2. Calon Mantu Idaman Papa

37K 3.3K 53
                                    

Hari ini jadwal pasienku cukup banyak ada yang juga sudah membuat janji. Salah satunya sahabatku Aqilla jadwal dia untuk mengecek kandungannya.

Usia kehamilan Qilla sudah menginjak 5 bulan sedangkan sahabatku satunya Andah sudah 7 bulan. Minggu ini akan di adakan pengajian.

"Nanti kamu mau datang ke pengajian 7 bulanannya Andah?" Tanya Qilla sambil berjalan.

"InsyaAllah datang." Kataku pasti.

"Sama siapa?" Tanya Qilla dengan mengelus perutnya.

Aku masih membalas senyuman perawat yang berpapasan denganku. "Masih tanya lagi ya sendiri lah Qilla." Kesalku. "kamu pulangnya sama siapa?"

"Sama abang Arkan. Gavyn lagi sibuk."

"Sibuk terus pak datar itu." Kataku spontan.

Qilla mendelik padaku. Aku hanya tersenyum melihatnya. Meskipun Gavyn sudah tidak sedatar waktu SMA. Tetap saja julukan Gavyn dari diriku tidak pernah berubah. Si Poker Face.

"Katanya mau cepet diselesain sebelum aku lahiran papa ajah juga ikut ke Kalimantan. Biar bisa nemenin aku lahiran."

"Bagus-bagus suami yang baik." Kataku sambil mengangguk senang mendengrnya. Syukurlah ketiga sahabatku mendapatkan suami yang baik dan penyayang semoga saja kelak aku juga mendapatkan suami seperti suami ketiga sahabatku.

"Tadi kamu malah bilang Gavyn sibuk." Protes Qilla karena aku yang memberikan pandapat tidak tetap pada Gavyn. Aku hanya cengengesan menanggapi ucapan Qilla.

Begitulah manusia dengan mudahnya langsung memberi kesimpulan tanpa melihat dari segi aspek lain dan dari latar belakangnya. Padahal apa yang dilihat dan didengar belum tentu yang sebenarnya.

"Jadi 4 bulan terakhir abang Arkan yang akan nemenin aku kemana-mana. Kalau tidak bisa aku minta sopir ajah."

Aku menghentikan langkahku mendengar ucapan Qilla jadi untuk 4 bulan kedepannya aku akan sering bertemu dengan Arkan. Ah, semoga saja hatiku baik-baik saja jika bertemu dengannya.

"Kasian dong Qill pak sopirnya gak kerja." Alihku. Padahal nyatanya aku ingin sekali mengatakan kenapa harus Arkan sih? Kenapa gak di anterin sopir saja.

"Bisa bantu di rumah buat ngurus tanaman papa. Aku kira kamu bakalan kasihan sama abang Arkan." Ucapnya sambil menoleh padaku. Dan aku mengalihkan penglihatanku pada perawat yang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit agar terhindar dari pembicaraan yang menjurus tenang Arkan.

Di belokan ujung koridor aku melihat papa dan Zafran yang berjalan ke arahku.

"Oh Qilla, lagi cek kandungan yaa?" Sapa papaku pada Qilla setelah sampai di depanku. Aku melirik pada Zafran dan ternyata dia juga sedang menatapku.

"Iya Om. Alhamdulillah baik-baik saja." Ucapnya Qilla senang.

"Syukurlah. Oh kenalkan, Ini dokter Zafran. Dokter bedah Anak. Dan ini dokter Tasya dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Sekaligus putri sulung saya." Ucap papaku mengenalkanku pada Zafran padahal kita sudah berkenalan tadi pagi.

Zafran menunduk sopan dan tersenyum. "Saya sudah berkenalan dengan dokter Tasya tadi di Masjid dan baru tahu dia putri anda." Ucap Zafran menatapku datar.

"Ya dia putriku yang hebat." Ucap papaku sambil merangkulku.

Papa tersedar kalau juga ada Aqilla di antara kita. "Dan ini Aqilla dia sahabat putri saya dari SMA." Ucap papaku sambil mengelus kepala Qilla. Aqilla menangkupkan kedua tangannya dan tersenyum. Zafran membalasnya dengan sebuah anggukan kecil.

Tulang Rusuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang