Emangnya harus jadi siapa-siapa dulu baru bisa peduli?
***"WOII RIAN! BALIKIN BUKU MATEMATIKA GUE!" Nadine berteriak sambil mengejar Rian yang berusaha membawa kabur buku latihan matematika miliknya.
"Iya cantik, sabar dong gue nyalin jawabannya dulu," kata Rian membuat Elang meliriknya tajam. Sementara Atlas yang berada disebelahnya hanya geleng-geleng kepala.
"Balikan aja kalau masih sayang," saran Atlas kepada Elang. Cowok itu tengah memperhatikan Nadine yang sedang berusaha meraih bukunya dari Rian yang sudah berdiri di atas meja.
"Gak akan," bantah Elang tegas, lalu mengalihkan perhatiannya kepada ponsel yang sedari tadi dipegangnya.
"Eh meja gue kotor Riaaann! Turun gak?! Turun Rian!" Nadine menarik tangan Rian kuat hingga cowok itu terjatuh ke lantai. Sontak semua murid yang ada di kelas langsung tertawa. Bara dan Nadine yang tertawa paling kencang. Bahkan Bara sampai guling guling di lantai. Tidak biasanya Nadine tertawa sebegitu puas. Semenjak kejadian Elang memutuskan hubungannya dengan Nadine, gadis itu tidak lagi seceria dulu.
"Aduh Nadine, cantik cantik tenaga Lo kuat juga ya? Sakit banget njirr," ringis Rian. Tapi Nadine masih tertawa lalu mengambil buku matematikanya yang tergeletak di lantai tepat di samping tangan kanan Rian. Gadis itu kembali duduk di meja miliknya.
Rian menghampiri Atlas sambil memegangi pinggangnya. Cowok itu duduk disebelah Atlas yang tengah duduk di lantai bersama Elang.
"Nadine titisan Hulk bukan sih? Kuat banget narik nya tadi," Rian mengadu kepada Atlas.
"Lo nya aja kali yang lemah," ujar Atlas santai.
"Wah parah Lo Al,gue gini gini sering nge gym ya," protes Rian tidak terima.
Atlas hanya menggidikkan bahunya tak acuh. Rian beralih menatap Elang. Cowok itu mengajak Elang untuk ke kantin bersama. Aneh memang, tapi Rian hanya tidak ingin Elang terus menerus memperhatikan Nadine, hanya membuka luka lama.
"Elang , ke kantin bareng gue yuk!" ajak Rian sambil menarik lengan Elang. Membuat Atlas dan Elang menatapnya dengan tatapan aneh.
"Apaan sih?! Geli bego!" Elang menepis kasar tangan Rian. Tapi Rian masih tetap memegangnya lalu menarik paksa Elang agar cowok itu berdiri.
"Ayo dong Lang! Gue gak bawa duit ini," bujuk Rian. Elang menggeleng heran lalu berdiri untuk pergi ke kantin bersama Rian.
Atlas menyenderkan kepalanya ke dinding. Cowok itu melihat Nadine menghampirinya. Gadis itu duduk di sebelahnya, tempat yang tadi diduduki oleh Elang. Gadis itu menatapnya sambil tersenyum manis. Atlas akui Nadine memang cantik. Bodoh jika Elang memutuskan Nadine begitu saja. Tapi Atlas tahu, Elang memutuskan hubungannya dengan Nadine karena Nadine sudah melakukan kesalahan besar walaupun Atlas tidak tahu kejadian detailnya karena Elang tidak mau menceritakannya.
"Kenapa Nad?" Atlas masih menatap lurus ke depan.
"Gue mau bilang sesuatu tapi Lo janji jangan marah ya?" ujar Nadine sambil menunjukkan kelingkingnya di depan Atlas.
"Gue ga bisa janji Nad, Lo tau gue orangnya gimana?" ucap Atlas membuat Nadine mengangguk lalu menurunkan kelingkingnya.
"Gue tadi ga sengaja lihat di lorong kelas dua belas, Echa marah marah ke Jessica anak 12 IPA 5. Gue gatau karena apa tapi Echa keliatan marah banget dan Jessica bakalan nampar dia kalo Bimo gak dateng," tutur Nadine sambil menatap Atlas takut. Rahang cowok itu mengeras, tangannya terkepal kuat. Cowok itu menoleh ke Nadine yang sudah menunduk.
"Kenapa Lo gak bilang dari tadi?" tanya Atlas dengan wajah yang masih tenang. Tapi Nadine tahu cowok disebelahnya ini tengah menahan emosi.
"Elang," lirih Nadine pelan. Bisa Atlas lihat gadis itu sedang menahan untuk tidak menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/235578800-288-k985905.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AtlasAurora
Подростковая литератураAtlas Adyano Brawijaya,ketua dari Geswira. Sebuah geng motor terkenal yang berisikan oleh murid murid SMA Cakrawala dan beberapa sekolah di sekitarnya. Aurora Nasyika,lebih sering disapa Ara.Seorang gadis biasa.Hidupnya baik baik saja hingga Atlas m...