The Fucking Bastard

5.7K 422 34
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



.

.

.

.

.

"Noona, kau kah itu?"

Suara berat yang beberapa hari ini tidak aku dengar, reflek membuatku tersentak luar biasa. Taehyung duduk di ruang utama pada awalnya, lalu berdiri berjalan menghampiriku yang masih mematung di pintu masuk. Ku tatap tajam dirinya, berharap dia tidak melakukan hal yang menakutkan, seperti menarikku atau memarahiku mungkin. Tapi diluar dugaan, dia malah membawaku ke dalam pelukannya dengan begitu lancang."Apa yang kau lakukan, bocah tengik?! Beraninya kau_"

"Noona, aku merindukanmu." Selanya. Aku bungkam."Dari mana saja kau, hm? Ponselmu tidak aktif. Di kantorpun tidak ada. Aku takut terjadi apa-apa padamu. Kau baik-baik saja?" pelukan hangat Tae semakin erat saja. Tak perduli bagaimana wajah kesalku sekarang ini.

"Sejak pulang dari Jepang, noona menjadi aneh sekali. Kau pendiam, dan terlihat semakin seram saja. Saat rapat kemarin, maaf aku tidak bisa ikut serta. Tapi dari yang kudengar, bukannya noona sudah berhasil menutup kerugian perusahaan? Noona berhasil membuat kerja sama dengan CEO Hanagawa. Aku ikut senang mendengar itu." lanjutnya.

Aku tidak merespon apapun. Entah dia tulus atau tidak mengatakan hal itu. Yang pastinya, ingin sekali aku meninju wajah munafik itu sesekali. Memberinya kesadaran dengan kepalan tanganku kalau mungkin. Tapi tidak. Aku tak bisa bersikap sembrono. Taehyung itu pintar dan licik. Aku hanya harus bersikap baik."Aku menghabiskan malam di vila milikku yang ada di Hongdae. Terlalu lama bekerja, membuat otakku terasa terbakar. Aku butuh hiburan."

Taehyung bangun dari pelukannya, menepuk kedua pundakku dengan berani."Ajaklah aku sesekali. Jangan liburan sendirian saja. Aku juga butuh hiburan." Taehyung berjalan menjauh, kembali ke tempat dimana ia duduk.

Aku tersenyum miring. Melepas baju luar yang kupakai dan ikut duduk tak jauh darinya."Kalau kau ikut juga, lantas siapa yang akan mengawasi perusahaan di saat aku tidak ada?"

"Aku akan menyerahkannya pada team eksekutif lainnya atau ke bagian COO mungkin." Jawabnya mudah dengan senyum lebar. Terlihat begitu tampan. Tapi bagiku, dia mirip seperti Joker. Menyembunyikan kekejamannya, dengan topeng kebahagiaan.

Aku berdecih. Memijat belakang leherku lelah. Dengan mudahnya dia menyerahkan urusan perusahaan pada bagian C-Level. Meminta bantuan mereka sama saja menurunkan harga diriku sebagai CEO. Memperlihatkan bagaimana tidak becusnya aku dalam mengurus perusahaan. "Semudah itukah? Aku baru tau kalau kau bisa dengan mudahnya melepas tanggung jawab yang kuberikan, lalu menitipkannya pada bagian tertentu. Kenapa tidak sekalian saja kau serahkan jabatanku pada komisaris perusahaan? Dengan begitu, aku bisa di pecat dengan mudah."

NOONA  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang