Deru derap langkah yang kencang menghiasi tempat itu, Heeseung menuju ruangan kepala sekolah dengan secepat mungkin sebelum ada masalah yang jauh lebih berat dibanding ini,
"Permisi, pak." Ucapnya sambil memasuki ruangan tersebut.
Disana sudah ada ayah dan ibu Heeseung, serta Sunghoon yang entah bagaimana ceritanya juga ada disana.
"Heeseung, silahkan masuk."
Heeseung memasuki ruangan itu dengan ragu,
"Heeseung, apa yang dikatakan oleh orang tuamu benar? Kamu memang terbukti sudah kabur dari rumah dan mengikuti Sunghoon?"
Heeseung meneguk salivanya dengan kasar, "Pertama. Jangan bawa nama Sunghoon ke kasus ini. Ini hanya kesalahanku."
Ayah Heeseung menyahut "Tidak. Pasti karena bergaul dengan anak sialan itu sikapnya jadi berubah."
"Ayah! Ayah tau apa tentang Sunghoon?"
"Beraninya kamu!"
"Aku bakal jadi gelandangan kalau Sunghoon tidak ada."
"Banyak alasan kamu! Memang karena anak sialan si Sunghoon ini kamu jadi brengsek."
"Sudah. Mohon ketenangannya ya pak." Perintah sang kepala sekolah untuk menenangkan suasana.
Lanjut sang kepala sekolah "Saya sangat yakin dan percaya bahwa Sunghoon itu adalah anak yang baik. Dan begitu juga dengan Heeseung. Menurut saya, bapak dan ibu terlalu keras memperlakukan Heeseung—"
Sebelum lelaki itu menyelesaikan perkataannya, ibunda Heeseung menjawab "Kami tidak pernah berlebihan terhadap Heeseung. Tapi memang anak ini sudah kurang ajar."
"Hanya satu harapan kami sebagai orang tua..."
"Keluarkan Sunghoon dari tempat ini atau Heeseung yang akan kami pindahkan."
Sunghoon hanya bisa menerima keadaan, dia memilih untuk diam saja selama orang tua Heeseung berkunjung tadi.
Heeseung mendekatinya kemudian bertanya padanya "Sunghoon... Astaga. Aku sungguh minta maaf. Maaf sudah membawamu ke dalam masalah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang hampa ✓
Fiksi Penggemar⎯ lee heeseung; bahkan aku yang dilahirkan sebagai seorang manusia tidak pernah diperlakukan selayaknya manusia.