5

6.6K 559 26
                                        


🍁🍁🍁

Pukul sudah menunjukan pukul 18:10 semua baru selesai melaksanakan Sholat magrib yang di imami oleh Andre. Lana kembali mengajak Aska untuk bermain tapi karna takut pulang malam lagi ia memilih untuk pulang kemansion Sandrika.

"Mah, Aska pulang dulu ya,"pamit Aska.
"Kami juga pamit pulang tan,"ucap Arfan mewakili dua temanya.

"Iya, Aska ga nginep sayang? Setidaknya pulihkan dulu tubuh mu nak,"kata Lani khawatir, meski ia bukan ibu kandung Aska tapi percayalah ia sangat menyayangi Aska seperti anaknya sendiri. Lani mengerti apa yang dirasakan Aska, dia butuh seorang ibu untuk mendampinginya maka dari itu Lani selalu siap untuk menjadi ibunya Aska.

Aska tersenyum entah senyum apa yang ia tunjukan namun mampu membuat Lani sedih.

"Nggak ma, lain kali Aska nginep,"tolak Aska lembut.
"Padahal Lana masih mau main sama kakak,"ujar Lana sedih. Aska berjongkok menyamakan tinggi badanya dengan Lana lalu mencubit hidung Lana.

"Kakak akan sering pulang kesini buat main sama Lana, dan ngajak Lana ketemu sama Yara oke,"bisik Aska. Lana hanya menganggukan kepalanya menurut ia juga ingin main lagi dengan temanya Yara.

"Kakak janji ya,"kata Lana lalu mengulurkan jari kelingking mungilnya dan langsung dibalas oleh Aska.

"Janji."

Baiklah kakak pung dulu,"Aska mengusak rambut Lana gemas lantas berdiri.

"Assalamualaikum,"pamit Aska dan teman-temannya bersama Andra yang akan mengantar Aska pulang.

....

Saat tiba di mansion ternyata masih nampak sepi mungkin belum pulang atau berdiam diri dikamar. Aska menuju kamarnya ia bersih bersih lalu turun kebawah menuju dapur untuk membuat makan malam.

Dengan cekatan ia memotong motong sayur karna sekarang ia akan membuat sop dan salad sayur. Karna sudah menjadi kebiasaan mereka jika makan malam hanya makan sayur tidak makan makanan berat.

Aska juga membuat jus sayuran seperti jus wortel, jus bit, dan dia juga membuat wedang jahe.

Selesai memasak Aska langsung bergegas kekamarnya namun saat keluar dari dapur Aska berhadapan dengan oma dan itu langsung membuat Aska meneggang.

Apa oma liat dia masak?
Apa oma akan membuang semua makanannya?
Apa dia akan dihukum? Tapi itu lebih baik daripada masakannya dibuang percuma.

Itulah yang dipikirkan Aska.

"Om..oma..,"lirih Aska.
"Hukum saja Aska tapi makanannya jangan di buang Aska mohon,"tutur Aska. Namun tak ada jawaban dari sang oma malah ia pergi dan duduk dikursinya tanpa sedikitpun melihat keatahnya.

Lagi suara dan kehadiran Aska mereka acuh kan seolah Aska itu tidak ada. Aska melihat kearah omanya yang duduk memunggunginya.

"Maafkan oma sayang," batin oma. Jika boleh jujur ia tak mau mengacuhkan cucunya apalagi Aska adalah cucu kesayangannya yang selalu membanggakan keluarga Sandrika. Namun karna egonya yang besar membuat semua berubah.

"Ngapain lo,"
Aska berbalik tepat didepannya berdiri Raka dengan angkuh. Baru saja Aska membuka mulut hendak bicara namun langsung dipotong oleh Raka.

"Pergi,"tegasnya lalu berjalan menuju meja makan setelah mengadukan bahu tegapnya dengan bahu Aska yang mungil membuat Aska mengaduh dan mundur beberapa langkah.

Lalu Aska melihat sang bunda tapi hanya melewatinya tanpa melihat kearahnya dan pergi begitu saja.

"Bunda,"gumam Aska

Cerita Aska✔endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang