Bianca berjalan dengan terburu-buru melewati lorong sempit yang menghubungkan bagian dalam kelab dengan pintu masuk, beberapa kali dia berpapasan dengan pria-pria seumurannya yang bersiul dengan kurang ajar ketika dia melewatinya. Bahkan beberapa dari mereka ada yang mencoba menyentuh pantatnya, dan hal itu cukup untuk membuat Bianca ingin menangis. Hatinya seketika memaki ketiga sahabatnya yang tidak bertanggung jawab itu. Andai dia tidak termakan ucapan manis ketiganya, mungkin saat ini dia sedang meringkuk tidur di dalam kamarnya yang hangat.
Bianca sudah akan mencapai pintu keluar ketika seseorang menyampirkan sebuah kain ke tubuhnya. Dengan reflek ia merunduk untuk memeriksa bahunya yang terbuka karena tali spageti dari gaun yang ia pakai kini tiba-tiba menjadi hangat, keheranannya itu seketika terjawab tatkala menemukan sebuah jaket menutupi tubuhnya.
Belum hilang keterkejutannya, tiba-tiba kini tangannya sudah di genggam seseorang. Bianca tadinya akan menghentak genggaman itu, namun ketika akhirnya ia mengetahui siapa orang yang telah melakukan hal itu padanya, dia hanya diam saja saat tangannya di tarik oleh Arion.
Bianca terus menatap punggung kokoh yang hanya berbalut kaos itu, hatinya yang berdentum-dentum karena perlakuan hangat pria itu membuat lidahnya mendadak kelu bahkan untuk sekedar berbasa-basi sekalipun. Mereka sudah melewati pintu keluar yang di jaga oleh beberapa bodyguard, namun anehnya Arion tidak juga melepaskan genggamannya, Bianca bahkan tdak tahu kemana pria itu akan membawanya, karena selain tidak mengatakan kejelasan, Bianca merasa sepertinya Arion juga tidak sadar dengan apa yang di lakukannya sekarang, karena itu lah Bianca memilih untuk berdekham di saat berikutnya.
"Ekhem, Rion sepertinya kamu sudah bisa melepaskan tanganku sekarang!" Bianca berkata dengan sedikit gugup, mengabaikan desiran-desiran halus di jantungnya karena sentuhan pria itu.
Tanpa di minta dua kali Arion langsung melepaskan genggamannya, di waktu yang sama pria itu juga menghentikan langkahnya dengan mendadak sehingga membuat Bianca tanpa sengaja menabrak punggungnya, gadis itu lantas buru-buru memundurkan langkahnya begitu Arion berbalik.
"Kamu naik apa ke sini?" tanya Arion dengan nada datar.
Bianca mengerjap, masih belum mendapatkan fokusnya.
"Bi?" Sembari menyilangkan lengan, Arion meninggikan suaranya.
"Eh? So-sorry, kamu tadi ngomong apa?"
Astaga, sejak kapan kamu jadi segugup ini Bi?
Ckck, itu memang dirimu Bi jika sedang berhadapan dengannya!
"Kamu bawa kendaraan?" Arion bertanya sambil menatap lurus ke arah Bianca yang berdiri dengan salah tingkah.
"Eh?" Kemudian dengan reflek Bianca menggeleng sembari mencengkeram tas selempang miliknya.
"Bagus!"
Hah? Bianca masih belum mengerti dengan jawaban pria itu. Apanya yang bagus, di saat Bianca sendiri tidak tahu harus pulang naik apa? Salahnya memang yang tidak bisa berkendara sendiri, padahal kakaknya memfasilitasinya kendaraan.
"Kalau gitu, biar aku aja yang antar kamu pulang." Arion melanjutkan dengan nada santai, bertolak belakang dengan kedua matanya yang tajam menatap Bianca.
"Eh, nggak usah Rion! Biar aku pesan taksi aja." Bianca menoleh ke kelab itu. "Kamu sebaiknya kembali lagi aja ke dalam, pacarmu pasti sedang mencarimu saat ini." Bianca berusaha menjaga ekspresinya disaat kalimat yang ia lontarkan mencekik tenggorokannya.
Arion mengerutkan dahinya sekilas, sebelum mengulas senyum kecil di bibirnya yang seksi itu, hingga untuk sesaat lamanya Bianca merasa jantungnya nyaris meledak kalau Arion tidak juga menghilangkan senyum itu di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Revenge (On Going)
RomansaJudul awal : Best Mistake Spin-off : Beautiful Mistake Kesalahan Bianca hanya satu, yaitu terlahir menjadi adik kesayangan Raven-pria yang sudah menghancurkan kehidupan adik kesayangan Arion. Dan bagi Arion menghancurkan kehidupan adik dari pria yan...