Bab 6

185 23 7
                                    

"Maaf, aku bisa jalan sendiri." Bianca menunduk sebelum kemudian berjalan mendahului Arion.

Ya Tuhan, bolehkah Bianca menangis saat ini? Tidakkah Arion seperti sedang menarik ulur hatinya saat ini? Sebentar hangat, sebentar dingin. Oh Tuhan, Bianca sungguh merindukan Arion-nya yang dulu.

"Kamu kuliah disini?"

Bianca terkesiap saat tiba-tiba Arion membuka percakapan kembali setelah keheningan panjang selama perjalanan.

"Ya." Bianca melempar senyuman getir pada pria tampan dibalik kemudi yang sedikitpun tidak menoleh kearahnya.

Arion hanya merespon jawaban Bianca dengan anggukan pelan.

Tak ingin berada dalam kecanggungan yang lama di dalam mobil bersama Arion yang begitu dingin, Bianca memutuskan untuk beranjak segera.

"Yaudah kalau gitu aku...."

"Bukannya dulu kamu pengen kuliah di Bandung?" Pertanyaan Arion spontan memotong ucapan Bianca, gadis itu sesaat ternganga tak menyangka jika di balik sikap dingin yang Arion tampilkan sekarang nyatanya pria itu masih mengingat hal-hal kecil mengenai dirinya di masa lalu.

"Uhm ... itu ... Kak Raven nggak mengijinkan aku kuliah di luar kota," jawab Bianca sebelum menggigit bibirnya begitu menyadari kesalahannya yang telah membawa-bawa nama sang kakak di dalam obrolannya bersama Arion.

Decihan pelan reflek terlontar dari mulut Arion. "Memang apa bedanya kuliah disini dengan di luar kota, dia juga tetap sibuk sendiri nggak bisa jagain kamu!"

Bianca tercenung, mengingat sang kakak yang satu tahun ini sibuk mencari keberadaan mantan istrinya yang di sembunyikan oleh Arion. Andai Arion tahu betapa berantakannya hidup kakaknya setelah ia membawa Yasmin pergi dari rumah. Tapi Bianca juga tidak bisa menyalahkan sikap Arion yang seperti itu, ia sangat mengerti betapa keterlaluannya sikap kakaknya di masa lalu terhadap adik dari Arion. Sehingga sulit bagi Bianca memohon kepada Arion agar pria itu mau memberitahu dimana keberadaan Yasmin saat ini.

"Anak gadis nggak boleh banyak melamun!"

Teguran serta sentuhan halus di puncak kepala membuat lamunan Bianca terhenti, gadis itu menatap Arion dengan pipi merona seperti tomat.

"Emang kenapa?" tanyanya dengan polos sebelum tertegun melihat senyuman pria yang duduk disebelahnya.

"Nanti di taksir sama setan yang lewat!" jawaban Arion dengan wajah yang sudah kembali dingin.

"Emangnya setan tahu kalau aku masih gadis atau nggaknya?"

Perdebatan kecil itu berhasil menghilangkan kecanggungan Bianca, seperti menyeretnya kembali ke situasi masa lalu sebelum dirinya dan Arion seasing sekarang.

Detik itu juga Arion menoleh ke tempat Bianca, menatap gadis itu dengan tatapan yang membuat dada Bianca berdebar tak nyaman. Tanpa kata Arion merunduk dengan perlahan kearah wajah Bianca membuat gadis itu menahan napas di kala jarak wajahnya dengan Arion semakin menipis.

"Jangankan setan, aku pun tahu jika apa yang ku ucapkan adalah benar!" bisik Arion tepat disisi wajah Bianca yang memerah.

Diatas joknya Bianca tidak berani bergerak sesentipun, ia tidak tahu apa yang akan Arion lakukan padanya dan hanya bisa menatap kedalam mata pria itu sambil menerka-nerka apakah Arion berniat mencium bibirnya. Kaca mobil Arion terlihat gelap dari luar, jadi tidak masalah jika ciuman pertamanya di lakukan di dalam mobil. Takan ada yang melihat apa yang mereka lakukan di dalam mobil.

Bianca reflek mengigit bibirnya saat merasa Arion akan benar-benar menciumnya, tanpa sadar ia juga memejamkan kedua matanya begitu hembusan nafas pria itu mengenai kulit wajahnya.

Love Or Revenge (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang