Bab 3

2K 246 31
                                    

Arion menatap spion mobilnya, yang mana memantulkan gadis yang masih berdiri di depan lobby apartemen dengan sorot mata menajam, pegangannya pada kemudi mengetat, baru beberapa saat yang lalu dia menurunkan gadis itu dan sekarang dia merasa menyesal, seharusnya dia sudah menculik gadis itu agar si bajingan itu menangis darah setelah mengetahui kalau adik kesayangannya tengah menanggung semua dosa-dosanya selama ini. Seharusnya tadi dia membiarkan saja ketika gadis itu akan di jebak oleh teman prianya yang hidung belang, bukannya malah menyelamatkannya dan berperan bak seorang pangeran yang menyelamatkan Tuan putrinya, dan apa tadi katanya? Arion bahkan masih tidak mengerti bagaimana bisa dia mengatakan kalau dirinya adalah calon suami gadis itu? Demi Tuhan, sekarang saja dia sudah merasa mual, membayangkan kalau dirinya akan memanggil Kakak kepada pria bajingan itu.

Arion benci ketika melihat gadis itu tertawa dan memiliki banyak teman, benar-benar berbanding terbalik dengan nasib adik kesayangannya yang mengenaskan. Tiba-tiba berbagai peristiwa kelam yang di alami adiknya di masa lalu bergulung di dalam pikirannya, membuat seluruh darahnya terbakar oleh amarah dan dendam kepada mantan sahabatnya itu. Yeah, si bajingan itu adalah mantan sahabatnya di masa lalu. Sebelum pria itu menyakiti adiknya bertubi-tubi hingga adiknya itu nyaris gila karena kepahitan yang di alaminya di dalam pernikahan mereka. Sampai sekarang Arion bahkan masih bisa mengingat dengan jelas, saat-saat dimana ia hampir kehilangan nyawa adiknya karena ulah mantan sahabatnya itu. Bagi Arion permintaan maaf saja rasanya tidak akan pernah cukup untuk menebus kesalahan-kesalahan yang pernah mantan sahabatnya itu lakukan di hidup adiknya, kecuali jika pria itu bisa menghidupkan lagi calon keponakannya yang kini sudah berada di surga.

Lihat, bahkan hanya dengan kilatan ingatan itu saja sudah membuat Arion ingin menghancurkan semua benda yang ada di sekelilingnya. Betapa amarah itu kini sudah berubah menjadi dendam yang mendarah daging di dalam dirinya. Hingga keinginan untuk menghancurkan kehidupan mantan sahabatnya itu mengalahkan akal sehatnya. Satu tahun ini dia sudah menahan diri untuk membalas apa yang telah di lakukan pria itu kepada adiknya, namun malam ini semuanya berubah. Kehidupan Bianca yang berbanding terbalik dengan kehidupan adiknya yang malang, membuat amarah itu semakin menggelegak di dalam dirinya.

"Biarkan Yasmin mati saja, Kak!" Yasmin terisak dengan begitu kerasnya di pelukan Arion. "Yasmin sudah tidak sanggup menghadapi ini semua, hati Yasmin sakit sekali. Kenapa Tuhan tidak sekalian mencabut saja nyawa Yasmin dalam kecelakaan itu."

Arion memejamkan matanya dengan pedih, sebelah tangannya memegangi tubuh Yasmin yang masih meronta-ronta, sementara satu tangannya lagi menggenggam erat pisau yang berhasil di rebutnya dari tangan Yasmin. Ini sudah ketiga kalinya adiknya itu melakukan percobaan bunuh diri dan itu semua karena mantan sahabatnya yang bajingan itu.

"Ssssstttt ... cukup Yas, Kakak sudah tidak sanggup melihatmu seperti ini!" Arion menghela nafasnya berat, "Kalau kamu memang sebegitu inginnya untuk mati, sebaiknya kamu bunuh Kakak dulu sekarang! Karena kalau Kakak mati lebih dulu maka tidak akan ada yang menghalangimu untuk bunuh diri."

Tiba-tiba Yasmin menghentikan pemberontakannya, wanita muda itu tidak lagi meronta seperti tadi, hanya tangisannya yang menyayat hati yang memenuhi kesunyian kamar itu.

Arion mengetatkan pelukannya pada tubuh Yasmin yang bergetar karena tangis.

"Kau tahu Yas, melihatmu hancur seperti ini hati Kakak sakit sekali. Rasanya Kakak tidak tahan lagi melihatmu hancur terus menerus seperti ini! Karena itu jika kamu memang ingin mati, biarkan kakak yang mati lebih dulu supaya Kakak tidak semakin sedih saat melihat kematianmu!" Usai mengatakan itu Arion melepaskan Yasmin, lalu mengangkat pisau yang masih di genggamnya kearah lehernya. Siap untuk menyayat.

Namun dengan segera Yasmin menahan lengannya, wanita itu langsung memeluk tubuhnya dengan erat. "Maafkan Yasmin Kak, maafkan Yasmin! Tolong Kakak jangan melakukan hal seperti ini, Yasmin mohon."

Love Or Revenge (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang