat saat mencengangkan.

bapak bapak itu makin mendekat.
Nadin menipiskan jarak antara ia dan lelaki yang baru saja ia temui itu.

lelaki itu menyadarinya. Nadin takut.

lelaki itu menoleh sebentar.

"Gapapa, jangan takut"

entah apa. tapi Nadin sedikit. seperempat lebih tenang. ga deng. seperdelapan.

bapak bapak itu menghampiri dua anak sma itu dengan nafas yang sangat amat tidak teratur. Ada yang langsung terduduk di trotoar, ada yang menunduk kelelahan, bahkan ada yang sudah dibanjiri keringat.

"Maaf pak bapak sekalian, ada perlu apa ya?" tanya lelaki didepan Nadin itu.

"Oh. i-ini ma-s huh" omongan bapak itu terhenti karna nafasnya yang masi belum teratur.

lelaki didepan Nadin itu mendekati bapak itu, Nadin makin takut.

mengapa satu satunya laki laki yang bisa membantunya malah mendekati bapak bapak kekar itu?

-

"Bapak baik baik aja?" tanya lelaki itu dengan nada lembut.

Mata bapak yang paling depan itu perlahan menutup.

Nadin panik. Apa yang harus ia lakukan?

--

Bau rumah sakit kini tak menyita perhatian Nadin, otaknya sedang berperang dengan hatinya sendiri. Ia tak menyukai orang orang tadi tapi hati kecilnya juga tak tega membiar kan bapak tadi tergeletak di sisi jalan.

"Namanya pak Suparman de" ucap satu satunya temen bapak tadi yang tersedia, sisanya entah dimana. mungkin ada urusan (?)

"Kalau bapak, pak Tejo" ucapnya memperkenalkan diri.

Nadin yang masih mematung di tempat hanya bisa mangut mangut hingga beberapa menit kemudian kesadarannya kembali.

"Maaf pak tapi sebelumnya, bole saya tau motif bapak dan teman teman bapak mengejar saya?"
tanya Nadin takut takut sambil melirik lelaki yang belum ia ketahui namanya hingga saat ini.

Gadis JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang