📌12 - Nevan

323 75 12
                                    

Kini keduanya sudah tiba di kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kini keduanya sudah tiba di kampus. Seperti biasa, mereka langsung pergi menuju kelas karena waktu hanya tersisa kurang dari 10 menit menuju kelas pertama yang sebenarnya sangat jimmy hindari karena dosen yang menyebalkan.

Namun langkah mereka terhenti ketika suara dari belakang mereka memanggil nama jimmy. Keduanya berbalik dan menemukan nevan yang tengah berjalan menghampiri mereka. "Lo pada tau cewe gua?", tanyanya ketika sudah tiba didepan adik tingkatnya.

Jimmy mengerutkan keningnya dan menoleh kesamping mendapati valen yang juga tengah menatapnya dengan raut kebingungan yang sama. "Lah mana kita tau bang, kan cewe lo. Kita mah kerjaannya ngegame bang dirumah"

Nevan menganggukkan kepalanya mengerti kemudian mengucapkan terima kasih sebelum akhrinya meninggalkan keduanya. "Masa iya jovanka ga ngasi tau cowonya?", tanya valen heran. Jimmy mengendikkan bahunya, "Ada masalah kali, gapaham juga gua"

Keduanya masuk dan mengikuti kelas pertama dengan kedua teman barunya. Jimmy sendiri akhirnya menyadari bahwa dirinya bisa menikmati jurusan ini, meski pada awalnya ini bukanlah keinginannya. Namun setelah dicoba, jimmy pikir dirinya bisa mengatasi ini. Jimmy tidak akan mengecewakan orang tuanya, terutama ibunya yang selalu mendukung apapun keinginannya tanpa pernah memaksa.

Setelah kelas selesai, para maba dipersilahkan untuk memilih ukm yang diinginkannya. Valen dan sowu yang ternyata memilih ukm yang sama, tentu saja pergi bersama. Sedangkan jae mengatakan akan bergabung dengan ukm seni, seni vokal. Maka jimmy pergi seorang diri menuju gedung olahraga yang sudah ia ketahui tempatnya. 

Jimmy berjalan cukup jauh menuju gedung olahraga hingga akhirnya tiba di pelataran gedung olahraga yang sangat besar itu. Dan begitu tiba disana, telinganya sudah disambut suara perempuan yang tidak asing lagi. Entah dimana, namun jimmy bisa mendengarnya dengan jelas. 

"Dari mana aja kamu semalem? Gada kabar sama sekali"

"Aku lagi gaenak badan"

"Jangan bohong"

"Jadi kamu gapercaya sama aku?"

"Aku semalem liat kamu keluar rumah"

"Kamu mata-matain aku?"

"Itu nggak penting, kemana kamu semalem? Kamu selalu aja bikin aku khawatir"

"Aku hampir diperkosa, puas?!"

"Itu karna kamu ngga dengerin aku untuk dirumah aja"

"Jadi kamu nyalahin aku?"

"Ya karna itu emang salah kamu"

"Dasar gapunya hati"

Selesai. Tidak terasa jimmy mendengarkan semuanya. Jimmy tidak tahu masalah sebenarnya, namun yang jimmy tangkap dari perdebatan barusan adalah nevan yang khawatir karena jovanka keluar rumah malam hari sendirian yang membuat nevan khawatir. Itu wajar, namun memata-matai kekasihmu sendiri? Jimmy rasa tidak.

Lalu nevan yang sepertinya menyalahkan jovanka atas tindak pemerkosaan yang terjadi pada jovanka itu membuat jimmy menggeram kesal. Laki-laki mana yang begitu jahat, begitu bodoh melakukan hal itu pada kekasihnya sendiri dimana seharusnya nevan menenangkan jovanka, lebih melindungi jovanka, bukan malah menyalahkannya. 

Jovanka sendiri tidak akan menduga bahwa akan terjadi hal seperti itu semalam. Cukup sudah, jimmy tidak tahan lagi. Maka yang dilakukan jimmy selanjutnya adalah mengejar jovanka yang berjalan ke arah taman belakang kampus. 

Jimmy mencari keberadaan jovanka hingga menemukan kakak tingkatnya tengah berdiri menghadap danau kecil dengan pancuran air kecil yang masih mengalirkan airnya. Jovanka terlihat hanya berdiri dengan tangan terlipat di dada, sesekali mengusap wajahnya, yang jimmy yakin bahwa jovanka tengah menangis.

Jimmy menghampiri jovanka yang dengan cepat menghapus air matanya. "Ngapain lo kesini?", ketus jovanka. Jimmy menahan senyum ketika mendengar nada ketus namun dengan suara sumbang jovanka. "Ini kan tempat umum", jawab jimmy.

Jovanka berdehem. "Lo itu selalu ada disekitar gua ya". Tangannya bergerak merapatkan cardigan rajut hijau nya ketika angin berhembus cukup kencang.

Jimmy tertawa renyah, "Anggep aja gua guardian angel lo". 

Jovanka terdiam. Seketika jimmy merutuki mulutnya, mungkin sekarang jovanka sudah ilfeel dengannya. "Gua emang berterimakasih sama lo karna uda nolongin gua semalem, tapi mendingan lo jangan deketin gua lagi ya", ucap jovanka yang kini menghadap jimmy.

Jimmy mengerutkan dahinya, "Kenapa emang kalo gua deketin lo?"

Jovanka menatap jimmy serius. Untuk pertama kalinya jovanka menatap dalam mata segelap malam jimmy. Dan jovanka akui, mata jimmy sedikit mengganggunya. Matanya terlalu gelap dan dalam. Belum lagi, jovanka yang baru menyadari bahwa dirinya terlihat kecil dihadapan jimmy. 

"Lo itu bego atau pura-pura bego? Lo tau sendiri kalo gua uda punya nevan, jadi lo harusnya tau diri. Cari cewe lain yang mau lo deketin, tapi itu bukan gua"

Jimmy mengikuti jovanka, melipat tangannya di dada. "Tapi gua juga yakin, kalo lo tau dia bukan cowo yang baik buat lo"

Kini jovanka menaikkan satu alisnya heran, sesekali memandang sekitaran taman yang masih cukup sepi. "Apa maksud lo?"

Jimmy tersenyum sinis, mendekatkan wajahnya pada telinga jovanka, "Cowo baik mana yang nyalahin lo ketika lo hampir aja diperkosa?"

"Sialan! Lo nguping?", pekik jovanka.

"Gua ngga nguping, tapi suara kalian kenceng banget", jawab jimmy ringan.

Jovanka menudingkan jarinya pada wajah jimmy, "Lo gausa ikut campur, dan gausa sok tau. Sekali lagi gua kasi tau, mending lo tau diri. Ngerti?"

Tanpa menunggu jawaban jimmy, jovanka berbalik meninggalkan jimmy sendirian di taman. Lagi-lagi jovanka mempermalukannya. Jimmy membuang nafas kasar kemudian pergi dari sana, kembali pada tujuannya untuk menuju gedung olahraga. 

"Gua bakal buktiin kalo bang nevan emang bukan yang terbaik buat lo", gumam jimmy pada dirinya sendiri.

Ketika dirinya tiba di gedung olahraga, sudah banyak anggota yang berada disana, termasuk nevan yang rupanya tengah tenang-tenang saja bercanda bersama teman-temannya. "Oy jim, lo beneran join?"

"Yoi bang", jawab jimmy sembari membalas uluran tangan kakak tingkatnya.

"Ngobrol-ngobrol aja dulu, kita tunggu member baru yang lain dateng, biar sekalian"

"Iya bang"

Setelah menunggu sekitar 20 menit, akhirnya ruangan ini penuh dengan anggota ukm ini, juga para maba yang akan bergabung dengan ukm olahraga, khususnya judo. Semuanya telah berkumpul, mendengarkan arahan dari Wonu selaku ketua ukm. 

Dengan jadwal latihan di hari kamis dan sabtu, dengan kompetisi-kompetisi yang bisa diikuti bila telah memenuhi kriteria. Jimmy tidak keberatan dengan hal itu, mengingat dirinya yang memang tidak ingin terlalu lelah dengan urusan kuliah dan organisasi, maka dua hari latihan menurutnya cukup. Ditambah hari minggu, hari berlatih opsional—bisa dihadiri bisa tidak—, karena wonu memberikan tempat khusus miliknya untuk berlatih.

"Yauda kalian boleh balik, ketemu lagi hari kamis"

Setelah selesai, jimmy segera menuju area parkir sembari memainkan ponselnya, mencari nama valen untuk menanyakan apakah dirinya sudah selesai atau belum. "Lo uda kelar nyet?"

"Gua uda di parkiran kali", jawab valen di sebrang. 

"Gua otw"


-tbc
heyo heyo hampir lupa up
gimana gimana part ini
book ini sepi peminat ya, apa di discontinue aja?
makasi uda baca
semoga suka💜💜

Evince ;minyoon [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang