2. Perbedaan

34 6 5
                                    

Alastair update !

Selamat membaca

2. Perbedaan.

"Al!"

Seruan itu berhasil menahan langkah Alasta. Memutar tubuh, menemukan dua sahabatnya yang berlari kecil menuju kearah Alasta.

"Budeg apa gimana tuh telinga. Gue panggilin gak nyaut - nyaut," keluh laki – laki yang lebih pendek dari Alasta.

"Lo manggil di parkiran sedangkan Alasta udah jalan ke koridor." Guntur, laki – laki tersebut menatap Nandar dengan jengah. "Bukan telinga Alas yang gak berfungsi, tapi lo yang terlalu bego," sembur Guntur.

Nandar membuat ekspresi seperti orang tersakiti, membuat Alasta merotasikan bola mata. "Gila, sekali Guntur ngomong langsung nembus paru- paru gue."

"Al, besok jadi ke panti?" tanya Guntur kepada Alasta. Guntur dan Alasta kembali melangkah, meninggalkan Nandar yang sibuk tebar pesona dibelakang keduanya.

"Sesuai jadwal Griffin," jawab Alasta.

"Gyan." Alasta menghentikan langkah tiba – tiba, membuat Nandar menubruk punggung Alasta.

Tatapan Alasta menajam menatap Nandar yang bergeser kesamping kiri. "Bilang dong Al kalau mau berhenti. Sakit hidung gue ketubruk lo," keluh Nandar, mengusap hidungnya. Masih belum menyadari tatapan tajam Alasta.

Guntur mencolek punggung Nandar. "Apaan dah Tur colek – colek. Lo kira punggung gue sabun colek." omel Nandar.

Guntur menunjuk Alasta dengan matanya. Menyuruh Nandar untuk menatap Alasta yang sedang menatap dirinya. Nandar balas menatap Alasta dengan kerutan didahi. Mengapa jadi Alasta yang marah, pikir Nandar.

"Udah gue peringatin lo dari awal," ujar Alasta. Berlalu pergi meninggalkan Nandar dan Guntur. Guntur yang membeku dan Nandar yang membisu. Masih belum konek dengan tingkah Alasta.

"Al, kenapa?" tanya Nandar, setelah terjadi keheningan diantara keduanya.

"Lo, salah panggil nama dia," beritahu Guntur. Guntur menepuk pundak Nandar yang terdiam. Mencoba mengingat – ingat kejadian beberapa menit yang lalu. Menepuk keningnya sesaat setelah tersadar. "Hilangin amarah dia, Nan." pesan Guntur sebelum meninggalkan Nandar.

Nandar menghela napasnya, lantas berlari menyusul Alasta dan Guntur yang sudah berada di kelas.

"Al, maaf. Gue keceplosan," ujar Nandar setelah meletakkan tasnya dibangku belakang Alasta dan Guntur.

"Hmm."

"Al jangan diem dong. Gue seriusan minta maaf." Nandar sampai menggoyangkan lengan Alasta. Membuat Alasta memberikan tatapan tajam, membuat Nandar melepaskan diri dari Alasta.

"Gue baru inget, kemarin Galzan ngabarin gue katanya adiknya mau ikut. " Guntur menyela perbincangan Alasata dan Nandar. Membuat Nandar menatap Guntur kesal. "Lo izinin atau gak? Galzan butuh izin dari lo." tanya Guntur. Menunggu Alasta memberikan jawabannya.

Alasta berfikir sejenak. "Ajak," ujar Alasta dengan santai.

Guntur menganggukkan kepalanya paham. Lantas membuka aplikasi WhatsApp, mengabarkan Galzan.

"Gue heran sama lo Al." Nandar menatap Alasta yang sedang menaikan sebelah alisnya, menunggu Nandar melanjutkan ucapannya. "Lo kalau marah serem kayak singa yang mau nerkam mangsanya, tapi kalau lagi damai lo dingin kayak kutub utara, kadang lo hangat. Gue gak bisa bedain mana Gyan, Alas dan Asta." tutur Nandar.

Alasta menghela napasnya. Kenapa pula Nandar kembali membahas masalah itu disini. "Gyan adalah Gyan, begitupula dengan Alas dan Asta."

Melihat Nandar yang diam, membuat jiwa jail Guntur membara. "Otak bodoh lo gak bakalan nyampe sama penuturan Alas," Guntur menyahut, tanpa menatap Nandar. Karena dirinya masih berbalas pesan dengan Galzan

"Diem deh Tur. Jangan mancing keributan sama gue." ujar Nandar dengan kesal.

"Dasar tom and jery," ungkap Alasta.

"Siapa?" tanya Guntur.

"Lo sama Nandar," jawab Alasta.

"OGAH GUE DISAMA-SAMAIN SAMA DIA!" kata Nandar dan Guntur, dengan kompaknya saling menunjuk satu sama lain. Lantas membuang muka begitu mereka berdua tersadar.

Alasta terbahak melihat mereka berdua yang saling melemparkan tatapan sinis dan tajam. Alasta serasa mendapatkan pertunjukan komedi yang sedang Nandar dan Guntur lakoni. Benar - benar upin dan ipin versi nyata bagi Alasta. Rasanya Alasta bisa tertawa lepas hanya dengan melihat tingkah konyol Nandar dan Guntur. Walaupun Guntur termasuk orang yang sedikit dingin, tetapi jika sudah dihadapkan dengan Nandar maka Guntur menjadi orang yang selalu menyinyir Nandar. Nandar? Jangan tanyakan tentang dia. Karna Nandar tetaplah Nandar dengan tingkahnya yang gila.

****

4 Juni 2021

Cirebon

ALASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang