43. Penyesalan Lista

62 7 4
                                    

"Jangan bolos-bolos lagi ya sayang."

Anna memanggut seraya tersenyum, dia melepaskan pelukannya dari dekapan Bu Risti. Guru itu memintanya untuk menemui di taman dan bicara soal kejadian yang masih Viral perihal Anna yang pura-pura kaya.

Bu Risti menjanjikan semuanya akan membaik, dia pastikan kejadian tersebut lenyap dan tidak akan menjadi trending topik di akun gosip SMA Peceaful Teenager.

"Makasih Bu, maaf aku ngerepotin," ujar Anna merasa tak enak hati karena lagi-lagi dia merepotkan Bu Risti.

"Gak ngerepotin kok," imbuhnya. "Jadikan ini semua sebagai pelajaran ke depannya, jangan diulangi. Siapapun kamu, berasal dari keluarga manapun kamu, tetep harus menjadi diri sendiri," pesan Bu Risti.

Anna memanggut kecil.

"Ibu sayang kamu, ibu udah anggap kamu seperti anak ibu sendiri." Bu Risti mengelus kepala Anna, sudah satu tahun dirinya menganggap Anna seperti anaknya sendiri, Bu Risti tidak mempunyai anak perempuan jadi dia sesayang itu kepada Anna.

"Aku juga sayang ibu."

******

Lisa menaiki angkot menuju tempat di mana selama ini ia mencari nafkah, bekerja di sana sudah dua tahun. Sekarang Lisa memutuskan niatnya yang sudah bulat untuk mengundurkan diri menjadi Asisten Rumah Tangga di rumahnya Lista.

Sampai di sana, Lisa mengamati rumah besar bertingkat lima dengan halaman yang begitu luas, pinggirannya terdapat berbagai macam bunga seperti melati, mawar, ros,Liu dan lain-lain. Di tengah-tengahnya terdapat air mancur serta taman dengan kursi putih panjang.

Lisa masuk ke dalam rumah melalui pintu utama rumah yang besar, di rumah ini tidak ada siapa-siapa lagi selain pekerja kebun, perawat bunga, supir, pembantu khusus makanan dan satu kakak laki-laki Lista.

Memasuki lift untuk menuju ke lantai empat, tepatnya kamar Lista berada. Lisa sudah bertanya pada salah satu yang ada di rumah ini keberadaan tuan mudanya, sehabis sepulang sekolah Lista memang lebih sering di kamar daripada di luar rumah.

Baru akan mengetuk pintu kamar sang majikan, pintu tersebut sudah terbuka lebih dulu dari dalam, Lista muncul dibalik pintu.

"Bi Lisa?" Lista kaget saat di depannya ada seorang wanita setengah baya yang berdiri di depan pintu kamarnya.

Wanita itu sudah Lista anggap seperti ibunya sendiri, hanya Lisa lah yang dekat sekali dengan Lista.

"Bibi kok baru ke sini?" Lista bertanya, tidak biasanya Lisa berangkat kerja ketika dirinya baru pulang sekolah. Ini sudah mau sore, biasanya Lisa kemari setelah Putri berangkat sekolah.

Lisa menatap wajah Lista yang pucat, matanya sembab, hidungnya merah, bahkan bekas air mata itu masih ada di kedua pipinya.

"Lista habis nangis ya?" terka Lisa, dia memang jarang menyebut Lista dengan sebutan 'Non' seperti yang lain, Lista sendiri yang memintanya menyebut dengan nama.

Lista menggeleng, padahal matanya kembali berkaca-kaca. "Enggak Bi."

"Bibi tau kamu habis nangis, kamu kenapa? Mau cerita gak?" Lisa menawarkan, dia kerapkali mendengarkan curahan hati Lista.

Niat awalnya mau mengundurkan diri, berakhir dengan mendengarkan curhatan sang majikan di kamar Lista, cewek itu yang mengajak Lisa masuk ke kamarnya.

"Aku sakit hati Bi, cowok yang aku cintai ternyata mencintai cewek lain," adu Lista mulai bercerita.

"Aku tau caraku memperjuangkannya salah, aku berusaha menyingkirkan cewek yang dia deketin dengan caraku sendiri, aku bongkar rahasia dia, aku bikin kesalahan yang benar-benar fatal, aku membuat mereka salahpaham, aku juga membakar warung milik perempuan itu, aku jahat Bi, aku jahat." Lista menangis, dia mengungkapkan segala hal yang dilakukannya.

Mask [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang