🍁🍁🍁
Gelapnya malam tak membuat dua orang pemuda beranjak masuk pulang ke rumah. Keduanya diam sibuk dengan pikiran masing-masing, angin malam menerpa lembut kulit mereka membuat sensasi nyaman dan tenang. Meski begitu semua tak berpengaruh, hati mereka kacau pecah setelah semua yang terjadi.
Aksa, terus menggenggam erat tangan dingin Aska, mengusap pelan tangan lembut itu dengan ibu jarinya. Ia menoleh menatap sang kembaran yang menunduk tatapannya begitu kosong, jejak bekas air mata masih terlihat jelas dipipi putihnya.
"Lo, jangan terlalu dipikirkan apa kata mereka ya."
Jangan dipikirkan huh? Ingatannya terus berputar pada kejadian beberapa menit lalu.
Flashback
"Kamu itu gila. Dan harus masuk rumah sakit jiwa."
Deg
"Ma ... maksud tante apa?! A ... Aska ga gila," ucap Aska dengan nada bergetar. Kenapa dia disebut gila? Aska masih normal. Sungguh.
"Ga ada orang gila yang ngaku kalo dia gila," sarkah Raka.
"Tapi Aska bener ..."
"Kalo ga gila trus kenapa bunuh diri? Hanya orang gila yang berpikir seperti itu," sentak Dira.
"Bu ... bunda ..." lirih Aska. Ia menatap sang bunda dengan nanar tak percaya bahwa Dira mengagapnya gila. Ibu macam apa yang menganggap anaknya adalah orang gila.
"Aldi! Bawa anakmu itu kerumah sakit jiwa! Hal memalukan jika publik tau bahwa cucu keluarga Sandrika menjadi orang gila," ucap Lisa sinis.
"Yah ... ayah, percayakan sama Aska? Aska ga gila Yah," lirih Aska.
Aldi menulikan pendengaranya, ia langsung menarik Aska untuk ikut dengan.
"Yah ... Aska mohon ... Aska masih normal, Aska ga gila Yah, jangan bawa Aska kerumah sakit jiwa," ucap Aska seraya melepas cengcraman Aldi.
"Baiklah. Kita tak akan membawamu kerumah sakit jiwa ... tapi, akan membuangmu ke jalanan. Sepertinya itu tempat yang cocok untuk orang gila," ujar Raka sinis.
"Ahh ... anakku memang pintar," puji Lisa.
Mudra berjalan mendekati Aska, ia mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya.
Puk
Ia melempar uang-uang itu tepat dimuka Aska, lalu jatuh berserakan.
"Tu uang buat hidup lo dijalanan. Bakal susah kalo cuma minta-minta," ledek Mudra. Sontak semua langsung tertawa meremehkan.
Aska menutup matanya dan mengepalkan kedua tangannya. Kenapa? Semua yang dulu sangat menyayanginya menjaganya kini berubah. Aska tak lagi mengenal mereka. Hatinya sakit, setiap kalimat yang mereka lontarkan bagaikan silet yang merobek hatinya. Sakit namun tak berdarah.
Detik kemudian, Aska merasa ada yang memasang earphone dikedua telinganya. Lagu dengan judul Jalan Panjang itu terdengar ditelinga Aska. Perlahan Aska membuka kedua matanya.
Tepat dihadapannya berdiri Aksa yang tersenyum manis persis seperti senyumnya.
"Aksa! Apa yang kau lakukan?!" Sentak Lisa.
"Hanya menjalankan kewajibanku sebagai seorang kakak. Melindungi adiknya," kata Aksa menekankan kalimat terakhirnya sambil menatap tajam kearah Mudra.
Mudra hanya membuang pandangan kearah lain. Tak bisa dipungkiri ada rasa sakit dalam hatinya saat mendengar apa yang Aksa katakan. Melindungi adiknya. Huh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Aska✔end
Teen FictionIni hanya cerita tentang seorang anak yang tiba-tiba menjadi sebuah bayangan dikeluarganya. Ada namun tak dilihat, bersuara namun tak terdengar apa keluarganya ini buta dan tuli? 🚫kekerasan dalam keluarga (KDRT) 🚫setelah baca jangan durhaka, ingat...