6. Reuni

26.9K 2.8K 67
                                    

Aku menunggu kedatangan Arkan dan Qilla di depan rumahku sambil bercengkrama dengan papa dan mamaku di teras rumah. Mobil putih masuk ke halaman rumah. Nampak Arkan dan Qilla turun bersamaan. Arkan langsung menghampiri papaku dan salim padanya.

Ah, dia memang laki-laki yang sopan santun. Beruntunglah perempuan yang akan menjadi pendampingnya kelak.

Lalu ada satu mobil lagi yang memasuki pekarangan rumahku sepertinya aku kenal dengan mobil tersebut. Ternyata dugaanku benar, Zafranlah yang keluar dari mobil tersebut.

Aku mengernyitkan alisku menatapnya bingung dia malah tersenyum padaku. Dia mau menemui siapa? Dia kan sudah tahu kalau aku hari ini ada acara.

"Assalamualaikum." Sapanya sambil berjalan mendekati papaku dan salim padanya dan juga pada mamaku.

"Kok kamu kesini? Aku mau pergi." Kataku yang masih bingung karena melihatnya pagi-pagj sudah ada di rumahku.

"Ya silakan, saya tidak ingin menemuimu tapi saya ingin menemui pak Fandi. "

"Papa?" Tanyaku memastikan.

"Iya benar papamu. Bukan kamu." Tegasnya dengan sebuah senyuman yang membuatku malu seketika.

Oh Tuhan, kenapa aku malu sekali rasanya. Kenapa aku dengan percayanya menyanyakan hal itu pada Zafran. Papa dan mamaku malah tersenyum mengejek padaku.

"Ih, jangan senyum-senyum mama." Kataku kesal. Dan anehnya Qilla juga sedang tersenyum karena pertanyaanku.
Berbeda dengan Qilla, Arkan malah memberikan tatapan datarnya padahal tadi dia murah senyum sekali.

"Kalau boleh, nanti saya saja yang jemput Tasya pulangnya." Kata Zafran meminta izin pada papaku lalu menatap pada Arkan.

Arkan menatap pada Zafran dan sedikit menarik sudut bibirnya. "Tidak perlu, saya juga bisa mengantar Tasya pulang. Saya yang jemput berarti saya juga yang mengantarkannya pulang." Ucap Arkan terdengar lugas dan tidak mau dibantah.

Aku melirik pada Aqilla yang ternyata juga sedang melirik padaku. Kenapa suasananya menjadi tegang dan tidak nyaman. Zafran tidak menjawab perkataan Arkan lagi dia hanya mengangguk mengiyakan perkataan Arkan.

Papaku berdehem dan berkata. "Yasudah berangkat nanti telat." Ucapnya sambil tersenyum senang. Papaku sepertinya tidak merasa terganggu dengan ucapan dua pria yang sepertinya sedang memperebutkan siapa yang akan mengantarkan putrinya pulang.

Aku tahu apa yang sedang ada dalam pikiran papaku. Papaku pasti berpikir lebih baik mana antara Arkan dan Zafran yang bisa menjadi menantunya kelak.

Akupun pamit kepada kedua orang tuaku dan berjalan medekati mobil Arkan. Aku akan duduk di belakang sedangkan Aqilla duduk di depan di samping Arkan. Kedua sahabatku berangkat bersama karena rumah mereka di daerah yang sama. Cukup jauh dari daerah rumahku dan dari rumah Arkan dan Aqilla.

Waktu aku ingin membuka pintu. Zafran menyusulku mencegahku untuk membuka pintu dan menutupnya kembali.

Aku melirik pada spion yang ternyata Aqilla sedang melihatku dan aku yakin Arkan melakukan hal yang sama. Papa dan mamaku saling tersenyum bahkan papaku berbisik pada mamaku yang membuat mamaku tersenyum. Aku memicingkan mataku melihat orang tuaku yang sepertinya senang melihat putrinya menjadi bahan rebutan dua pria. Mungkin mereka merasa bangga.

"Ada apa?" Tanyaku bingung.

"Kamu jam berapa pulangnya? Langsung pulang atau masih mampir ke tempat lain?"

"Sepertinya tidak." Kataku sambil berpikir.

"Baguslah saya akan menunggumu disini." Ucapnya dengan sebuah senyuman yang manis dari Zafran. Aku mengerjapkan mataku melihat senyuman manis Zafran kenapa belakangan ini dia sering tersenyum sih, padahal awalnya dia sangat cuek sekali.

Tulang Rusuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang