9. Sebuah rahasia

14 8 30
                                        

Suara riuh orang orang bersahutan terdengar jelas. Suasana yang sempit dan sesak sama sekali tak mengganggu aktivitas orang orang itu. Seorang cowok tengah memasang sarung tinju di tangannya.

"Atlas! Gimana udah siap?" tanya seorang cowok lainnya.

"Gue selalu siap," balas Atlas. Yang dibalas kekehan ringan oleh cowok itu.

"Lawan main Lo hari ini di si Adrian," ungkap cowok itu. "Hari ini duitnya banyak, gimana kalo di 10 menit pertama?" tawar cowok itu.

"5 menit pertama," sahut Atlas membuat cowok itu tertawa. Memang, kekuatan Atlas tidak bisa diragukan lagi.

"Yakin Lo?" tanya cowok itu memastikan.

"Lo ngeremehin gue Hans?" tanya Atlas balik. Membuat Hans menggeleng cepat.

"Gue yakin Lo pasti menang" ujar Hans. "Gue kasih Lo 70% untuk 5 menit pertama, gimana? Oke gak tuh?" Cetus Hans. Atlas menyeringai.

"Oke," putus Atlas lalu menuju ke ring karena pertandingan akan segera dimulai.

Atlas menatap Adrian yang sedang menyeringai. Cowok ini terlihat sangat yakin dan Atlas ingin mematahkan keyakinannya itu. Lonceng berbunyi. Pertandingan dimulai. Atlas langsung menyerang Adrian. Memukul rahang cowok itu dan beralih ke seluruh bagian wajah Adrian. Atlas memukulnya bertubi-tubi tanpa henti. Setelah dirasa sudah lumayan, Atlas menendang kaki Adrian hingga cowok itu terjatuh lemah dengan wajah yang sudah sangat babak belur. Adrian mencoba untuk berdiri, melawan Atlas. Namun saat Adrian hampir melayangkan pukulannya kepada Atlas, Atlas duluan menendang perut Adrian hingga cowok itu terpental. Atlas berjalan menghampiri Adrian yang sudah terkulai lemas. Cowok itu kembali melayangkan pukulannya ke rahang cowok itu hingga Adrian pingsan. Atlas tersenyum puas, cowok itu kembali berdiri. Suara riuh orang-orang bertepuk tangan dengan menyebut nama Atlas terdengar sangat jelas. Atlas menatap orang-orang di depannya hingga akhirnya matanya bertemu pada seorang gadis.

Gadis itu Ara.

Atlas langsung menuruni arena dan menghampiri Ara. Atlas tidak habis pikir, bagaimana gadis itu bisa sampai disini?

"Atlas..." Panggil Ara. Atlas dapat melihat dari mata gadis itu. Ketakutan dan kebingungan bercampur menjadi satu.

"Lo ngapain disini?" tanya Atlas tak mengindahkan panggilan Ara.

"Ara takut..." Ujar Ara sambil menggigit bibir bawahnya.

"Lo ngapain di sini?" Ulang Atlas. Ara menggeleng. Atlas menghela nafas kasar.

"Tunggu disini," perintah Atlas lalu melangkah pergi. Namun Ara duluan menahan tangan Atlas. "Mau kemana?" tanya Ara cemas.

"Ngambil baju," balas Atlas singkat. Ara menurunkan pandangannya. Mata Ara langsung membola saat melihat Atlas tengah Shirtless. Ara langsung menutup matanya dengan satu tangan sedangkan tangan yang satunya lagi mengibas-ngibas menyuruh Atlas segera pergi.

"Yaudah sana cepetan," suruh Ara masih dengan mata tertutup.

Atlas terkekeh pelan lalu langsung pergi untuk mengambil bajunya. Tak lama kemudian cowok itu kembali, sudah dengan bajunya.

"Ayo pulang" ajak Atlas lalu berjalan duluan sambil memakai jaket Geswira miliknya. Ara segera mengikuti cowok itu. Ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini.

***

"Kamu tadi ngapain berantem disitu?" Sambar Ara saat mereka sudah sampai di motor milik Atlas.

Atlas memberikan helm biru milik Teresa kepada Ara membuat gadis berdecak kesal. "Aku tanya tadi kamu ngapain?"

"Tanding," jawab Atlas seadanya. Cowok itu naik ke motor sport hitam miliknya.

AtlasAuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang