7. bertengkar

634 113 12
                                    

"Apa yang kau lakukan dengan komputerku?!"

Wonwoo dengan cepat menghampiri komputer kesayangannya yang berisi berbagai macam permainan.

Yeji mundur perlahan saat Wonwoo mulai mengutak-atik komputernya.

"Tadi aku pinjam sebentar untuk menghilangkan rasa bosan. Aku sudah minta izin dengan Jungkook."

"Tapi tidak denganku!"

Yeji sangat takut melihat wajah Wonwoo yang sudah memerah karena menahan marah. Dia jadi teringat dengan kehidupannya. Seseorang yang dia benci.

Gadis itu mulai menangis kecil. Tangisannya membuat Wonwoo menoleh ke arahnya.

"Diam!"

"Hiks... hiks..."

"Aku bilang diam! Tangisanmu tidak berguna. Entah apa yang kau lakukan pada komputerku. Lihat! dia tidak menyala!"

"Hiks.. maafkan aku, pa."

"Aku bukan papamu!"

"Lebih baik kau pergi!"

Deg!

Yeji yang mendengar perkataan Wonwoo merasakan sakit di dadanya.

Kenapa harus terjadi lagi padanya?

Apa dia tidak diinginkan?

Yeji berlari keluar kamar Wonwoo.

Kakinya dengan cepat berlari. Tidak tahu kemana arah tujuannya yang jelas dia ingin menghindar dari Wonwoo. Dia benci Wonwoo yang berteriak kasar padanya. Wonwoo tidak beda jauh dengan 'dia'.

Yeji melihat taman yang sepi. Dia menangis sepuasnya di sana. Tidak peduli jika ada orang yang mendengarnya, dia hanya ingin mengungkapkan kesedihannya.

"Kenapa? Kenapa selalu aku? Apa mereka semua tidak mengharapkan kehadiranku?"

"Hiks..."

"Sepertinya iya..."

"Papa... dan 'dia' ternyata sama saja!"

"Hei, kamu tidak apa?"

Yeji merasakan sebuah tepukan hangat di pundaknya. Dengan cepat dia mengelap airmatanya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Dingin, loh."

Yeji menolehkan wajahnya ke belakang di mana orang itu berada.

Wajah Yeji mengeras.

Dia takut dengan orang ini.

Orang itu memberikan tangannya, "Namaku--"

Yeji menepis tangan orang itu. Dia benar-benar takut. Apakah orang ini sama dengan 'dia'?

Tapi... Orang ini terlihat ramah.

"Maaf, aku harus pergi."

Yeji meninggalkan orang tersebut yang kebingungan dengan sikapnya. Dia merasa takut jika berada berlama-lama dengan orang itu.

Sekarang dia tidak tahu akan kemana.

Dia tidak punya tempat tinggal. Seorang diri di sini. Di dunia yang bahkan bukan tempatnya.

--

Wonwoo merasa bersalah telah berbicara kasar terhadap Yeji. Tidak sepantasnya dia memperlakukan Yeji seperti itu. Sekarang dia bingung ingin mencari Yeji kemana.

Wonwoo memakai jaketnya dan bersiap keluar rumah untuk mencari Yeji.

Dia harus menemukan Yeji. Fakta mengenai Yeji yang menemuinya sendiri dan tidak berada di dunianya yang semestinya membuat Wonwoo takut. Dia takut anak itu kenapa-kenapa.

Sudah 15 menit dia berjalan mengitari kota tapi belum juga menemukan Yeji.

"Kemana dia pergi?"

Masih terus berjalan berharap menemukan gadis yang berusia 14 tahun itu.

"Dingin~"

Samar-samar Wonwoo mendengar suara. Dia segera mencari keberadaan suara itu, bisa saja itu adalah Yeji. Dia berjalan dengan cepat.

"Yeji..."

Wajah sedih Yeji masih terlihat. Matanya yang bengkak dan sisa airmata yang ada di pipinya belum begitu mengering.

"Kenapa kau di sini?!"

"Yeji, maafkan aku. Ayo kita pulang."

"Tidak. Kau tidak menginginkanku. Lebih baik aku di sini."

"Tidak, Yeji. Kau salah. Maafkan aku. Aku... tadi hanya emosi sesaat."

Yeji diam. Dia menunduk.

Tes tes

Airmatanya turun lagi.

Kenapa dia jadi cengeng begini?

"Maafkan... papa, Yeji."

Yeji mendongakan kepalanya menatap Wonwoo. Dia terkejut Wonwoo mengakui dirinya sebagai papanya.

"Ya, pa..."

------

coba tebak kira2 'dia' itu siapa?

26 August 2020

------

a gamer and his futureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang