"Jadi sudah tidak bisa diselamatkan lagi, dokter?"
"Benar, Tuan. Kami benar benar menyesal atas semua yang terjadi, kami sudah bekerja semampu kami namun Tuhan berkehendak lain."
"Baik, terima kasih."
"Kami permisi."
Sepeninggalan dokter, pria itu menunduk dan menangis tersedu sedu di lorong rumah sakit. Tangannya mengepal dan bahunya bergetar hebat. Ada rasa penyesalan dalam hatinya jika sudah seperti ini.
Hampir 10 menit dia menumpahkan air matanya dalam diam, tangannya bergerak menghapus pipinya yang basah sebelum memutuskan masuk ke dalam ruangan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Di dalam sana terlihat seorang wanita cantik yang tengah menutup mata dengan beberapa alat medis tertempel di tubuhnya. Pria ini berjalan gontai dan duduk di sebelah wanita tersebut, dia kembali terisak di atas tangan wanita cantik tersebut.
"Mianhae." Lirihnya di sela sela isakannya.
"Mianhe (Yn) ah."
Bahunya kembali bergetar hebat seperti sebelumnya. Tidak peduli seberapa banyak air mata yang dia keluarkan hari ini, dia ingin melepas semuanya lewat tangisan karena dia tidak tahu bagaimana caranya meluapkan emosi di dalam dirinya sekarang.
Sebuah tangan dengan lembut mengelus kepalanya membuat pria ini mendongak dan menatap pemilik tangan ini dengan sendu.
"Uljima, Yixing ah. Nan Gwenchana."
Pria bernama lengkap Zhang Yixing itu langsung merengkuh tubuh sang istri dan kembali menangis terisak. Melihat istrinya dalam kondisi seperti ini saja sudah membuat hatinya remuk.
"Mianhe (Yn) ah, mianhe aku tidak bisa menjagamu dengan baik." Lirihnya.
Wanita bernama (Yn) ini menepuk nepuk punggung pria pengisi hatinya selama ini dengan lembut, wanita ini tahu apa yang terjadi, dia sedang mencoba untuk tegar.
"Jangan salahkan dirimu sendiri, Yixing ah. Semua ini di luar kendalimu." Hiburnya walau dalam hatinya dia pun membutuhkan penyemangat.
"Ini salahku, jika aku lebih berhati hati saat itu mungkin kamu tidak akan merasakan sakit seperti sekarang dan kita tidak akan kehilangan calon anak kita, sayang."
Mereka melepaskan pelukannya dan saling menatap satu sama lain dengan tatapan sangat sendu.
"Tidak bisa di selamatkan ya?" Lirih (Yn).
Yixing hanya menggeleng lemah dan kembali menunduk, "maaf."
"Bukan salahmu, Yixing. Bukan salahmu." Balasnya yang kini sudah tidak bisa menahan air matanya agar tidak jatuh.
Yixing kembali memeluk tubuh istrinya itu dan membiarkan wanita pujaannya menangis di pelukannya. Mereka berdua tengah dalam kondisi berduka, kehilangan calon anak yang sudah dinanti nanti memang memberikan pukulan hebat pada mereka berdua.
Flashback on
"Yixing ah, perutku jadi ikut merasakan nyeri melihat kontraksi seperti tadi." Ujar (Yn) saat mereka tengah berada di sebuah tempat yang memberikan kiat kiat kehamilan dan melahirkan.
Yixing tertawa pelan, "Aku juga, tapi tenang saja Yixing junior ini tidak akan membuat ibunya kesakitan." Ujarnya seraya mengelus perut sang istri yang sudah terlihat sedikit buncit tersebut.
"Tidak mungkin, semua yang namanya melahirkan itu menyakitkan!" Seru (Yn) cemberut.
Yixing mengecup pelan bibir (Yn), "Itu sudah menjadi kodrat wanita, sayang. Jika bisa aku ingin bertukar peran denganmu, biarkan aku yang melahirkan namun tidak mungkin bukan?"
YOU ARE READING
EXO Imagine
FanficEXO x You Imagine you have a relationship with EXO members. [INDONESIA] Bahasa campur aduk sesuai mood.