35. Revan & Lista, Anna & Aldi

60 9 4
                                    

"Lo udah denger kabar si Anna di sekolah ini?"

Revan memanggut. "Udah."

"Gak nyangka ya dia kek gitu. Dia cantik, perfect, direbutin cowok-cowok, omongannya tinggi, style-nya beuhh kek orang kaya, eh aslinya mis-"

"Jangan julid Ren," sela Revan.

Rendi mendengkus. "Gak papa kali, sekali-sekali kan boleh."

"Nanti ketagihan."

"Kan semua anak sekolah sini lagi rame ngomongin si Anna, masa gue gak boleh," gerutu Rendi kesal.

"Gak semua, ada gue yang gak ngomongin dia," koreksi Revan.

Rendi mengernyitkan dahi. "Kenapa lo diam aja gak ikut hujat, julidin si Anna?"

Revan menghentikan langkah. Ia menghela napas. "Karena gak semua sesuatu dan perilaku seseorang harus kita rekam, omongin, komentarin dan lain-lain. Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang pasti memiliki sebuah alasan."

"Ini kayaknya ada yang aneh deh," curiga Rendi. "Lo harusnya kan hura-hura, seneng karena teman debat lo, si cewek sok cantik itu sekarang reputasinya turun di sekolah, dengan begitu lo bisa kalahin dia, lo kurang viral di sekolah ini, paling juga kalo lagi nongol doang di kantin."

"Gue gak mau menikmati sebuah kemenangan dengan memanfaatkan kelemahan seseorang, sekalipun gue gak suka sama orang itu. Lagi pula ini bukan sebuah kompetisi, menurut gue kepopularitasan itu gak penting."

Rendi diam, kalah bicara, tepatnya tidak tahu harus ngomong apa.

"Lo mau jemput si Marsya?" tanya Revan saat mereka sudah sampai di pelataran parkir sekolah.

Rendi mengangguk, ia menaiki motornya dan memakaikan helm sebelum melajukan kendaraan. "Gue duluan ya," izinnya, lalu motor itu melaju keluar gerbang.

Mata Revan menjelajah, mencari seseorang yang sedari tadi sulit ia temui. Mendesah kecewa lantaran tidak mendapati apa yang dia cari di antara banyaknya siswa di area parkir.

"Kak Revan!"

Revan menoleh. "Riri? Kok belum pulang?"

"Ini mau pulang, nungguin Dessy lagi piket," jawab Riri dengan napas yang sedikit tidak teratur sebab tadi ia berjalan cepat mencari kakak kelasnya ini.

"Kak Revan cari Anna gak?" Melihat raut biasa Revan, Riri mendesah pelan. "Anna gak masuk dari jam pertama. Aku sama Dessy udah cari dia tapi gak ketemu, gak tau kemana."

"Jadi, dia bolos?" tanya Revan.

Riri manggut-manggut.

Mungkin Anna bolos karena malu, kedoknya ketahuan, Revan kira waktu ketemu tadi pagi sama bu Risti, Anna mau masuk kelas, tapi ternyata gak.

"Kak Revan kok bengong?"

Revan mengulas senyum kecil, ia menggelengkan kepala pelan. "Gue pulang duluan ya, gak papa nungguin Dessy di sini sendiri?" tanya Revan.

Riri melirik sekitar, masih ada beberapa orang di parkiran ini. "Gak papa kok. Oh iya kak Revan kok pulang sendiri? Kak Doni sama kak Rendi mana?"

"Doni udah pulang duluan, Rendi udah pulang juga barusan, mau jemput Marsya. Pacar lo ke mana?"

"Kak Jecky maksud kak Revan?"

Satu alis Revan terangkat. "Emang pacar lo ada berapa?"

"Satu sih, tapi kalo gebetan banyak, mantan apa lagi, suami juga udah punya," beritahu Riri senyum-senyum geli, membayangkan salah satu idol Korea yang digemarinya yang menjadi suaminya. "Mau tau gak siapa aja? Tapi jangan kasih tahu kak Jecky ya nanti dia cemburu. Gebetan aku tuh kak Alex, Fauzan, Roni, Robi-"

Mask [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang