Planning

4.6K 384 7
                                    

.

.

.

.

Sebenarnya aku malas kalau harus berhubungan langsung dengan Taehyung. Bukan dari dulu aku merasakan hal ini. Saat aku mengetahui semua rencananya, sejak itulah aku mulai tidak menyukainya. Aku kira dia seperti itu karena mengejar kekuasaan, tapi ternyata Taehyung lebih tertarik membuatku hancur dari dalam. Meski begitu, untuk sementara waktu. Akan lebih baik jika aku mengikuti perkataannya demi bisa mencapai sesuatu yang aku inginkan. Mungkin akan sangat beresiko ke depannya, maka dari itu aku harus selalu waspada dengan apa yang akan dia lakukan.

Kenyataan bahwa aku ini kejam, terlalu tidak perduli dengan apapun, itu tidak salah. Tapi yang sebenarnya, aku bisa mengorbankan segala yang aku miliki. Aku bisa mengesampingkan harga diriku jika itu berhubungan dengan orang-orang yang aku sayangi.

Seperti sekarang ini. Dia tidak mundur sedikitpun saat aku menciumnya duluan. Demi apapun di dunia, aku tidak pernah mencium bibir pria manapun walau faktanya aku seorang wanita yang hanya mencari kepuasan di luar sana. Di antara banyaknya lelaki yang tidur denganku, hanya Jungkook lah yang berhasil membuatku jatuh tidak berdaya, jatuh kepelukannya dan mendadak menjadi orang bodoh yang dengan suka rela memberikan bibir ini padanya. Jadi tidak salahkan kalau sekarang aku membayangkan wajah Jungkook yang kini berada di depanku? Bibir yang kini melumatku lembut, aku hanya akan berimajinasi kalau bibir ini adalah bibir Jungkook. Bukan milik Taehyung.

Bagaimana mendengar beratnya dia manahan segala nafsu yang ia rasakan lewat nafasnya yang terengah, aku sangat yakin kalau selama ini Taehyung hanya bisa menahan birahi yang ia rasakan. Dia meremas pantatku secara tiba-tiba. Bibirnya mulai menelusuri leher dan sesekali membiarkan nafasnya menyapu kulitku.

Dia bukan Taehyung, dia Jungkook. Iya. Pria di depanku ini adalah Jungkook. Bukan sepupuku Kim Taehyung.

Biarkan aku menggila. Membatin dengan segala umpatan kekesalan berusaha meyakinkan diri kalau pria di depanku ini adalah Jungkook. Aku merasa sangat berdosa, terluka juga sakit saat harus menerima kenyataan kalau segala imajinasiku tak akan mengubah fakta apapun kalau benar dia adalah putra dari adik ibuku. Saudaraku. Kim Taehyung yang kini menikmati setiap inci dan sela dari tubuhku.

Mataku memejam. Menggigit bibir ini kedalam saat jarinya yang panjang memasukiku dengan usapan lembut yang ia lakukan terlebih dulu. Memberikan sedikit rangsangan yang aku yakini, berhasil.

Bibi, maafkan aku. Jungkook...

Kalimat itu berkali-kali menjerit di dalam batinku. Aku merasa begitu hina dan tidak tau malu. Aku kotor. Sangat. Saat di mana dia kembali membawaku ke kenyataan, membuyarkan perasaan bersalahku pada ibunya. Dengan tempo cepat jemarinya mengaduk di dalam sana. Mengeruk, dan sedikit membengkok dengan sangat cepat. Mataku memejam rapat, tapi aku sadar kalau dia tengah menikmati bagaimana wajah ku sekarang. Wajah merah dan sensual yang ia harapkan selama ini.

Mataku terbuka saat dia mendadak melepas jemarinya. Menatapku dengan raut wajah seksi yang tidak pernah aku sangka. Dia tersenyum puas. Menunduk mempermainkan dadaku yang sudah mengeras karena rangsangan yang sebenarnya tidaklah pantas.

"Akh!" jeritanku lumayan keras. Aku tidak menyangka kalau dia menunduk hanya demi meraih milikku yang kini sedikit terbuka. Seperti orang kesetanan, dia bergerak di bawah sana. Menjilat, menyesapnya berkali-kali. Ku bungkam mulutku sendiri, teriakan karena nikmat tak akan keluar dari sana jika aku menutupnya kan? Ku lihat botol minuman yang masih separuh di atas meja dekatku. Mungkin mabuk adalah hal tepat saat tak ingin mengingat situasi tak senonoh ini. Tanpa pikir panjang lagi, ku minum saja dan langsung menyisakan sedikit.

NOONA  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang