Hari ini jimmy kembali berkuliah dengan suasana hati yang lebih baik juga keadaan yang sudah jauh lebih baik berkat teman-temannya yang mengurusnya. Kini jimmy dan valen sudah tiba di kampus. Menyempatkan diri untuk mengunjungi toilet demi menemani valen yang ingin menuntaskan urusannya. Jimmy duduk di bangku panjang yang disediakan di sepanjang koridor lalu merogoh saku celananya guna mencari ponselnya.
Jimin menyipitkan matanya kala mendapat direct message dari rose. Menghela nafas kasar sebelum akhirnya membukanya. Rose mengatakan bahwa dirinya akan datang saat makan siang di cafe yang terletak dekat dari kampusnya. Jimmya mengiyakan saja, tidak terlalu memikirkan perihal rose. Lebih memilih untuk mengistirahatkan hatinya dari segala hal yang melibatkan hati dan perasaan.
Jimmy menatap ponselnya yang menunjukkan kontak line dengan nama jovanka disana. Terbersit rasa rindu dengan gadis itu. Jimmy mengusak rambutnya beberapa kali kemudian memasukkan ponselnya kembali, tepat setelahnya valen keluar dan keduanya berjalan menuju kelas.
Saat akan menaiki tangga menuju lantai dua, jimmy dan valen berpapasan dengan jovanka dan teman-temannya yang akan turun. Jimmy menatap jovanka yang sempat meliriknya beberapa detik kemudian mengalihkan pandangan. Jimmy terus menatap jovanka yang nampak baik-baik saja. Bagus deh jovanka baik-baik aja, batinnya tersenyum miris.
"Udah woy, jangan diliatin mulu"
"Gua cuma mastiin dia oke"
"Ya dia oke lah, kan masi ada cowonya", ucap valen seketika menyadarkan jimmy. Benar, jovanka masih memiliki nevan, lantas untuk apa jovanka merasa galau.
"Ntar juga putus", ucap jimmy asal. Tidak ingin berbohong, jimmy masih menginginkan jovanka, namun dirinya tidak tahu apakah jovanka merasakan hal yang sama dengannya atau tidak.
"Jangan kebanyakan mimpi lo"
📌📌📌
Jimmy kembali mengecek ponselnya yang sedari tadi bergetar. Dirinya dan valen sedang berada di dalam mobil, menuju cafe tempat dirinya dan rose akan bertemu. Dan sejak tadi rose sudah memberikan pesan bahwa dirinya sudah tiba. Valen sendiri sebenarnya tidak ingin ikut dan mengganggu pertemuan jimmy dan rose, namun jimmy memaksa. Sengaja agar tidak berdua dengan rose.
Aneh, padahal saat sma jimmy sangat menyukai dan mengagumi rose. Dan kini jimmy seolah terpaksa untuk bertemu dengan rose. Mungkinkah karena jovanka? Atau sebelum kehadiran jovanka pun, rasa itu sudah hilang. Jika dulu, bertemu dengan rose adalah menunggu yang paling membahagiakan, kini saat akan bertemu pun enggan rasanya. Mungkin jimmy terlalu banyak memberikan perasaannya pada rose sehingga kini telah habis tak bersisa untuk gadis blasteran itu.
Tiba di cafe yang dimaksud, valen keluar lebih dulu dari mobil karena ingin segera pergi ke toilet, sementara jimmy masih berdiam diri didalam mobil menata hati dan pikirannya. Jimmy hanya takut jika rose atau bahkan dirinya sendiri ternyata datang dengan perasaan yang dulu pernah ada. Jimmy masih ingin memperjuangkan jovanka yang mungkin sudah bahagia bersama kekasihnya.
Menghela nafas berat, jimmy kemudian keluar dari mobil dan masuk kedalam cafe kekinian yang dihiasi banyak lampu neon itu. Setelah masuk, mata jimmy berkeliling mencari gadis yang kini telah berambut panjang dengan warna blonde—yang ia lihat dari instagramnya—. Setelah menemukan perempuan yang duduk membelakanginya, jimmy melangkahkan kakinya menghampiri rose yang nampak tengah sibuk dengan ponselnya.
Jimmy menyentuh pundak rose, "Hai".
Perempuan yang mengenakan pakaian santai itu terkejut dan sontak berdiri, memeluk jimmy yang terkejut ditempatnya. Rose memeluk tubuh jimmy erat, "Kangen banget, its been a long time".
Dengan canggung, jimmy membalas pelukan rose namun tak lama gadis itu melepas pelukannya dan meneliti penampilan jimmy dari atas hingga bawah, "Makin ganteng aja kamu", godanya membuat jimmy terkekeh. "Eh yuk duduk".
"Apa kabar rose?"
Rose mengangguk semangat, "Aku baik banget, kamu sendiri gimana? Keliatannya baik banget ya".
Jimmy meletakkan tasnya di kursi kosong disampingnya lantas mengangguk santai, "Gue juga baik banget, lo lagi liburan atau gimana?"
"Rose!"
Suara valen dari belakang tubuh rose membuat rose berbalik dan kembali berdiri disertai rasa terkejut yang teramat, "Valen! Astaga uda ngga gondrong", pekiknya kemudian bergerak memeluk valen seperti yang dilakukannya bersama jimmy. "Yang diinget rambutnya doang ya", ucap valen terkekeh seraya balas memeluk tubuh rose yang masih sama kurusnya dengan dulu.
"Kita pesen minum aja dulu sambil cerita cerita"
Ketiganya memesan minuman juga dessert sebagai teman ngobrol. Rose memukul lengan jimmy dan valen main-main. "Makin ganteng aja kalian, pasti cewenya banyak", omel rose. Kemudian valen menyahut dengan suara tawanya yang khas, tak lupa memasang wajah sombong dengan dagu yang sengaja ditinggikan. "Gua gabakal boong si, emang banyak yang ngejer ngejer gua, tapi gua uda fokus ama satu"
Rose membelalakkan matanya, "Serius? Yaampun akhirnya kamu tobat juga ya. Kamu gimana jim?", tanya rose seraya menyeruput minumannya yang berwarna hijau itu sedikit demi sedikit. Hubungannya dan jimmy di masa lalu tentu saja masih membekas hingga kini.
"Lagi galau dia, abis ditinggalin gebetannya". Bukan jimmy yang menjawab, justru valen yang berinisiatif menjawab pertanyaan rose, sementara matanya melirik jimmy yang tampak tak tertarik untuk sekedar membuka mulut.
Rose bergerak untuk menggenggam tangan jimmy yang menganggur di atas meja. "Yang sabar ya? Kalo boleh tau kenapa?"
Jimmy menggeleng pelan, tanda tak ingin membahas hal ini lebih jauh. Luka di hatinya masih menganga. Namun jika jovanka ingin melupakan, maka jimmy akan berusaha untuk melakukan apa yang jovanka minta. Mungkin ini memang yang terbaik untuk keduanya. Mungkin, memang hubungannya dengan jovanka tak akan bertahan lama karena mereka memulainya pun dengan cara yang salah.
Mau meledak ni pala.
"Gimana engga, gebetan dia uda punya cowo", celetuk valen tak memperdulikan raut wajah jimmy yang mulai memerah, kesal. Melihat hal itu, rose tidak berani berkomentar, maka dengan canggung rose berusaha menghabiskan minumannya. Dibawah sana, kakinya menendang tulang kering valen yang berada didepannya sehingga laki-laki itu mengaduh kesakitan. Wajahnya memandang rose penuh tanya, namun rose hanya menyuruh valen diam dengan raut wajahnya.
"Rose, gua seneng banget ketemu lo lagi. Tapi timingnya lagi ngga pas. Lo sampe kapan disini?"
"Tenang, tiga bulan kedepan aku disini ko"
"Ngapain lo lama-lama disini?", tanya valen membuat rose untuk kedua kalinya menendang tulang kering valen yang membuat laki-laki itu kali ini berteriak cukup kencang. "Sialan, tendang aja terus. Anggep aja bola"
Seolah tidak mempedulikan rose dan valen, jimmy tersenyum tipis dan kembali membuka suara. "Yauda kalo gitu, kita bisa ketemuan lagi kapan-kapan. Maaf banget ya se". Suara jimmy terdengar penuh penyesalan, karena walau bagaimanapun rose adalah perempuan yang baik padanya dan valen sejak dulu, jadi tidak ada alasan bagi jimmy untuk memperlakukannya tidak baik.
"Gapapa kali jim, aku paham ko"
Kemudian rose bergerak maju memeluk tubuh jimmy dengan erat yang dibalas tak kalah erat oleh jimmy. Keduanya berpelukan cukup lama hingga suara valen menyadarkan keduanya. "Kayanya abisgini lo gabakal bisa sama jovanka lagi deh jim"
Jimmy sontak melepaskan pelukannya dengan rose yang juga terlihat kebingungan. "Maksud lo apa?"
"Coba lo liat keluar", gumam valen.
Jimmy menuruti perkataan valen, dan jimmy tidak bisa tidak mengumpat kala mendapati seorang perempuan tengah memandanginya dengan wajah yang tidak dapat ia artikan. "Sialan, jovanka"
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Evince ;minyoon [✔]
Short Story[genderswitch] LOKAL Kakak tingkat? Ga salah? Gemes gemes gitu - jimmy, maba Bighit University 2020 minyoon jimin × yoongi (gs)