Perasaan Niki

2.9K 490 152
                                    

Sejak kejadian Heeseung yang mengusap rambutnya dan memujinya, Niki jadi memikirkan perasaan aneh apa yang terjadi dihatinya. Sangat asing namun menyenangkan. Rasanya jika bisa Niki ingin mengulang perasaan itu.

Tapi sebenarnya bukan hanya sekali ia merasakannya, hal itu ia rasakan beberapa kali setiap kali Heeseung memuji dan memperhatikannya. Seperti saat ini, Niki sedang sibuk membuat kapal terbang mainan dari kertas, ketika Heeseung menghampirinya dengan membawa sebuah kertas yang terlihat lusuh dan terlipat-lipat.

"Niki sedang apa?" Tanya lelaki paruh baya itu, ia mendudukkan dirinya di samping anak tujuh tahun tersebut.

"Lagi buat pesawat om."

"Om boleh tanya sesuatu nggak?"

"Boleh om."

"Ini tulisan Niki?" Heeseung menyodorkan kertas lusuh tersebut. Anak berusia tujuh tahun itu hanya mengangguk sebagai balasan.

"Kalau boleh tahu tulisan ini untuk apa Niki?"

"Niki ingin menulis lagu om."

Heeseung menatap takjub anak tersebut sebelum kembali bertanya. "Tapi kenapa tidak dilanjutkan?"

"Aku tidak berbakat menulis om."

"Loh siapa bilang? Buktinya Niki bisa menulis sebagus ini. Niki hanya perlu terus berlatih lagi, om nggak sabar deh mau dengar lagu buatan Niki."

Anak berusia tujuh tahun itu tertegun, ia kembali menatap Heeseung dengan tatapan tak terbaca. Sedangkan yang lebih tua kini mengusap kepala Niki bangga.

Kembali perasaan aneh itu memenuhi dada Niki. Perasaan membuncah dan menyenangkan tersebut, dadanya seperti meletup-letup. Dan Niki sangat menyukai itu.

Ia suka di puji oleh Heeseung. Ia suka diperhatikan oleh Heeseung. Ia ingin lagi dan lagi menerima perhatian dari lelaki paruh baya itu.

Mungkin karena selama ini ia tak pernah mendapat pujian dari Daddy-nya, ia pun juga tak pernah merasa diperhatikan oleh sang Daddy.

Jujur saja, Niki merasa terasingkan. Daddy-nya lebih perhatian kepada Taki, Daddy-nya lebih menyayangi Taki, dan Daddynya lebih sering bersama Taki.

Niki juga mau, sekali saja Daddynya lebih perhatian padanya, lebih mementingkanya dan lebih memprioritaskanya dari Taki, saudara kembarnya. Tapi semua yang ia inginkan malah ia dapatkan dari Heeseung, yang merupakan papa temannya.

Salahkah Niki jika berharap, Heeseung bisa menjadi salah satu orang tuanya?




























"Niki sayang hey kenapa menangis?" Heeseung sedikit panik ketika melihat Niki meneteskan air mata. Anak berusia tujuh tahun itu hanya menunduk, tak ingin memperlihatkan wajahnya. Akhirnya Heeseung berinisiatif untuk mengangkat wajah Niki dan menghapus air matanya.

"Niki kenapa? Ayo cerita sama om."

"Om salah tidak kalau aku sayang sama om?" Pertanyaan polos Niki membuat Heeseung tertegun beberapa detik, sebelum kepala keluarga Lee itu memberikan senyuman manisnya pada Niki, sebelah tangannya yang menganggur kini mengusap sayang kepala anak tersebut.

"Nggak salah kok, malahan om senang Niki sayang sama om."

Lagi dan lagi perasaan itu kembali memenuhi dada Niki, membuat anak kecil itu kembali mengeluarkan air matanya. "Om, Niki boleh minta peluk nggak?"

"Boleh, sini om juga mau peluk Niki."

Niki dengan segera masuk ke dalam pelukan Heeseung, membuat lelaki yang lebih tua tersenyum kecil ketika merasa pelukan anak itu semakin erat. Heeseung paham, Niki merasa kehilangan arah, anak kecil itu mencoba mencari perhatian. Meskipun Heeseung tidak tau apa yang membuat Niki menjadi seperti ini, tapi ia dengan senang hati akan membantu Niki untuk memahami perasaannya.


Dan setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Niki mulai membuka suara, menceritakan selama ini perasaan yang ia pendam sendirian. Membuat Heeseung sedikit merasa terenyuh. Ia tak tahu bahwa anak sekecil Niki sudah merasa seperti itu, dan Heeseung sedikit memakluminya.

Jujur Heeseung juga sempat menakutkan hal yang sama terjadi pada Jungwon, anak pertamanya. Ia takut Jungwon akan merasa tidak diperhatikan saat Daniel lahir di dunia, terlebih mendiang istinya yang meninggal di usia Daniel yang masih sangat membutuhkan sosok ibunya, membuat Heeseung takut perhatiannya akan tertuju pada Daniel dan membuat Jungwon merasa dianaktirikan.

Oleh karena itu, Heeseung berusaha untuk memberikan perhatian yang adil pada mereka berdua. Dan beruntungnya Geonu dan Youngbin juga membantunya merawat anak-anaknya sehingga ia tak terlalu kerepotan mengurus mereka.

























Hari demi hari berlalu, hubungan Niki dan Heeseung pun semakin dekat, anak kecil itu tidak segan untuk menceritakan semua kegiatan sekolahnya pada Heeseung, ngomong-ngomong Niki dan Taki akhirnya mendaftar di sekolah yang sama dengan Jungwon dan Daniel.

Niki pun juga perlahan bisa mengekspresikan dirinya di hadapan Heeseung, ia akan dengan semangat memperlihatkan lagu buatannya ataupun gerakan tari baru yang ia pelajari.

Heeseung juga akan merespon anak itu dengan positif, sesekali akan memberi masukan dan pendapatnya. Sedikit lucu baginya bertukar pendapat dengan anak berusia tujuh tahun, tapi Heeseung akui pemikiran Niki cukup dewasa dari anak seusianya, bahkan Jungwon anaknya yang berusia lebih tua dari Niki belum bisa berpikir sedewasa Niki.

Dan sepertinya Heeseung dan Niki sangat cocok menjadi pasangan Papa-Anak.

Bagaimana menurut kalian?












































TBC


Malam eggies.

Aku kembali lagi dengan lanjutan cerita ini.

Ngomong2 aku senang banget ternyata. Ada juga beberapa orang yang naik Kapal ini.

Berbicara soal kapal, aku mau tanya dong.

Kapal2 kalian di Iland siapa?








Kalau kapal2ku

KSeung

JaySeung

Heesunghoon

Jakenoo

JakeHoon

Jaywon









Akhir kata, semoga kalian enjoy dengan cerita ini ya.

The single ParentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang