twenty

343 37 23
                                    

    musik jazz memenuhi Susana di dalam mobil yang senyap akan kesunyian , jelas disini tidak hanya ada aku, pria di sampingku mendadak bungkam tak bersuara walaupun aku tau banyak hal yang berkecamuk di pikirannya, percikan hujan benar benar datang tak sampai satu menit setelah aku memasuki mobil ini dan pergi meninggalkan Jimin yang masih berdiri menatapku.

aku benci suasana ini, dimana kita seakan tidak bisa berbincang mencari topik pembicaraan, padahal jelas dalam hati ini meneriaki banyak pertanyaan yang entah siapa yang akan menjawabnya. benar benar diam dan hening mobil ini melaju melintasi hujan, ku buka sedikit kaca mobil di sebelahku berharap percikan air hujan dapat menyamarkan air mata yang sedari tadi kupendam.

air hujan mulai mengalir bersamaan dengan air mataku yang sudah ku tahan sedari tadi, ini menyesakan, aku bisa menatap orang itu di sebelahku namun rasanya kita sangat jauh sampai aku tak sanggup menggapainya.

"jangan buka jendelanya kamu bisa sakit nanti" akhirnya suara itu yang ku tunggu terlontar, aku menoleh kearahnya sesudah menghapus jejak air mata di pipiku.

"pakai ini, keringkan" taehyung menyodorkan sapu tangannya kepadaku, ku usap seluruh bagian wajahku yang semat basah karena hujan tadi.

"jadi ada hubungan apa kamu dengan Jimin" kata itu terlontar dari mulutnya membuatku menghentikan kegiatan mengeringkan wajahku.

"tidak ada apa apa, aku dan Jimin hanya sebatas teman" kututup jendela di sampingku sebelum menyandarkan kepalaku pada bantalan kursi.

"tapi sepertinya dia menyukaimu" kulirik pria di sebelahku, kenapa dia yang terus bertanya soal ini, bukankah seharusnya aku yang mempertanyakan hubungan sesungguhnya dirinya dengan hyera?.

"menyukai seseorang itu wajar kan? aku tidak melarang siapapun menyukaiku" ku lihat taehyung mencengkeram kuat stir kemudi.

"jadi selama ini apa aku tidak berarti bagimu ji?" aku menahan diriku agar tidak menangis saat ini juga bukankah dia yang bermain duluan di belakangku, tapi kenapa aku yang selalu disalahkan.

"ji Eun bilang tadi kamu bersama dengannya, tapi kenapa hanya ada Jimin disana?"
  
    tatapan mata itu yang paling ku benci darinya seakan aku adalah seorang pembohong yang telah terbuka kedoknya.

"apa kalian semua mempermainkan ku? berkerja sama agar kamu dapat kembali pada Jimin? kamu tau aku benci perselingkuhan ji"
 
  ku gigit bagian dalam pipiku memberikan kesan perih namun tak kalah perih sesuatu yang berada di dalam hatiku. ku coba menahan air mata itu agar tak jatuh saat ku bicara.

"aku memang sedang bersama ji Eun tadi, tapi appanya memintanya pulang" ku tarik napas ku sekuat tenaga untuk melanjutkan kataku,akhir akhir ini untuk bernapas sepertinya sesuatu yang sangat menyakitkan untukku.

"ji Eun menelpon Jimin agar menemaniku sampai kamu datang"

"apa aku harus percaya? " kutatap tajam matanya , entah apa yang dia inginkan sekarang.

"apa maksudmu te?"

"aku bertanya apa kamu pantas suntuk di percayai?" taehyung menaikan sebelah alis nya, menatap ku seolah aku adalah biangkerok dari semua masalah ini.

"hentikan percakapan memuakan ini, aku hanya ingin pulang dan tidur untuk saat ini" aku memejamkan mataku, menghirup udara yang tidak lagi sejuk memasuki paru paruku , rasanya hari ini akan sangat berat, aku hanya takut jika pembicaraan ini akan menjadi akhir sebuah hubunganku dan taehyung, setidaknya untuk sekarang aku tidak bisa pergi darinya.

"jadi berikan aku penjelasan untuk alasanmu tidak masuk kerja hari ini, dan menghilang tiba tiba juga tidak membalas semua pesan dan telpon dariku, apa ji Eun juga membantumu dalam perselingkuhan ini ji? ah-ternyata kalian bersekongkol untuk bermain di belakangku ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

let me goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang