11. Kejahilan Alasta

10 2 0
                                    

Jangan lupa vote, dan komen 

11. Kejahilan Alasta

Tiga laki – laki tampan memasuki area kantin. Seketika kantin yang tadi ramai menjadi semakin ramai saat mereka bertiga duduk di area pojok.

Alasta, laki – laki tersebut mendudukkan dirinya pada kursi dan matanya mulai mengamati keadaan sekitar. Suasana yang riuh, semilir angin yang berhembus, berbagai aroma makanan yang tercium membuat Alasta lapar.

"Mau pesan apa?" Guntur yang sedari tadi diam akhirnya buka suara.

"Bakso sama es teh. Gak pake mie, Tur," tutur Alasta.

"Samain sama Al," ujar Nandar.

Alasta fokus dengan ponsel digenggamannya. Mengabaikan Guntur yang melenggang pergi memesan tiga porsi bakso. Alasta membuka sebuah galeri foto yang menampilkan seorang anak kecil yang digendong oleh seorang wanita, dengan tangan sang ayah melingkar dipinggang sang wanita. Foto yang diabadikan saat Alasta berulang tahun yang ke empat.

"Kak Al."' sebuah suara membuat Alasta mendongak. Seorang gadis dengan senyum manis berdiri disamping mejanya.

"Kak Al aja yang disapa, Kak Nandar enggak?" tanya Nandar pada Melodi.

Alasta menggeser duduknya, lebih merapat pada tembok. Menepuk kursi sebelah yang kosong, menyuruh Melodi untuk duduk disampingnya. Melodi yang mengerti langsung duduk disamping Alasta.

"Gak mau disamping Kak Nan?" tanya Nandar dengan lembut.

Gelengan kepala Melodi membuat Alasta tersenyum puas. Pandangannya mengarah pada gadis yang berada disebelahnya. Menyelipkan anak rambut Melodi pada telinga gadis tersebut. Perlakuan manis Alasta disaksikan oleh anak – anak yang sedang makan di kantin. Tidak menyangka seorang Alasta berbuat semanis itu. Bahkan beberapa gadis memekik tertahan, menggigit pipi bagian dalam, bahkan sampai menaboki teman yang berada disebelah, menahan untuk tidak berteriak melihat interasi Alasta dan anak baru.

"Kenapa?" tanya Alasta. Pandangannya terus menatap Melodi dengan lembut.

"Makasih udah bantu aku kak dari Deka," ujar Melodi balas menatap Alasta. Lantas memutus tatapan, memilih menunduk memainkan jari jemarinya.

"Gak usah takut sama Kakak," ujar Alasta, mengelus rambut Melodi dengan pelan.

"Aku jadi inget apa kata Papi, kalau sebenarnya aku mempunyai seorang kakak laki – laki yang sampai saat ini belum aku ketahui parasnya."

"Kamu boleh menganggapku sebagai kakak laki – lakimu," ucapan Alasta membuat Melodi dan Nandar tersentak. Melodi yang menampilkan ekspresi bahagia sedangkan Nandar yang terngangga. Tidak menyangka Alasta akan mengucapkan kalimat seperti itu.

Melodi reflek memeluk Alasta untuk menyalurkan rasa bahagianya. Alasta tidak memperdulikan tatapan siswa yang menatap dirinya dan Melodi dengan penasaran. Alasta membaalas pelukan Melodi sampai suara deheman seseorang membuat pelukan mereka terlepas.

Alasta menatap Guntur dengan jengah. Jangan lupakan tatapan mata Guntur yang tajam membuat Alasta ingin mencongkelnya.

"Mau gue congkel tu mata?" tawar Alasta. Menodongkan garpu yang dipegangnya kearah mata Guntur. "Mau yang kanan apa kiri dulu?" tanya Alasta.

Genggaman tangan Melodi pada tangan Alasta yang mengacungkan garpu kearah Guntur membuat Alasta menoleh. Gelengan Melodi membuat Alasta menurunkan tangannya. Tidak dengan Guntur yang semakin panas dan senyum miring yang terpantri dibibir Alasta.

"Jangan kak, kasian Kak Guntur." tutur Melodi lembut.

Alasta mengacak acak puncak kepala Melodi. Gemas dengan tingkah laku Melodi. Rasanya ingin sekali menjadikan Melodi adiknya. Karena tidak mungkin juga Alasta menyukai Melodi, secara Melodi sudah memiliki pawang seorang macan walaupun Melodi tidak mengetahuinya. Alasta masih sangat menyayangi nyawanya.

"Melodi mau jadi pacar kakak?" tanya Alasta dengan sorot mata jahil kearah Guntur.

"Atau pacar Kak Nandar?" tawar Nandar ikut memanas - manasi.

"Atau mau jadi pacar Kak Guntur?" tanya Alasta kepada Melodi. Pertanyaan Alasta membuat Guntur mengumpat dalam hati. Memang berteman dengan Alasta tak akan bisa menyembunyikan sebuah rahasia. Termasuk perasaannya.

Gelengan dari Melodi membuat tawa Nandar pecah dan Alasta yang tersenyum tipis. Kasian sekali Guntur belum berjuang tapi sudah ditolak duluan. Alasta menatap Guntur dengan tampang menyebalkan.

"Mampus ditolak." gerakan mulut Alasta masih bisa Guntur tangkap. Guntur mendengus kesal. Mengapa mempunyai dua teman yang tidak waras.

****

4 Juni 2021

Cirebon

ALASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang