Heeseung bangun dari tempat tidurnya dan melihat seluruh tubuhnya,
Kepalanya sangat berat untuk bangun. Tubuhnya terasa retak. Bahkan hampir saja dia sepenuhnya kehilangan kesadaran.
Memang seperti itu nasibnya, Heeseung saja bersyukur jika Tuhan masih memberinya kehidupan untuk hari ini. Padahal setiap hari di pikiran Heeseung selalu muncul rasa takut
Bersyukur pagi ini tidak ada orang dirumah, Heeseung bisa bersiap-siap pergi dengan tidak terburu-buru
Heeseung membawa sketsa di tangannya kemudian menuduki bangku kosong di tengah lapangan sekolah,
"Hei, kamu suka menggambar?"
Heeseung tidak menjawabnya, tidak penting untuk dijawab. Menurutnya ada pertanyaan yang jauh lebih peting daripada itu untuk ia jawab
"Hmm, bisa gambar aku?"
Heeseung meletakan pensilnya kemudian menghadap ke lawan bicaranya,
"Sebelumnya. Aku Park Sunghoon. Kelas sebelas. Salam kenal." Ucapnya sambil tersenyum lembut kepada Heeseung.
"Heeseung."
"Kamu murid pindahan itu ya? Benar kata orang, kamu dingin banget."
"Iya aku juga tahu." Jawab Heeseung dengan begitu singkat.
"Heeseung."
"Sung."
"Heeseung."
"Bisa kan kamu diam? Kamu tau kamu sangat mengganggu ketenangan saya disini?" Karena sudah risih Heeseung memilih untuk agak menjauh.
Sunghoon tertawa kecil "Iya iya aku gak ganggu lagi, gambarlah. Aku hanya duduk disini."
Heesung kembali duduk lagi sementara Sunghoon hanya duduk disebelahnya sambil melihat Heeseung menggambar,
"Umm... Kamu punya pacar?" Tanya Sunghoon tiba-tiba.
Heeseung terdiam sebentar "Maksud kamu bertanya itu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang hampa ✓
Fanfic⎯ lee heeseung; bahkan aku yang dilahirkan sebagai seorang manusia tidak pernah diperlakukan selayaknya manusia.