59. Merindukanmu

53 7 2
                                    

Hi!!!🤗

Aku update!🎊🎉

Ini jam 23.10. Aku begadang guys, mumpung besok libur😋

Awalnya gak bakal jadi update malam ini karena aku lagi males nulis, tapi aku tetep harus nulis, jadinya aku update 😭❤️

Plis, jangan di-skip bacanya😭

Jangan kecewa sama endingnya 😶

Maaf kalau cerita ini melenceng dari alur;(

Aku tahu, aku sadar betul ceritaku gak sebagus cerita yang lain.

Mohon dukungannya ya🙏❤️

Happy reading ❤️

******

Sepulang sekolah, tepatnya sehari setelah Revan dihukum karena datang terlambat, dan sorenya Revan akan mengubah statusnya dengan Anna saat dia mengantar Anna ke Gramedia.

"Revan."

Revan terlonjak kaget saat seseorang memanggil namanya dari arah belakang, ia kira di rumah ini tidak ada siapa-siapa seperti biasa lantaran sang ayah selalu pulang malam bekerja.

Namun, ketika membalikan badannya, Revan mendapati ayahnya yang sudah berpakaian biasa—tidak memakai baju kerja— berjalan mendekat ke arahnya.

"Ayah." Revan menyalami tangan Hermawan dengan sopan. "Ayah gak kerja?" tanyanya.

Herwan duduk di sofa ruang keluarga yang diikuti oleh Revan di belakangnya.

"Ayah udah pulang," jawabnya.

"Loh, tumben jam segini," heran Revan, pasalnya ini masih pukul 13.10. Sedangkan hari-hari biasanya ayah Revan jam segini masih di kantor.

Hewan menghela napas berat. "Iya, Ayah memilih pulang cepet, kerjaan kantor gak terlalu banyak. Masih bisa dikerjain di rumah. Alasannya karena Ayah ingin menghabiskan waktu bersama kamu di rumah ini sebelum kita pergi jauh dan meninggalkan rumah yang penuh kenangan ini."

Ucapan Herwan membuat kening Revan mengkerut dalam. "Maksud Ayah?"

Lagi, Herwan menghela napas, kali ini terdengar berat. "Kita akan pergi Revan."

"Pergi? Ke mana?"

"Ke New York."

Kedua alis Revan nyaris menyatu. "New York?"

Kepala Herwan memanggut. "Iya, perusahaan Ayah dipindahkan ke sana. Ayah kerja, ini demi bisnis kita dan masa depan kamu. Sekaligus kamu kuliah di sana dan belajar bisnis sama Ayah dan temen Ayah."

"Revan gak mau," tolak Revan langsung.

"Kenapa? Karena kamu masih sekolah? Tenang, berangkatnya nanti setelah kamu lulus," kata Herwan. Mendapati wajah yang tidak biasa pada anaknya itu, seketika Herwan tau apa penyebab anaknya menolak ajakannya.

"Apa ini karena Anna?" tebak Herwan.

Tepat sasaran, Revan tengah berperang dengan pikirannya sendiri. Memilih tetap di sini tanpa sang Ayah yang bekerja di Amerika dan masih bisa bertemu Anna. Atau ikut Herwan ke Amerika dan tidak bertemu Anna dalam jangka waktu yang Revan tebak pasti akan lama.

Sejujurnya, semisalnya Revan diminta untuk memilih antara ayahnya dan Anna, pasti Revan akan memilih ayahnya yang sedari dulu ada untuknya. Apalagi ketika sang bunda dipanggil Tuhan, ayahnya yang menguatkannya, ayahnya yang membimbingnya untuk kembali ke jalan yang benar.

Kalau dibandingkan dengan Anna, meski cewek itu menempati relung hati Revan saat ini, bagaimana pun juga Anna orang baru. Perempuan yang baru masuk ke kehidupan Revan, belum lama hingga Revan tidak perlu memilih cewek itu.

Mask [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang