4

90 0 0
                                    

Rei mengantar Ibunya sampai digerbang pintu pagar. Sebuah Taxi sudah menunggu disana. Sebelum masuk ke dalam Taxi, Ibunya Rei mencium kening anak kesayangannya tersebut. Kemudian Rei membalasnya dengan mencium kedua pipi Ibunya serta memeluknya erat meski sesaat.
Taxi berlalu meninggalkan Rei dan Adi yang berdiri sedang melambaikan tangan ke arah Ibunya Rei yg melambai melalui kaca bagian belakang. Setelah Taxi berbelok dan tidak terlihat, Rei mendahului masuk ke dalam rumah. Adi mengekor masuk setelah sebelumnya menutup pintu pagar. Saat Adi sampai di ruang tengah, Rei sedang menuruni anak tangga dengan tas menempel dipunggungnya. Tas warna merah tersebut terlihat menggembung tanda bahwa isinya penuh.

"Sudah siap?" Adi bertanya pada Rei.
"Sudah kok, tapi sebelum pergi, sebaiknya kita sarapan dulu. Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kita di meja makan." Ujar Rei.
"Baiklah..." Adi menganggukan kepalanya. Sambil mengikuti Rei berjalan menuju ke arah ruang makan.

***

"Kriiieeeeetttt...." Suara pintu pagar dibuka Rei. Mereka berdua keluar dari rumah Rei, kemudian pintu pagar ditutup kembali lalu digembok. Mereka berdua berjalan ke arah sebelah kiri rumah Rei, menuju ke rumah Adi. Rumah Adi memang dekat hanya terhalang sekitar 3 rumah dari rumahnya Rei. Adi termasuk anak orang kaya namun tidak sombong, bahkan keluarganya dijadikan sebagai contoh oleh masyarakat sekitar dan penghuni kompleks disekitarnya. Keramahan selalu terpancar dari keluarganya Adi. Semua diperlakukan sama dan sering sekali keluarga Adi turun membantu dalam hal kemasyarakatan baik secara materi maupun fisik.
Rumah bercat putih itu kini berada di depan mata Rei. Bangunan bergaya minimalis namun luas, semakin asri dihiasi taman dan rumput hijau yang tertata rapi mengelilinginya.
Adi mengeluarkan kunci dari sakunya, membuka gembok pintu pagar kemudian mempersilahkan Rei masuk.

***

Semilir angin sepoi meniup wajah Rei. Sejenak mata Rei terpejam menikmati sentuhan lembut dari sang angin yang menebarkan aroma tumbuhan dan rumput yang ada disekitar kolam renang.
"Puukkk...!!" pundaknya ditepuk seseorang dari belakang.
Rei menoleh ke belakang dan mendapati sahabatnya sedang menuangkan juice jeruk di meja kecil yang tepat berada dibelakangnya. Rei membalikan badan kemudian duduk di kursi.

"Thanks ya Di, tahu aja orang lagi haus." Rei nyengir sambil mengangkat gelas juice tersebut untuk kemudian diteguknya sampai habis tak tersisa.
"Ish..ish..ish...." Adit menirukan kata-kata Upin dan Ipin.
"Gak salah nih?!" Alis Adi naik satu. "Haus atau kesurupan nih?!" Adi menyindir Rei sambil tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu.

Rei garuk-garuk kepalanya meski tidak gatal, terlanjur malu dirasanya.
Wajah Rei merah merona karena malu. Tapi itu malah membuat Rei semakin kelihatan tampan.

"Rei, mau berenang sekarang?!"
"Boleh, kamu gak berenang?" tanya Rei balik ke Adi.
"Yups...aku berenang kok. Aku mau ambil celana renang ku dulu."
"Ya sudah sana! Nanti kita berenangnya bareng saja."
"Ok..!" timpal Adi.

Adi masuk ke dalam rumah. Rei menunggu dengan sabar sambil dia memainkan handphonenya. Tak lama kemudian Adi keluar dengan hanya mengenakan celana renang ketat berbentuk segitiga, lebih tepatnya lagi modelnya seperti celana dalam. Warnanya biru metalik sehingga tercetak jelas sebuah tonjolan disana. Rei sedikit tersentak melihat pemandangan yang tampak di depan matanya. Jelas-jelas dia melihat sebuah keindahan bentuk dan ukuran milik sahabatnya tersebut.

"Woiii...Rei kok malah bengong?!"
"Eh..ehmm..gak apa-apa kok." Jawab Rei terbata-bata.

Sambil tersenyum Adi mengikuti kemana arah mata Rei tertuju. Adi menunduk dan faham bahwa Rei sedang memperhatikan benda kebanggaannya tersebut. Tiba-tiba pikiran usilnya muncul. Dengan cepat dia mendekati Rei, lalu dipegangnya tangan Rei kemudian ditempelkan tepat di tonjolannya tersebut. Rei hanya diam saja karena kaget. Adi mendekatkan wajahnya ke telinga Rei sambil berbisik.

SEBUAH PENGORBANAN By MatchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang