12. pernyataan yeji

633 117 24
                                    

"Wooon, anter aku ke toko buku, yuk?"

Wonwoo yang sedang asyik dengan ponselnya, apa lagi kalau bukan bermain merasa terganggu dengan kehadiran sahabat cerewetnya ini.

Yerin menarik-narik lengan Wonwoo yang masih sibuk dengan ponselnya. Orang-orang yang lewat memperhatikan keduanya membuat Wonwoo jengah juga. Dia tidak suka jadi pusat perhatian.

"Apa lagi, sih, Rin?! Bisa tidak untuk tak menggangguku sehari saja?"

"Tentu tidak bisa," jawab Yerin dengan entengnya. Dia tidak takut dengan wajah seram Wonwoo pun dengan perkataan tajamnya. Justru itu membuat Yerin semakin senang mengganggu Wonwoo.

"Kau kan punya pacar, pergi saja dengannya!"

Yerin menaruh dagunya di bahu Wonwoo.

"Won, dia sibuk. Hari ini mau kerja kelompok dengan teman-temannya."

"Sok sibuk sekali dia. Setiap hari ada saja yang dikerjakan. Sudah seperti artis saja!"

Yerin tertawa mendengar perkataan Wonwoo. Bagi orang yang belum kenal dekat dengan lelaki ini pasti berfikir bahwa dia orang yang menyebalkan, tapi bagi Yerin tidak. Wonwoo selalu berkata jujur dan jika sudah dekat maka kalian akan tahu bahwa Wonwoo itu orangnya sangat peduli pada temannya. Ralat. Teman dekat.

"Memang dia artis! Haha. Penggemarnya saja banyak." Yerin melirik ponsel Wonwoo. Seperti biasa, layarnya menunjukkan permainan yang sering dimainkan oleh lelaki itu.

Yerin menarik paksa ponsel Wonwoo. Jari-jarinya menari di atas layar ponsel milik sahabatnya. Wonwoo sebenarnya ingin merampas kembali ponselnya tapi ia tahan saat melihat ekspresi Yerin yang entah kenapa saat itu terlihat menggemaskan. Terutama saat dia mencoba bermain game di ponselnya.

"Dasar noob!"

Yerin mengacuhkan Wonwoo. Dia masih berusaha untuk memenangkan permainan itu.

Gadis itu menaruh ponsel Wonwoo di atas meja dengan kasar. Wonwoo yang melihat itu langsung menahan lengan Yerin yang hendak pergi begitu saja.

"Kalau sampai ponselku rusak, akan kukejar kau seumur hidup." Yerin bergidik ngeri mendengar perkataan Wonwoo. Kalau saja ini di dunia anime, pasti di belakang Wonwoo sudah ada kilatan petir dengan latar lagu yang menyeramkan.

Yerin tertawa hambar lalu melepas tangan Wonwoo dan berlari menjauhi lelaki itu.

--

"Haaah, kenapa malah hujan?" Yerin memperhatikan langit yang menurunkan airnya. Sepertinya dia tidak direstui untuk pergi ke toko buku hari ini.

Dia berteduh di sebuah halte dekat kampusnya. Di sebelahnya ada seseorang yang juga bernasib sama sepertinya. Yerin diam memandangi aspal yang mulai basah karena hujan. Dia melamun sampai tidak sadar bahwa ada seseorang yang memberikan payung ke arahnya.

"Yeji? Kenapa ada di sini?"

"Entah, ma. Hanya mengikuti kata hatiku."

"Oh, bukan Wonwoo yang menyuruhmu kan?"

Yeji menggeleng.

"Huhu, aku terharu," Yerin memeluk Yeji. "Pasti orangtuamu sangat beruntung memiliki anak sepertimu." lanjutnya masih dengan posisi yang sama.

Tiba-tiba Yerin melepas pelukannya. Dia seperti ingat akan sesuatu.

"Ah! Tapi kenapa papamu harus Wonwoo sih?! Dia itu kan menyebalkan!"

Yeji menggumam pelan yang tidak bisa didengar Yerin.

Yerin membuka payungnya dan mengajak Yeji untuk pergi meninggalkan halte.

Hening.

Yerin tidak suka keheningan sebenarnya.

Dia hendak mengucapkan sesuatu sampai akhirnya dia mendengar Yeji berbicara.

"Ma..."

"Eh, kenapa, Ji?"

"Siapa laki-laki yang kutemui di taman waktu itu?" Yeji memasang wajah serius. Dia ingin tahu siapa lelaki yang bersama Yerin saat itu.

Yerin mengingat-ingat.

"Oh. Itu Taehyung. Dia kekasihku, Ji."

Ada raut terkejut di wajah Yeji yang Yerin lihat.

"Kamu kenapa?"

"Jauhi dia."

"Kenap---?"

"Jauhi dia, ma!!!" kata Yeji setengah berteriak.

Yerin memandang gadis itu bingung.

"Tidak mau. Kau tidak memberikan alasan yang jelas, Ji."

Yeji menghela nafas.

"Baiklah..." Gadis yang mengaku sebagai anak Wonwoo ini memejamkan matanya.

"Dia itu jahat! Dia tidak sayang padamu. Dia... aku benci dia... hiks..."

"Yeji! Kamu tidak mengenalnya jadi jangan berbicara seakan kamu tahu tentang dia!"

Yeji menunduk. Airmatanya mengalir mengingat kilasan memori di dunia tempat ia berasal.

"Tidak, ma... kau salah... Dia bahkan membuangku!"

Yerin dilanda kebingungan dengan maksud Yeji. Ia membuang payung yang dibawa Yeji tadi ke sembarang arah. Tidak peduli dengan Yeji yang mulai kebasahan karena air hujan.

Dia meninggalkan gadis itu begitu saja di tengah hujan membiarkan Yeji menangis.

Airmata Yeji menyatu bersama air hujan yang turun semakin deras.

Sesampainya di rumah, Yerin cepat-cepat memasuki kamar mandi dan masuk ke dalam bathtub miliknya. Entah kenapa melihat Yeji menangis dia juga ingin menangis.

------

double update deh hehe

30 August 2020

------

a gamer and his futureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang