1. Penolakan

29.5K 1K 29
                                    

Perempuan 27 tahun itu masih mencoba menguatkan hatinya ketika pria di hadapannya jelas-jelas menolaknya. Vanda Afriska-seseorang perempuan lembut yang mencintai Razka Fahriansyah. Vanda menyukai Razka sudah sejak mereka duduk di bangku SMP. Selama 13 tahun Vanda menyukai sahabatnya itu. Bermula dari masa sekolah di bangku putih biru, hingga perasaan itu masih berlanjut sampai sekarang. Rasa cinta Vanda terhadap Razka tidak pernah luntur sedikit pun meski banyak pria lain yang lebih tampan atau lebih mapan daripada Razka yang gencar mendekati Vanda.

Dan hari ini setelah Razka kembali ke Indonesia usai menyelesaikan pendidikan S2-nya di Jerman, Vanda berani menyatakan perasaannya pada Razka. Tak mudah bagi Vanda mengungkapkannya pada Razka karena Vanda bukanlah seorang yang pandai berkata. Terlebih Vanda seorang wanita yang seharusnya menunggu ungkapa cinta itu keluar dari mulut Raska. Nyatanya kata cinta itu tak kunjung mengudara dari bibi Razka. Memaksa Vanda untuk memberanikan diri mengungkapkannya lebih dulu meski harus mempertaruhkan harga dirinya sebagai seorang wanita.

Semenjak kecil Vanda cenderung pendiam dan lemah lembut. Ia tidak pernah bertutur kata yang tidak sopan. Sifatnya itu menurun dari mamanya. Diamnya terkadang membuatnya merasakan perih. Ia selalu menahan perih itu sendirian, termasuk mencintai Razka diam-diam. Namun, untuk kali ini ia ingin mengungkapkannya pada Razka sebelum ia pergi ke Inggris. Ya, setelah Razka lulus dan kembali ke Indonesia, malah Vanda yang hendak melanjutkan kuliah di Oxford University. Vanda rela resign dari perusahaan papanya demi melanjutkan pendidikan, tapi ia tidak rela membiarkan hatinya gundah selama belum mengungkapkan perasaannya pada Razka.

"Maaf ya, Van. Aku belum bisa membalas perasaan kamu."

"Oh, pasti kamu cuma menganggap aku sahabat." Vanda mendongakkan kepalanya guna menahan deraian air mata yang kini memenuhi pelupuk matanya.

"Bukannya gitu, Van. Aku masih mau meniti karir dulu. Aku cuma mau mapan dulu aja, baru nanti memikirkan pasangan hidup. Sebenarnya aku juga ...,"

"Oke, kalau itu mau kamu." Vanda menghela napas pelan. Ditariknya kedua sudut bibir membentuk senyum. Tidak mungkin ia menangis di dalam gedung kafe yang banyak pengunjungnya. Vanda masih punya urat malu dan harga diri sebagai seorang wanita tentunya.

Selama 27 tahun hidupnya hanya ada nama satu pria di hati Vanda, yaitu Razka Fahriansyah. Banyak pria yang telah ditolak Vanda. Siapa yang tidak menyukai gadis cantik, cerdas dan lemah lembut seperti Vanda. Ditambah lagi Vanda berasal dari keluarga terpandang. Papanya seorang pemilik salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Siapa yang tidak menyukai wanita sesempurna Vanda?

"Van, kamu tahu kan aku berasal dari keluarga miskin. Mau sekolah tinggi aja aku harus berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa. Sekarang aku ingin meniti karir aku dulu. Aku ingin menjadi pria mapan dulu dan membanggakan orang tua aku," jelas Razka.

"Oke, Ka. Aku ngerti." Vanda bangkit dari kursinya. "Aku pamit, ya. Semoga semua harapan kamu terwujud," lanjutnya.

***

Vanda pergi dengan hati yang berantakan. Langkah kakinya terasa lemas saat menginjakkan kaki di rumah. Namun, ia tetap berusaha tegar dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Senyum Papa menyambutnya saat melintasi ruang tengah rumahnya yang megah. Seperti biasa, setiap hari minggu Papa lebih suka duduk di ruang tengah sembari membaca surat kabar atau buku-buku filsafat. Pria paruh baya itu memang gemar sekali membaca buku filsafat. Segelas kopi hitam tanpa gula juga selalu menemani hari minggu Papa. Vanda selalu menghormati Papa. Ia pun membalas senyum Papa, lalu menyapa Papa dengan nada ramahnya.

"Siang, Pa."

Papa membenahi letak kacamata berlensa plus yang melorot ke hidung. "Udah pulang?"

Imperfect WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang