Part 14

40.3K 4.2K 171
                                    

Empat Belas

Celsia menatap keluar jendela dan melihat sosok Klaus diseret menuju bangunan tempat para tahanan dikurung dan disiksa. Para prajurit yang sebelumnya memperlakukannya dengan tidak sopan baru saja pergi setelah meminta maaf. Tampaknya tuduhan atas dirinya telah terbukti tidak benar.

Celsia teringat suara Klaus dan cara pria itu menatapnya dengan penuh kedengkian.

"Siapa yang akan mempercayaimu? Kau hanya putri haram seorang Duke, gadis yang berada di tanah asing tanpa dukungan siapapun. Kau mengacaukan Kerajaan kami. Frankish maupun Yang Mulia Byron tidak membutuhkanmu."

Tangan Celsia secara impulsif terangkat ke lehernya, menyentuh tempat di mana pria itu mencekiknya begitu kuat. Matanya berkilat marah, pandangannya begitu kejam. Celsia mengerjap agar tidak menangis. Pria itu terlihat begitu marah dan membencinya.

Tuk-tuk

Terdengar ketukan pelan di pintu. Apakah itu Ema? Apakah itu Luca?

Seolah baru teringat sesuatu, Celsia langsung melangkah cepat ke pintu. Kalau benar itu Luca, ia perlu memastikan pengawal pribadinya baik-baik saja. Apalagi setelah dikasari dan dipaksa berlutut, lalu diseret ke ruang tahanan. Berkat Byron, Celsia mendapatkan perlakuan yang lebih nyaman, hanya dijadikan kurungan kamar. Hanya saja, Luca pasti terluka. Atau mungkin disiksa.

Ketika ia membuka pintu, yang terlihat di depannya adalah Byron. Celsia membelalak kaget, sementara pria di depannya menarik garis bibirnya, lalu berujar kaku: "Apakah bukan aku orang yang kau tunggu?"

Celsia memasang ekspresi bingung, lalu tersenyum dengan bibir bergetar. "Tidak, bukan begitu, hanya saja... katanya kita tidak diperbolehkan bertemu sampai... bukti-bukti lain ditemukan."

Byron tidak bicara, hanya maju dan menghambur masuk, memeluk Celsia, dan membiarkan pintu kamar Celsia menutup di belakang punggungnya.

Celsia terkesiap, karena ini pertama kalinya pria itu praktis menyentuhnya, dengan seluruh tubuhnya. Pria itu menelusupkan wajahnya di ceruk leher Celsia, menghirup aroma gadis itu, dan mempererat pelukannya.

Berada dalam pelukan Byron, rasanya seperti... pulang ke rumah. Celsia mendadak merasa ujung matanya memanas. Ia menyentuh pelan punggung Byron, dan pria itu membiarkannya.

Dug... dug... dug...

Degup jantung Byron terdengar teratur. Celsia memejamkan mata dan menyenderkan kepalanya di dada bidang Byron. Kini, semua yang terjadi padanya seolah hanyalah sebuah mimpi buruk keitka ia masuk ke dalam rengkuhan lengan Byron.

Dunia seolah berhenti, hanya ada mereka berdua di dalamnya. Byron menepuk pelan punggung Celsia dengan satu tangan, sementara tangan lainnya mengelus rambutnya lembut. Celsia merasakan wajahnya menghangat. Ia sungguh tidak terbiasa diperlakukan begitu lembut, seolah dirinya sesuatu yang berharga.

"Aku tahu kau tidak bersalah," bisik Byron. Celsia ingin mengangkat wajahnya, tetapi Byron memeluknya begitu erat, jadi ia diam dan mendengarkan suara Byron yang agak teredam oleh suara degupan jantung pria itu di telinganya.

"Hanya saja, aku tidak menyangka, Klaus akan menghianatiku."

Kali ini, suara pria itu terdengar bergetar. Celsia mengira-ngira apakah ia salah dengar, tetapi ketika gerakan tangan pria itu di rambutnya terhenti, Celsia tahu, Byron juga terluka.

"Dari antara semua orang, aku tidak menyangka..." Suara Byron seperti tercekik. Celsia memeluk pria itu lebih erat, dan suara Byron terhenti.

"Aku harus menatap wajahmu," protes Celsia. Byron menolak tanpa kata-kata. Ia hanya tidak melonggarkan pelukannya. "Yang Mulia!"

My Dear Celsia [18+] (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang