29. Seperti Sepasang Kekasih

62 10 0
                                    

Lima menit yang lalu sesuai janjinya kepada Anna, Revan menjemput gadis itu ke rumahnya dengan tepat waktu dan kini mereka menuju ke salah satu salon yang biasa Anna datangi untuk mempercantik dirinya yaitu Beauty salon.

"Kamu mau ikut ke dalem atau nunggu di sini?" tanya Anna ketika mobil Revan sudah sampai di tempat yang dituju.

"Aku di sini aja," jawab Revan.

Anna memanggut, lalu masuk ke dalam.

Selama menunggu Anna keluar Revan memainkan ponselnya bermain game, namun ketika ada sebuah panggilan masuk dari seseorang membuatnya menghentikan game itu dan menswipe layar ke atas untuk menerima panggilan.

"Kak Revan lagi di mana?"

Pertanyaan itulah yang pertama kali terdengar setelah sambungan telepon terhubung.

"Gue lagi di salon, kenapa?" Revan balik bertanya.

"Sama Anna?" terka seseorang di seberang telepon.

Refleks Revan memangguk padahal orang itu jelas tidak bisa melihat anggukan kepalanya atas jawaban dari pertanyaannya. Ia pun menyahut, "Iya, sama Anna. Ada apa?"

Hening beberapa detik sampai suara itu kembali terdengar. "Nggak kak, tadinya mau minta tolong buat jemput aku berangkat ke pesta Riri karena sopir aku lagi pulang kampung, tapi kayaknya kak Revan gak bisa ya?"

Sebetulnya ia tidak enak jika harus menolak permintaan pertolongan orang yang sering meneleponnya beberapa bulan terakhir, apalagi orang itu sudah lebih dulu kenal dan dekat dengannya, bahkan Revan pernah menaruh rasa pada orang di seberang telepon.

Namun, rasa itu entah kenapa memudar bersamaan dengan waktu yang berjalan, apa itu artinya perasaan yang dirasakannya Revan hanya sebuah rasa kagum saja atau rasa suka yang tidak memiliki arti lebih yang sering di sebut cinta?

"Sorry, gue kayaknya gak bisa," tolak Revan pelan, ia merasa tidak enak hati tapi ia juga tidak bisa meninggalkan Anna sendiri di sini.

Terdengar hembusan napas kecewa di sana. "Oh yaudah gak papa kok kak, aku tutup ya teleponnya mau pesen ojol," izinnya.

"Sekali lagi sorry ya Lis, hati-hati di jalan, sampai ketemu di party."

Telepon terputus, Revan menghela napas panjang, ia benar-benar merasa bimbang akan perasaan dan keputusannya sendiri.

Di satu sisi Revan  merasa bersalah karena gadis yang pernah disukai kini mendekatinya dan nampak menaruh rasa padanya, tapi disisi lain ia merasakan perasaan yang berbeda dan rasa nyaman kepada gadis yang pernah dibencinya hingga ia perlahan mulai bisa merelakan gadis yang sudah lama pergi dalam hidupnya untuk selamanya.

******

Selesai di make-up dengan permintaannya yang mengatakan tidak ingin terlalu menor ia berkaca dan melihat wajahnya yang terdapat polesan make up tipis, sangat natural dan tidak berlebihan.

Untuk dress Anna memakai Off shoulder dress warna putih yang memperlihatkan bahu mulusnya, dipadukan dengan kitten heels berwarna senada, rambutnya di low loose twist, model rambut yang terlihat seperti acak-acakan justru dpt membuat penampilan Anna terkesan sederhana namun elegan. Mengepang rambut dengan messy braid, kemudian menggulungnya, menyisakan anak rambut yang sengaja menjuntai di kedua sisi pipi gadis itu, sebagai tatanan terakhir yang menambah kesan elegan adalah hiasan rambut berbentuk bunga kecil yang merantai di sebelah gulungan rambutnya.

Selepas membayar dan mengucapkan terimakasih, Anna keluar salon, menghampiri Revan yang tengah memunggunginya di sisi mobil cowok itu.

"Kak Revan," panggil Anna pelan.

Mask [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang