seven teen

228 32 13
                                    

Hujan sudah tak sederas beberapa waktu lalu.namun rintikan kecilnya masih setia menemaniku.

Sulit untuk percaya akan keadaan ini,
Semua yang tidak terpikir kan terjadi secara cepat di dalam hidupku, seakan takdir memang ingin menghancurkan ku dengan kejamnya. Dinginnya malam menusuk kulit punggungku, baju putih berbahan tipis yang digunakan malam ini ternyata tidak benar benar membantuku mengatasi kedinginan ini, tidak berguna memang.

Kedinginan semakin menusuk dalam tulang tulang ku ,membuatku semakin mengeratkan pelukanku pada kedua belah paha dan betis yang ku tekuk sedari tadi lamanya. Setidaknya ini bisa sedikit menghilangkan kedinginan yang menerpanya malam ini. Jika dipikir Suji sedikit menyesal tidak mendengarkan perkataan semua orang untuk tidak hadir pada acara sialan ini.

Susah bagiku untuk menerima kenyataan ini, di khianati kekasih sendiri ternyata lebih menyakitkan dari pada bertengkar dan didiami selama beberapa Minggu terakhir ini. Ada rasa tidak percaya atas apa yang baru saja terjadi, membuatku tanpa sadar kembali meneteskan bulir air mata seakan sudah ku izinkan untuk keluar membasahi pipiku yang kini sudah sangat basah karenanya , dan lagi lagi itu membuatku semakin terlihat menyedihkan, air mata sialan bagaimana di bisa di keluar tanpa perintahku.

"Sampai kapan kau ingin terus menangis seperti ini? Bahkan kekasihmu saja tidak mengetahuinya"
Orang yang di depanku ini seakan tuli.

"Sudah kubilang dari tadi untuk apa masih disini? Aku tidak membutuhkanmu dan sudah kubilang berhenti mencampuri urusanku" aku berteriak dan kembali menengelami kepalaku di antara kedua belah kaki yang ku tekuk. Membuatku terlihat kecil dan memalukan. Sial

Hening - tidak ada suara di sekitarku hanya tetesan air yang masih setia menemani malam ku, tidak deras tidak pula terlalu kecil membuatnya memberikan alunan indah ketika tetesan itu membasahi jalanan sekitar dan memantulkan sepercik air yang telah menjatuhi dataran membuat genangan yang tidak terlalu besar.

Kudonggakkan kepalaku berharap pria aneh yang berada di depanku hilang .

Dugaan ku salah ,dia masih di sana berjarak satu meter dari hadapanku, berjongkok menyamai tinggi badanku dengan payung hijau yang masih di genggamnya dan jangan lupa tatapan bodohnya yang seakan mengawasi ku.

"Untuk apa masih disini? Sudah kubilang kan aku tidak membutuhkanmu" teriakku kencang berharap hatinya sedikit tergores karena ucapanku dan berlalu pergi.

"Tapi aku rasa kau membutuhkanku" masih dengan posisi yang sama dengan tatapan polos idiot nya , seketika gila aku berteriak dengan lantang , masih berusaha untuk mengusir pemuda aneh ini dari hadapanku.

"Sudah ku bilang aku tidak membutuhkanmu, pergilah dari hadapanku pria aneh, bahkan kita saja tidak saling mengenal untuk apa aku meminta bantuan mu ?!" Aku lihat raut terkejut dari mata nya yang membesar dengan bibir kecil yang sedikit terbuka, membuatnya terlihat menggemaskan juga menyebalkan di satu waktu.sial apa yang baru saja aku katakan?! Sudah lupakan.

"Aku tidak berpikir kau akan mengajakku berkenalan nona, perkenalkan namaku-'"

Mataku terbuka lebar masih tidak habis pikir dengan jalan pria di depanku ini, sudah jelas jelas aku menggusirnya bukan berniat mengajaknya berkenalan, aku bangkit dari dudukku sedikit membuatku tidak seimbang dan agak oleng  namun mampu ku tahan , aku berdiri angkuh di hadapannya yang kini juga ikut menegakkan badannya dan berdiri.

"Aku tidak berniat mengajakmu berkenalan, bahkan tidak ada sedikitpun rasa ingin tahuku tentang namamu, bahkan jika aku mengetahuinya aku tidak akan mau mengingatnya" aku berjalan melewatinya , ada rasa sedikit tak enak hati karena telah memperlakukannya seperti itu, namun apa boleh buat jika tidak seperti itu maka pria itu tidak akan pergi dari hadapannya.

let me goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang