12. Keinginan Papa

24.3K 2.5K 82
                                    

Aku tidak tahu kenapa aku mau melakukan ini. Aku benar-benar menyiapkan bekal untuk Zafran. Meskipun hanya dengan dua potong roti berbentuk segitiga. Apa aku perlu menambahkan susu kotak? Tapi apa tidak seperti bekal anak TK?
Sudah lah tidak usah. Biar dia beli sendiri.

Jangan harap Zafran memakan masakanku karena aku belum bisa masak. Jadi aku memberi sarapan ala kadarnya saja yaitu dua potong roti. Lagian kalau aku bisa masak aku tidak tahu masakan apa yang dia suka dan dia tidak suka. Dan siapa tahu dia alergi terhadap salah satu makanan. Jadi aku cari aman saja.

Berbeda denganku yang tidak tahu apapun tentang Zafran. Zafran malah sebaliknya dia sudah tahu tentang apa-apa  yang aku suka dan yang tidak aku suka.

Aku meletakan bekal Zafran di sampingku. Papa dan mamaku keluar dari kamarnya tinggal Tristan yang belum keluar. Hari ini dia akan masuk kerja lagi. "Untuk siapa itu Tasya?" Tunjuk mamaku pada bekal yang berwarna pink Hello Kitty.

"Ah, untuk teman Ma." Kataku mulai menuangkan jus ke dalam gelas papa.

"Teman? Nayla?" Tanya papaku.

"Bukan. Pa. Pokoknya untuk teman." Kataku tidak mau di bahas lagi.

Tristan keluar dengan menggunakan seragam Pilotnya. Ah, tampan sekali adikku. Tubuhnya yang tinggi tegap. Membuatnya tambah gagah dan terlihat menawan.

"Wih, cakepnya adik aku ini." Seruku bangga dan menepuk kursi di sebelahku menyuruhnya untuk segera duduk di sampingku.

Papa dan Mama juga tersenyum bangga melihat Tristan yang mengenakan seragam kebanggaannya.

"Itu untuk Kak Zafran pa." Ucap Tristan yang membuat mama dan papa terlihat bingung. Aku malah mencubit pahanya dengan keras dan dia mengaduh kesakitan.

"Bekalnya untuk kak Zafran." Ulang Tristan Lagi. Aku melirik pada kedua orang tuaku dan mereka saling melempar senyum.

"Jadi kamu sedekat apa dengan Zafran." Tanya papa langsung.

"Cuman temen pa, gak lebih."

"Menurut papa Zafran anak yang baik dan dia dokter yang hebat. Papa setuju kalau kamu sama dia. Tapi itu semua tergantung dari kamu semua papa gak maksa." Ucap Papaku sambil menepuk lembut tanganku.

"Untuk saat ini kita cuman temenan pa gak lebih masalah kedepannya gimana Tasya gak tahu." Kataku sambil menggemgam tangan papaku.

"Kalau menurut Tristan yang penting dia bisa bahagiain kakak sih dan yang terpenting." Ucap Tristan menggantung kalimatnya dan tersenyum padaku. "Kalian saling mencintai." 

Aku mengerti maksudnya dia. Dia sedang menyindirku.

"Mama juga sama dengan Tristan yang terpenting dia bertanggung  jawab dan bisa membuatmu bahagia siapapun pilihanmu nanti."

"Iya iya, Tasya paham dan mengerti. Jadi tenang saja. Lebih baik kita segera sarapan. Agar bapak Pilot tidak telat yang mau mengudara." Ucapku sambil mengerlingkan mataku pada Tristan.

Ini adalah sarapan dengan formasi lengkap yang sudah jarang kami lakukan. Tristan yang kadang berbulan-bulan tidak pulang atau Tristan sedang pulang malah papa atau mama yang sedang berada di rumah sakit atau di luar kota.

Sebenarnya aku ingin sekali mengantar dia ke bandara tapi aku juga harus bertemu dengan pasienku takutnya aku telat jika masih mengantar Tristan ke bandara.

Aku memeluknya lama terkadang Tristan menjadi sosok kakak yang aku idam-idamkan selama ini.

"Jaga diri baik baik ya kakak. fokus sama kerjaannya jangan pikirin dua cowok yang lagi rebutin kakak." Bisiknya padaku. M endengar itu aku langsung mencubit pinggangnya dan tentu saja dia meringis kesakitan.

Tulang Rusuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang