Erza menyeret Vanda dengan paksa untuk masuk ke mobilnya. Niat Erza untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial bersama Vanda menyublim begitu saja. Awalnya Erza memang tak mempedulikan foto laki-laki yang ada di dompet Vanda. Namun, setelah bertemu langsung dengan laki-laki itu, Erza mendadak tak menyukainya. vanda memang tidak dicintainya, tapi ia tidak mau istrinya didekati oleh laki-laki lain.
Sepanjang perjalanan Erza memasang tampang galak. Sekali bicara nadanya ditekan lebih tinggi. Vanda bingung sendiri dengan suaminya itu. Tadi ia yang bilang ingin ikut, tapi setelah datang malah bad mood. Menyebalkannya lagi Erza menyeretnya paksa untuk ikut pulang tanpa berpamitan terlebih dahulu dengan pengurus panti. Erza benar-benar aneh.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Vanda.
Erza hanya membisu. Matanya terfokus pada jalanan. Suasana hati Erza sedikit berantakan. Bisa-bisanya Vanda bertemu dengan laki-laki bernama Razka itu dengan statusnya yang sudah tidak lajang lagi.
"Mas?" panggil Vanda lagi, tapi Erza masih tetap tak menggubrisnya.
Vanda menghela napas pelan. Sejenak ia berpikir apakah suaminya ini kesurupan setan di kantor.
"Kamu kenapa sih, Mas?" tegas Vanda.
Mobil Erza berhenti dengan pelan saat lampu lalu lintas berwarna merah. Erza melirik ke arah Vanda yang duduk di sampingnya. Ia mendekatkan wajahnya pada Vanda.
"Jangan ketemu sama yang namanya Razka itu tadi," jelas Erza yang akhirnya mau bersuara.
Vanda terkekeh pelan. Ia membalas tatapan Erza. "Kamu cemburu, Mas?"
Erza mengembalikan fokusnya pada jalanan bertepatan dengan lampu hijau yang menyala. Hanya saja ia memilih untuk diam lagi. Mau menjawab 'iya' rasa gengsinya terlalu tinggi untuk mengatakannya. Mau menjawab 'tidak' pun, nyatanya ia memang merasa cemburu.
Erza tetap membisu sampai mobilnya tiba di rumah. Ia berlalu begitu saja usai turun dari mobil. Erza melepas sepatunya dengan cepat. Jas kerja dan dasinya juga dilempar begitu saja di lantai kamar. Sekarang ia meraih baju ganti di dalam lemari, lalu beranjak ke kamar mandi tanpa sepatah kata pun. Vanda geleng-geleng kepala sendiri melihat Erza yang semakin aneh. Vanda pun meninggalkan kamar mereka menuju dapur.
Erza mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk. Ia mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Hembusan napas panjang terdengar. Rasanya hari ini benar-benar melelahkan. Bukan hanya raganya yang lelah dengan pekerjaan, tetapi hatinya juga. Erza belum bisa melupakan pertemuan dengan Razka di panti tadi. Dan ia belum rela istrinya dekat dengan Razka.
Erza mengambil ponsel di atas nakas saat ponsel itu bergetar. Lagi, Papa menyuruhnya untuk memerika pekerjaan yang seharusnya tidak ia sentuh selain di kantor. Langkah Erza kini mengarah ke ruang kerjanya. Meski berat, Erza tetap menjalani pekerjaannya.
Sesampainya di ruang kerja, Erza langsung membuka laptopnya. Folder berisi file-file penting pun menjadi santapannya malam ini. Hal seperti memang sebenarnya sudah biasa bagi Erza. Hanya saja, ia tidak terlalu bersemangat melakukan apa pun semenjak tahu istrinya dan Razka pernah ada sesuatu. Mana mungkin Vanda menyimpan foto laki-laki itu di dompetnya kalau tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi pekerjaan ini belum terselesaikan. Erza meletakkan kepalanya di atas meja kerja berbantalkan kedua tangannya. Matanya sudah mengantuk berat. Ia tidak yakin bisa mengerjakan semuanya dalam semalam.
Dari balik pintu ruang kerja, ada Vanda yang mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Vanda merasa miris dengan suaminya yang kelihatan sangat lelah. Ia pun berjalan ke kamar guna mengambil selimut. Setelah mendapatkan selimut itu, ia kembali ke ruang kerja Erza. Vanda menyelimuti tubuh Erza dengan selimut pada bagian punggungnya. Terdengar dengkuran halus pria itu. Sayangnya, kaki Vanda tidak sengaja menyandung kaki Erza saat akan berpindah. Mata Erza pun membuka dan Vanda otomatis kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Wedding
RomanceVanda Afriska, gadis 27 tahun berparas cantik seperti bunga anggrek kesukaannya. Selain wajah cantik, Vanda juga wanita cerdas dan penuh kelembutan. Seumur hidupnya, Vanda selalu menjadi anak yang berbakti pada sang papa selaku orang tua tunggal bag...