20. akhir

733 108 22
                                        

"Yerin! Sarapanku sudah siap?!"

"Yerin! Kesini sebentar!"

"Yerin! Dasiku mana?!"

Yerin menutup kedua telinganya menggunakan tangannya. Ia mendecih mendengar suara teriakan orang itu. Benar-benar mengganggu, batinnya kesal.

"Ish! Cari sendiri lah! Punya tangan kan?!"

"Kau kan istriku! Tolong carikan ya!"

Yerin yang sedang menyeduh tehnya akhirnya mengalah dan memilih menghampiri pria yang sedang mengancingi kemejanya.

Matanya menatap tajam orang itu tapi gerakan kakinya mengantarnya ke lemari kecil. Ia menarik laci yang berisi berbagai macam motif dasi lalu menyerahkannya ke pria tadi.

"Cari barang itu pakai mata, bukan mulut!"

Pria itu hanya terkekeh melihat raut wajah Yerin.

"Tolong pakaikan."

Yerin hanya pasrah. Tangannya dengan lincah memakaikan dasi di leher pria itu. Setelah selesai ia lanjut meminum tehnya yang sempat tertunda.

"Makan dulu sebelum pergi, aku tak mau dengar dirimu sakit lagi." kata Yerin tanpa melihat lawan bicaranya.

"Ya, nyonya."

"Aku pergi dulu."

"Hm..."

Suara pintu tertutup.

"Akhirnya aku bisa bebas!"

-

Wanita yang sedari pagi hanya terduduk di sofa sambil menonton televisi masih tetap setia dengan kegiatannya itu.

Walau begitu, sebenarnya ia merasa bosan. Wanita bernama lengkap Jung Yerin itu ingin sekali melakukan banyak aktivitas agar ia terhindar dari rasa bosan, tapi pria yang tadi pagi pergi itu melarangnya.

Masih teringat jelas alasan orang itu melarangnya bekerja.

"Kau di rumah saja. Aku tak mengijinkanmu untuk bekerja. Gajiku sudah lebih dari cukup untuk kita berdua."

Kata pria itu.

Ya, dia.

Tidak pernah disangka dirinya akan menikah.

Yerin tersenyum.

-

Jeon Wonwoo, pria penggila video games itu sekarang berada di tengah rapat. Dirinya sibuk mendengarkan pendapat sesama rekan kerjanya.

"Sepertinya kita harus meningkatkan strategi penjualan kita. Benar begitu pak?" tanya karyawan yang berada di sebelah Wonwoo.

Wonwoo mengangguk.

"Kita sudah membahas pasar dari produk kita bukan? Produk kali ini ditujukan untuk anak-anak remaja. Maka sebaiknya kita menambahkan diskon atau bonus sebagai awal penjualan produk ini." jelas Wonwoo.

Beberapa karyawan di sana setuju dengan pernyataan Wonwoo.

"Baiklah kalau begitu rapat hari ini selesai. Kalian bisa beristirahat."

Semua yang ada di ruang rapat membubarkan diri hendak mengisi perut mereka.

Wonwoo sendiri tidak bergerak dari tempatnya.

Ia memandangi ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

From: Wonwoo

Temui aku nanti sore setelah jam kerja di restoran dekat kantorku

Setelah mengirim pesan itu, Wonwoo membereskan dokumen-dokumen yang ia bawa untuk rapat dan kembali ke ruangannya untuk makan siang.

-

Pukul lima sore.

Wonwoo sudah bersiap-siap untuk pulang. Ah, tidak. Ia tidak pulang tapi mampir ke restoran terlebih dahulu.

Suara ponselnya mengalihkan perhatiannya. Ia angkat panggilan itu.

"Hei lama sekali ya!"

"Sebentar lagi. Aku sedang mengemudi." ucap Wonwoo berbohong.

"Dasar. Cepatlah aku sudah lapar."

"Ya. Tunggulah."

Setelah panggilan terputus. Wonwoo dengan cepat mengambil kunci mobil dan berjalan menuju parkiran kantor.

Ia menyetir mobilnya ke suatu tempat.

Toko bunga.

Ia membeli sebuket bunga.

Setelah membayar, ia langsung menuju mobilnya dan bergegas menuju restoran.

Beberapa menit kemudia ia tibalah di restoran yang dimaksud. Ia akan bertemu seseorang di sini.

Ia melangkahkan kakinya menuju restoran tersebut.

Di lihatnya seseorang sudah duduk di sana.

Saat ia sampai, ia menyodorkan bunga tadi ke arah orang itu.

"Wonwoo? Buat apa?"

"Dasar bodoh, ya buat dirimu lah."

"Iya iya, aku memang bodoh."

"Mau pesan apa?"

Mereka berdua sibuk dengan buku menu yang sudah tersedia di meja makan itu. Lalu memanggil pelayan agar mencatat pesanan mereka.

"Won, aku bosan di rumah."

"Kenapa?" tanya Wonwoo menatap lawan bicaranya.

"Aku bosan terus-terusan di rumah. Aku juga ingin kerja, Won."

Wonwoo mendesah.

"Tidak, Rin. Aku tidak mau mengambil resiko."

"Aku tidak mau kehilangan untuk yang kedua kalinya." lanjut Wonwoo.

Wonwoo mengelus kepala Yerin, ya, Jung Yerin sahabatnya. Mereka berdua telah menikah di umur mereka yang ke-26. Takdir memang telah mendukung mereka berdua untuk menjadi teman hidup. Siapa yang akan menyangka Wonwoo dan Yerin akan menjadi sepasang suami dan istri? Tidak ada yang menyangka, bahkan mereka berdua pun berpikir yang sama.

Tatapan Wonwoo beralih ke perut Yerin.

"Bagaimana kabarnya?"

Yerin memperhatikan Wonwoo yang yang mengelus perutnya yang semakin membesar.

"Ia sudah menendang-nendang. Sepertinya tak sabar ingin melihat dunia."

Wonwoo menatap Yerin lagi.

"Maaf jika kau bosan di rumah. Aku tidak mau kejadian yang tak diinginkan terjadi."

Yerin tersenyum memaklumi. Wonwoo menjadi protektif setelah ia hamil. Usia kandungannya sekarang sudah yang ke enam artinya tiga bulan lagi ia akan menjadi seorang ibu.

"Sudah memikirkan namanya?"

Yerin tersenyum manis.

"Kalau laki-laki namanya Eunsang."

Wonwoo masih diam menunggu Yerin.

"Kalau perempuan..." Yerin menatap perutnya.

"Yeji." kata Wonwoo.

"Ya. Itu nama yang indah, bukan?"

Mereka berdua menghabiskan waktu sore dengan tertawa dan memikirkan keluarga kecil mereka.


Tamat

------

haiiii! aku telat apdet maap yaaa huhu
ini udah tamat, maap kalo gak sesuai ekspektasi kalian...

aku milih nama eunsang karena kalo di liat2 eunsang dari beberapa angle mirip wonwoo :")

makasih yang udah ikutin cerita ini dari awal

13 December 2020

------

a gamer and his futureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang