4. Tawa

28 6 5
                                    

Jangan lupa vote, comment and share cerita Alastair

Selamat membaca!!

4. Tawa

Sesuai dengan agenda. Sekarang Alasta dan teman – teman yang lainnya menuju Panti Asuhan Bunda Kasih yang letaknya tidak jauh dari markas. Alasta memarkirkan mobilnya diarea luar. Motor dan mobil milik anak – anak Griffin telah sampai lima belas menit yang lalu. Itu yang Nandar ucapan pada saat nelfon, tadi. Memang, Alasta yang tiba terakhir hari ini.

Alasta turun dari mobil dan melangkah menuju gerbang. Benar dugaannya semua anak Grifiin telah sampai. Tidak ada yang terlambat.

"Udah kumpul semua?" tanya Alasta begitu Agam, salah satu anak Griffin melintas dihadapannya.

"Udah bang. Tinggal nunggu abang. Didalem juga abang udah ditunggu sama Bang Galzan," tutur Agam menjelaskan.

"Lo mau kemana?" tanya Alasta

"Ngambil minuman dimobil Bang Galzan. Disuruh sama Bang Galzan tadi."

Alasta menaikan sebelah alisnya. "Bukannya semuannya udah masuk ke mobil Nandar sama Orion?"

"Bang Galzan beli minuman buat anak – anak, bang," jawab Agam.

Alasta menganggukkan kepalanya mengerti. "Gue temenin," ujar Alasta yang dibalas gelengan kepala oleh Agam.

"Jangan bang, mending gue aja," tolak Agam.

"Emang lo kuat bawa minuman berdus - dus kayak gitu?" tanya Alasta. Mellihat raut ragu diwajah Agam membuat Alasta tersenyum."Ayo gue bantu, biar cepet kelar," putus Alasta.

Alasta dan Agam bergegas menuju mobil Galzan. Mengeluarkan empat dus minuman dari mobil lantas membawanya kembali menuju panti.

Tak ada yang berbicara disepanjang perjalanan. Alasta yang fokus dan Agam yang segan.

"Lama amat datangnya?" tanya Galzan begitu Alasta dan Agam menurunkan dus yang berisikan minuman.

"Tega ya lo biarin Agam ngambil minuman sendiri dimobil lo,"tutur Alasta.

"Gue kira Agam bareng sama yang lain."

Alasta mendengus. Menyebalkan memang berbicara dengan Galzan.

"Kenapa lo telat?" tanya Guntur kepada Alasta.

"Ada urusan," jawab Alasta.

"Apa?"

"Tadinya gue mau jemput Melodi, mau ngajak jalan," jawab Alasta dengan tenang, berbeda dengan Guntur yang sudah mengeluarkan tanduknya.

"Pepet terus Al, jangan sampe ketikung Guntur," sorak Nandar yang membuat Guntur makin panas.

"Tenang, Nan. Kemarin kan yang nganterin Melodi bukan gue, tapi besok – besok pasti gue yang nganter doi," jawab Alasta.

Benar dugaan Alasta. Guntur menatap dirinya tajam, dengan tangan yang siap untuk dilayangkan.

"Berani lo sentuh dia, habis lo!" ancam Guntur yang sudah tidak kuat menahan emosi.

Tawa Alasta dan Nandar meledak saat melihat Guntur yang tengah cemburu. Banyak pasang mata yang memperhatikan Alasta dan Nandar saat ini. Termasuk gadis cantik disebelah Galzan yang terpana melihat tawa Alasta.

"Ketawa terus, gue doain kesedek ludah," ujar Guntur dengan wajah dongkol. Memang Nandar dan Alasta sangat kompak bila menjahili Guntur.

Tawa Alasta dan Nandar mereda. Tidak menyangka dengan reaksi yang diberikan Guntur. Kulkas satu itu telah sedikit mencair.

"Dia gebetan lo, Bang? Mirip kok. Kata orang kalau mirip berarti jodoh," celatuk Nandar yang dari tadi memperhatikan gadis disamping Galzan. Sebelum Alasta bergabung bersama mereka.

"Ogah gue jadi gebetannya Bang Gal,"

Alasta menatap Galzan, meminta penjelasan atas ungkapan gadis tersebut. Galzan menghela napas, "Dia adik gue, namanya Aleska Putri Achizia panggil aja Juminten," ungkapan Galzan barusan membuat Aleska mendengus lantas memukul kepala belakang Galzan dengan keras membuat sang empu kepala mengaduh kesakitan.

"Adik gak ada akhlak, sakit bego!" Galzan menatap Aleska dengan tajam, sedangkan Aleska memutar bola matanya.

"Adik sama Kakak emang gak ada akhlak," ungkapan Alasta mendapat pelototan tidak terima dari Galzan dan Aleska.

"Sialan lo Al, gue satu tahun lebih tua dari lo," ujar Galzan sinis. "Tapi gue liat – liat lo sama Aleska mirip deh, berarti jodoh." Galzan menatap Alasta dan Aleska dengan mata berbinar, seperti baru saja mendapatkan uang ratusan juta.

Plak

pukulan kembali Galzan terima dengan orang yang sama, Aleska. Aleska menatap sengit kearah Abangnya. Memalukan memang mempunyai sosok Kakak yang menyebalkan.

"Anjim, kenapa lo pukul belakang kepala gue. Sakit bego, lo jatohin harga diri gue didepan calon adik ipar gue," omel Galzan kepada Aleska.

"Gue pukul biar otaknya kembali ketempat semula," polos Aleska menghadirkan gelak tawa dari Nandar dan senyum tipis Alasta yang berhasil membuat Aleska membeku.

Senyum tipis yang menghasilkan lesung pipi yang menyembul malu – malu. Alasta menormalkan ekspresi wajah saat tersadar jika Aleska memperhatikannya. 

****

4 Juni 2021

Cirebon

ALASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang