Sebelum baca tolong bantu cek typo ya. Makasih teman-teman. Happy reading.
***
Rutinitas pagi Vanda setiap weekend salah satunya ialah merawat anggrek yang ditanamnya di halaman belakang rumah. Anggrek itu ditanam di bawah kanopi yang teduh. Tujuan ditanam di bawah kanopi agar tidak terkena sinar matahari secara langsung dan agar tidak terlalu sering terkena air hujan saat musim penghujan. Vanda selalu betah menghabiskan pagi harinya untuk merawat anggrek setiap weekend. Vanda selalu menyiramnya di rentang waktu jam 7-9 pagi yang dilakukan seminggu sekali. Ia juga rajin mengecek media tumbuh anggrek-anggreknya. Tak lupa Vanda memberikan pupuk, memotong bagian yang telah layu, lalu memberikan hormon perangsang stek agar tumbuh lebat lagi. Vanda memang telah belajar banyak bagaimana merawat anggrek dengan baik. Sejak kecil ia memang suka menanam anggrek bersama Mama. Hingga akhirnya ia sangat menyukai tumbuhan anggrek. Vanda mengoleksi berbagai macam anggrek di halaman belakang rumah.
"Mbak, mau aku bantuin?" tanya Dito yang tiba-tiba muncul di belakang Vanda. Sontak saja membuat Vanda kaget.
"Duh, bikin kaget aja."
"Iya, maaf. Aku bantuin apa, nih."
Vanda menyerahkan sprayer pada Dito. "Bantuin siram aja," titahnya.
Dito menyemprotkan air pada anggrek-anggrek milik Vanda. Pemuda itu memang sering sekali ke sini kalau sedang weekend sekadar menemani Vanda.
"Mbak?"
"Iya. Kenapa?"
"Katanya undangannya udah jadi. Kok nggak segera disebarin?" tanya Dito.
Vanda terdiam sejenak. Ia memang sengaja belum menyebar karena hatinya sendiri belum yakin dengan perjodohan ini. Padahal acaranya akan digelar seminggu lagi. Jujur saja perjodohan ini terasa sangat berat baginya. Bagaimana mungkin ia dipaksa menikah dengan orang yang sangat dingin seperti Erza. Kemarin saja waktu memilih cincin Erza terlihat tidak antusias sama sekali. Mereka jarang sekali melakukan konversasi hingga memilih cincin pun tak ada banyak pertimbangan. Erza mengikuti pilihan Vanda saat membeli cincin. Keadaan itu tentu saja membuat Vanda sangat canggung. Berada di dekat Erza seperti berada di dalam kandang macam. Sangat mencekam dan berhawa mengancam.
"Kok belum disebarin, Mbak?" tanya Dito lagi.
"Belum sempat. Kemarin masih sibuk nyiapin lainnya."
"Oh, seru Dito."
"Mau aku bantuin nyebar undangan?" tawar Dito.
Spontan Vanda mengangguk. Ide untuk menyuruh Dito mengantarkan undangan ke rumah Razka terlintas di otak Vanda. Alasan Vanda tidak mau memberikan undangan itu secara langsung kepada Razka karena ia takut semakin berat berpindah hati. Ia masih memendam rasa cintanya untuk Razka sampai detik ini. Begitu sulit bagi Vanda untuk menghilangkan sosok Razka. Iya, sampai detik ini ia masih mengharapkan Razka yang menjadi jodohnya. Mengingat setiap malam ia menyebut nama Razka di dalam doanya. Namun, entah mengapa Tuhan justru mengikatnya dengan pria bernama Erza Ganendra Putra.
"Boleh. Bantuin anterin undangan ke temen aku ya, Dit. Namanya Razka."
***
Dito baru saja mengubungi Vanda untuk memberitahukan bahwa ia baru saja mengantar undangan ke rumah Razka. Vanda lantas meletakkan ponselnya begitu saja di atas ranjang. Ia lalu merabahkan tubuhnya di atas kasur empuk. Posisinya terlentang dengan pandangan mata lurus ke langit-langit kamarnya. Sebentar lagi ia akan meninggalkan rumah ini karena harus ikut Erza ke rumah lelaki itu. Vanda mencoba memejamkan matanya. Siapa tahu dengan tidur ia bisa melupakan sejenak kegundahan hatinya menjelang pernikahan. Namun, suara dering ponsel membuat matanya terbuka lagi. Vanda meraih ponselnya. Ternyata Dito yang meneleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Wedding
RomanceVanda Afriska, gadis 27 tahun berparas cantik seperti bunga anggrek kesukaannya. Selain wajah cantik, Vanda juga wanita cerdas dan penuh kelembutan. Seumur hidupnya, Vanda selalu menjadi anak yang berbakti pada sang papa selaku orang tua tunggal bag...