10

53 0 0
                                    

Tak lama kemudian Adi sudah kembali ke kamarnya. Rei yang sedang merapikan pakaiannya menoleh pada Adi. Adi yang tidak menyadari pandangan Rei, berlalu menuju kamar mandi. Rei yang ingin berucap, mengurungkan niatnya. Tak lama Adi keluar dari kamar mandi kemudian duduk dikursi dekat meja belajarnya. Adi terdiam sesaat dan menatap kosong ke arah jendela, seperti ada hal yang dia pikirkan.

Rei yang melihat gelagat yang tidak biasa dari sahabatnya tersebut, tergerak untuk menegurnya.
"Di, kamu kenapa? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Rei.
"Eh...maafkan aku Rei, aku tidak bermaksud mendiamkan mu." Jawab Adi.
"Tidak apa-apa Di, kalau memang kamu sedang ada masalah jangan ragu untuk bercerita ya." Sambung Rei.
"Pasti aku akan bercerita kok, tapi saat ini aku baik-baik saja." Adi berusaha tersenyum meskipun raut wajahnya tidak bisa berbohong bahwa dia menyembunyikan sesuatu dari sahabat baiknya tersebut.
"Baiklah Di, kalau saat ini kamu belum siap untuk bercerita, aku tidak masalah, ingat ya kamu bisa berbagi dengan ku tentang masalah apapun. Siapa tahu aku bisa membantu." Ujar Rei memberi ruang bagi sahabatnya tersebut untuk menenangkan diri.
"Oh ya Rei...hampir saja aku lupa, tadi ibu mu menelpon dan menanyakan keberadaan mu. Dia lega kamu berada disini, kata Ibu mu titip pesan bahwa beliau baru akan pulang esok siang." Adi menyampaikan amanat dari Ibunya Rei.
"Baiklah Di, terima kasih banyak ya. Sekalian aku mau pamit dulu nih pulang, siap-siap untuk jadwal besok." Rei mohon pamit.
"Baiklah kalau begitu, aku antar ya ke depan." Jawab Adi sambil beranjak berdiri dan berjalan menuju pintu kamar lalu membukanya.

Mereka berdua kemudian turun menuju lantai bawah. Ketika melewati ruang tengah, kedua orang tua Adi sedang duduk menonton televisi, Rei menghampiri mereka untuk pamit, kemudian Rei mencium tangan ibu dan ayahnya Adi sebagai tanda hormat Rei.
Setelah mendapatkan anggukan kepala dan senyuman dari kedua orang tuanya Adi, Rei berlalu keluar rumah Adi. Adi mengantarnya dari belakang, sesampainya di gerbang pagar, Rei pamit pada Adi dan melambaikan tangan. Meskipun Adi khawatir karena Rei sendirian, namun dia juga tidak bisa berbuat banyak dan tidak mungkin mencegah sahabatnya untuk pulang. Karena Adi mengerti sekali kebiasaan Rei disaat ibunya Rei sedang tidak ada.

***

SEBUAH PENGORBANAN By MatchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang