11. Opsi?

86 14 0
                                    

Aldi masuk ke barisan saat upacara baru saja dimulai, ia menempati posisi di belakang di dekat barisan perempuan kelas XI-IPA 3, kelasnya Anna.

Memang Aldi sengaja berbaris di dekat kelas Anna karena ia ingin memastikan kalau cewek itu baik-baik saja.

"Lo kenapa ada di barisan kelas XI-IPA 3?" tanya seorang cowok yang ada di depan Aldi, ia baru menyadari kalau ada murid yang bukan dari kelasnya berbaris di barisan kelasnya.

Aldi melihat penampilan cowok itu dari atas sampai bawah, terlihat rapih, keren dan berwibawa.

"Lo ketua kelas XI-IPA 3?" tebak Aldi.

Cowok itu menggeleng, "Wakil ketua kelas lebih tepatnya," koreksinya.

"Oh."

"Kenapa lo ada di barisan ini?" tanyanya lagi.

Karena posisinya ada di depan Aldi, ia dengan mudah maju selangkah dan berbisik, "Gue bebas mau ada di barisan mana juga, bukan urusan lo. Lebih baik lo diem, lo kan wakil ketua, harus memberi contoh yang baik jangan ngobrol, wali kelas lo dari tadi liatin lo."

Wakil ketua kelas XI-IPA 3 itu langsung menunduk mendengar ucapan Aldi kalau wali kelasnya melihat ke arahnya dari tadi. Ia langsung diam, tidak menanyakan lagi kenapa Aldi ada di barisan kelasnya.

Menyinggungkan senyum puas karena cowok yang terlihat keren itu mudah dibohongi oleh murid sepertinya. Padahal Aldi sama sekali tidak tahu siapa wali kelas XI-IPA 3, ia hanya mengarang saja tadi.

Aldi memundurkan langkah, ke tempatnya semula. lalu kembali melihat Anna, gadis itu tengah memejamkan mata, mungkin berusaha menghilangkan rasa pusing, pikirnya.

Selama upacara berlangsung, pusat Aldi hanya Anna. Wajah gadis itu semakin pucat ketika lagu Indonesia Raya dinyanyikan.

Kaki Aldi terasa pegal baru setengah jam mengikuti upacara, mungkin karena tidak terbiasa.

Kepalanya menoleh cepat ke anak-anak PMR yang baru saja membawa orang pingsan, Aldi kira itu Anna ternyata bukan.

Namun baru saja Aldi mengalihkan pokusnya dari Anna, suara tubuh ambruk terdengar karena barisan Aldi dan orang itu dekat. Hanya terhalang oleh satu barisan perempuan.

Aldi langsung keluar barisan dan memangku tubuh Anna, mendahului cowok yang tadi sebaris dengannya hendak menolong Anna.

Dengan cepat dan penuh kehati-hatian, Aldi membawa Anna ke UKS, mengabaikan tatapan-tatapan iri dari cewek-cewek yang melihatnya tadi saat ia menggendong tubuh Anna, ia juga mengabaikan tatapan penuh peringatan dari para mantan Anna atau cowok yang mengincar gadis itu.

******

Anna membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil matanya.

Mencium bau obat-obatan, Anna yakin kalau dirinya sekarang berada di UKS. Tapi siapa yang membawanya ke sini?

Anak PMR mungkin, pikirnya.

Anna mencoba untuk bangun, tapi rasanya sulit, ia sangat lemas, kepalanya juga masih pusing.

Suara pintu UKS dibuka oleh seseorang. Orang itu menuju kasur yang terdapat Anna tengah memijat pelan pelipisnya.

"Udah bangun sayang?"

Kalimat akhir dari pertanyaan cowok itu membuat Anna langsung membuka matanya lebar.

"Jangan panggil gue sayang!" tolak Anna, meski lemas, ia masih kuat jika harus mengeluarkan suara tingginya.

Cowok itu hanya menyengir lebar, "Kamu tuh lagi sakit, jangan marah-marah."

"Kenapa harus lo yang ke sini sih Al?" Anna duduk, dibantu oleh Aldi.

Mask [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang