Part 5. I'll be There For You

5K 481 22
                                    

So when your tears roll down your pillow like a river.

I'll be there for you.

When you're screaming, but they only hear you whisper.

I'll be loud for you.

I got you, I promise.

But let me be honest.

Love is a road that goes both ways.

When your tears roll down your pillow like a river.

I'll be there for you.

But you gotta be there for me too.

-There For You. Troye Sivan ft Martin Garrix-

********

Setelah shiftnya selesai, Ryan tak langsung pulang tapi duduk sebentar ditaman rumah sakit.

Akhir-akhir ini ia sering duduk disini.

Ia bertemu Alex yang sedang galau disini beberapa hari yang lalu.

Ia mendengarkan kisah cinta complicated pria itu ditaman ini.

Ia juga bertemu dengan Kai disini kemarin.

Dan sekarang ia sedang memikirkan kisah cintanya yang juga complicated.

Well, nggak terlalu rumit sih. Ia hanya bertepuk sebelah tangan.

Puukk..

Seseorang menepuk pundak Ryan dari belakang.

Saat ia menoleh, Ryan melihat Alex tersenyum padanya.

"Beneran lo ya. Gue ragu tadi mau nyapa." Ucap Alex sembari duduk disampingnya.

Ryan merasakan dejavu kejadian beberapa hari kemarin.

Dengan posisi terbalik.

Apakah kali ini gantian ia yang akan curhat kisah cinta tak berbalasnya pada Alex?

"Ngapain kesini lagi?" Ryan bertanya basa-basi.

"Jenguk dia yang gue ceritain kemarin." Jawab Alex sembari senyum meringis.

Tanpa menyebutkan nama pun Ryan tahu. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Alex menjenguk Kai.

"Gimana keadaannya?"

"Baik. Udah mulai latihan jalan. Kalo seminggu ini observasinya bagus, dia sudah boleh pulang." Jawab Alex.

"Paman kamu ada disana juga?" Tanya Ryan dengan nada agak mengejek.

"Ada. 24/7. Tapi lumayan lah, udah mulai biasa gue ngeliatin mereka skinship." Balas Alex.

"Seumur hidup nanti gue bakal ketemu dia, papasan setiap event keluarga. Harus bisa ngilangin patah hati ini." Tambahnya.

Ryan mendengus geli.

Ah, paling nggak ada yang lebih menderita dari dirinya.

Ryan bisa lebih gampang move on harusnya daripada teman barunya ini.

"Gimana keadaan kamu? Udah lebih tenang?" Ryan bertanya perhatian.

"Udah dong. Thanks ya, berkat lo nih."

"Dan jangan bilang siapapun gue pernah nangis, oke?" Pinta Alex sembari tersenyum malu.

Ryan mengangguk dan ikut tersenyum.

"Oiya, masih lama nggak shift lo? Yuk, nongkrong bareng. Hangout yang tertunda." Ajak Alex lagi.

"Boleh. Udah selesai sih dari jam tigaan. Duduk bentar disini dulu tadi, meratapi nasib."

JATUH HATI   (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang