"Kliiikkk...." Suara tombol lampu ditekan, seketika ruangan ruang tamu di rumah Rei menjadi terang. Rei melanjutkan menutup seluruh jendela dengan tirainya. Rei kemudian berjalan ke setiap ruangan untuk menyalakan lampu. Setelah selesai, Rei kemudian berjalan menuju kamarnya. Rei menutup pintu dan langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Raut wajah lelah tersirat dari wajah Rei yang bersih. Rupanya kegiatan sekolah siang tadi memaksa tenaga Rei keluar ekstra.
Disaat sedang menikmati istirahat sementaranya. Beberapa kali bunyi pesan WhatsApp terdengar cukup nyaring dari handphone miliknya, karena suasana cukup hening saat itu. Rei membuka matanya, kemudian meraih handphone miliknya. Rei menyentuh layarnya untuk membuka pesan tersebut, tertera beberapa pesan yang masuk. Rei melihat ada pesan dari ibunya, Adi, dan dua nomor baru yang tidak dia kenal. Sudah menjadi kebiasaan Rei ketika mendapatkan nomor baru maka dia tidak pernah menggubrisnya. Rei mendahulukan membaca pesan dari ibunya yg isinya tentu mengkhawatirkan anak kesayangannya tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan membaca pesan dari Adi yang isinya mengingatkan agar Rei membawa kertas karton untuk kegiatan esok harinya di sekolah. Ketika baru saja selesai membaca pesan Adi, tiba-tiba kedua nomor baru tersebut mengirimi kembali pesan.
Rei terdiam, masih ragu untuk membuka pesan dari kedua nomor tak dikenal tersebut. Namun di satu sisi Rei juga tidak mau memendam rasa penasaran tersebut. Dibukanya pesan dari nomor tak dikenal tersebut dari yang paling duluan mengirim pesan kemudian ke pesan berikutnya.
Isi dari pesan yang pertama hanyalah kalimat sapaan dan bertanya apakah benar nomor tersebut adalah nomor miliknya Rei. Sedangkan pada pesan kedua berisi sebuah ancaman agar Rei tidak dekat-dekat dengan Kiki. Rei kaget mendapatkan pesan Whatsapp bernada ancaman tersebut, dia sendiri merasa selama ini tidak mempunyai musuh, bahkan dia sendiri adalah anak baru di SMA tempat dia belajar sekarang.Disimpannya handphone disampingnya, Rei termenung sesaat dan memutar otak dengan pertanyaan memenuhi isi pikirannya. Siapakah orang yang sudah berani tiba-tiba mengancamnya itu? Apakah orangnya Rei kenal atau hanya orang itu yang mengenali Rei?. Bingung, resah dan gelisah mulai menghiasi perasaannya.
Namun akhirnya dia berusaha untuk tidak terlalu ambil pusing dengan nada ancaman tersebut, bahkan dia sendiri bergumam dalam hati untuk menyerahkan semuanya pada Tuhan saja.*******
Rei kemudian bangun dan duduk dipinggir tempat tidur. Handphone masih dipegangnya, namun seketika lamunannya sirna disaat suara handphone kembali berdering dan tertera dilayar nama sahabat terbaiknya yaitu Adi. Ditekannya layar tepat disimbol untuk menerima telpon. Terdengar suara nyaring dari sebrang sana, seolah terdengar terburu2.
"Halo..Rei?" Sapa Adi.
"Eh...iya..halo...Adi!" Jawab Rei terbata-bata.
"Kemana saja dari tadi di chat sampai tidak balas?" Adi agak menggerutu kesal.
"Eh..iya...maaf Di, tadi ketiduran sebentar, capek nih badannya." Jawab Rei.
"Ya sudah..cuma mau mengingatkan jangan lupa besok kertas kartonnya dibawa ya." Adi berusaha memaklumi kondisi Rei.
"Ok Di...thanks ya sudah diingatkan, tadi mau balas eh malah keduluan mata ku tertutup...hahahaha" Canda Rei.
"Iya sama-sama, eh malam ini kamu tidur di rumah ku lagi atau bagaimana?" Tanya Adi lagi.
"Malam ini aku di rumah saja Di, aku malu sudah terlalu sering merepotkan mu." Kata Rei.
"Ya sudah kalau begitu, tapi orang tua ku khawatir kalau kamu sendirian jadi biar aku menemani ku saja disitu ya." Usul Adi.
"Tidak usah Di, tidak apa-apa kok." Rei menolak halus.
"Sudah jangan menolak, pokoknya 15 menit lagi aku sudah tiba ya.""Klik...suara telpon ditutup dari seberang."
Rei terdiam dengan sikap Adi yang spontan menutup telpon.
*******
"Tok...tok...tok..." Suara ketukan dipintu terdengar nyaring, karena si mpunya suara mengetuknya dengan kencang.
Rei yg saat itu sedang melipat pakaiannya dan merapikannya kedalam lemari, cukup terkejut dengan suara ketukan tersebut. Dia masih keheranan, siapa yang datang malam-malam seperti ini? Ujarnya dalam hati.
Dengan langkah gontai, Rei berjalan keluar kamar kemudian turun.
"Klik..." Kunci pintu diputarnya. Pintu terbuka dan Rei melihat sahabat akrabnya sudah berdiri didepan pintu sambil nyengir."Ya ellaaaaaaahhh....dikira siapa!" Ujar Rei sambil pasang wajah dengan ekspresi agak kesal.
"Hehehehe...maaf mengejutkan mu, surpriseeeee....!!!" Jawab Adi sambil cengar cengir karena ulahnya berhasil membuat sahabatnya tersebut kesal.Mereka berdua berjalan masuk, Adi mengikuti Rei dari belakang. Rei kemudian memasuki ruang makan dan duduk di kursi meja makan. Rei tertunduk lesu menatap meja, sedangkan Adi beranjak pergi ke dapur mengambil gelas dan air. Dibawanya gelas berisi air tersebut ke meja makan, kemudian diberikannya pada Rei.
"Rei, minum dulu nih!" Perintah Adi
"Terima kasih banyak ya Di." Rei menerima gelas tersebut kemudian meminumnya walaupun hanya seteguk.
"Ada apa Rei? Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu. Seperti ada beban." Tanya Adi.Rei menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan nada berat. Rei kemudian mengambil handphonenya dari saku, sesaat Rei membuka layar handphonenya kemudian memberikannya pada Adi.
"Hah! Siapa ini yang berani mengancam kamu Rei?" Nada bicara Adi agak naik.
"Aku juga tidak tahu Di, nomornya tidak aku kenal sama sekali." Jawab Rei.
"Songong ni orang! Coba saja kalau aku tahu siapa orangnya. Sudah ku pukul ini orang." Geram Adi.
"Sabar-sabar Di, buat apa juga kamu menyelesaikan masalah dengan kekerasan, tidak akan menyelesaikan tapi malah menambah masalah baru. Lagi pula kita kan tidak tahu maksud orang ini apa dan siapa orangnya." Jelas Rei.
"Iya juga sih Rei, aku sih kesal saja karena ulah orang ini." Adi masih agak emosi.
"Aku mengerti Di, kamu perduli pada ku. Kamu memang sahabat terbaik yang aku miliki selama ini. Tapi kita juga jangan terpancing emosi karena justru kita yang akan rugi." Tambah Rei.Adi berdiri kemudian berjalan ke belakangnya Rei, tangan Adi memegang kedua pundak Rei. Kemudian memijatnya perlahan, agar Rei merasa relax.
"Sabar ya Rei nanti kita juga akan tahu kok siapa orangnya. Kita berdo'a saja pada Tuhan agar membuka kan semua kebenarannya." Ucap Adi dengan bijak.
"Sekali lagi terima kasih banyak ya Di, atas perhatian dan keperduliannya, biar Tuhan yang membalas kebaikan mu." Jawab Rei.
"Santai brother, kalau kamu butuh bantuan apapun, bilang saja ya. I am ready!" Ucap Adi dengan penuh semangat.Hati Rei terasa sedikit lebih lega sekarang, selain karena mendapat dukungan Adi, dia juga merasa sedikitnya sudah mengungkapkan kebingungannya pada Adi. Rei sendiri belum tahu harus membalas kebaikan Adi selama ini dengan apa.
"Sekarang kamu mendingan mandi dulu sana Rei agar semakin segar pikirannya dan santai syarafnya!" Saran Adi.
"Ok..kamu tunggu sebentar ya, kalau mau menonton silahkan nyalakan saja televisinya!" Balas Rei sambil beranjak pergi menuju kamarnya.*******

KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH PENGORBANAN By Matcha
NonfiksiPengorbanan memang tidak mudah, namun kadang itu menjadi suatu pilihan terakhir untuk melihat orang yang dicintai bahagia.