Chapter 2

1.6K 1.3K 1.4K
                                    

Brakkk!

Lia terjatuh akibat dorongan Fiona tadi. Supaya Lia tidak tertabrak.

Akibatnya...

Fiona terkapar. Akibat terjangan dari motor tadi.
Luka di mana-mana. Darah berceceran di aspal.

"Bundaaaaaa!!"

"Hiksss..."

"Bangun Bunda, Bunda nggak boleh ninggalin Lia!"

Fiona merasa lemas, tidak bisa menahan rasa sakitnya.

Di sisi lain Andi sudah memiliki firasat buruk. Entah kenapa perasaan Andi tidak enak saat ini. Akhirnya dia memilih untuk cepat pulang.

Andi membeku di tempatnya setelah apa yang dilihat. Merasa jiwanya mati dan hancur seketika.

"Malang sekali nasibnya, gara-gara menyelamatkan anak itu dia harus kehilangan nyawanya."

"Kasian ya."

Begitulah ucapan orang-orang yang melihat kejadian tersebut.

Andi tidak terima, hatinya terasa tercabik. Istrinya telah tiada.
Sejak kejadian itu Andi sangat membenci gadis malang itu, Lia.

Apakah kejadian itu sepenuhnya salah Lia? Tidak. Mungkin memang itulah surat takdir Tuhan.

***

"Ahh... Masih sakit lagi," sambil memegang pipinya yang kena tampar.

"Bun... Lia kangen banget sama Bunda," ucap Lia sambil mengusap-usap foto milik Bundanya, Fiona.

"Ayah gak sayang lagi sama Lia Bun. Tapi Lia harus berusaha buat Ayah nerima aku lagi." Tangis Lia pecah karena terlalu merindukan Bundanya. Dia tidak bisa menahan air mata di balik pelupuk matanya.

Sudah larut malam, Lia memilih tidur. Terlalu capek. Hari ini hari yang sangat melelahkan baginya.

Baru saja Lia memejamkan matanya. Alarm sudah berbunyi. Ternyata sekarang sudahh pagi saja.

Lia bersiap-siap untuk ke sekolah. Dia beranjak dari kasurnya dan segera mandi.

"Bi, Ayah mana?" tanya Lia pada Bi Imah. Lia sudah menganggap Bi Imah seperti Ibunya sendiri. Semenjak Bundanya meninggal Bi Imah lah yang mengurus Lia.

"Barusan udah pergi ke kantor, Non," jawab Imah sambil mengoleskan selai ke roti Lia dan menaruh di piring Lia.

"Ayah udah sarapan Bi?" tanya Lia lagi sambil memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Udah kok Non, Tuan udah sarapan tadi."

"Ini non bekalnya, jangan lupa dimakan," ucap Bi Imah kepada Lia sambil memasukkan bekal itu ke dalam tas Lia. Lia yang sudah siap sarapan dan beranjak dari tempat duduknya.

"Lia pamit dulu ya Bi," ucap Lia sambil menyalim tangan Bi Imah.

"Iya Non, hati-hati, Non," ucap Bi Imah memberikan senyum kehangatan buat Lia.

Bi Imah merasa iba dengan gadis ini. Udah ditinggal Ibunya ditambah lagi Ayahnya yang tidak menganggap keberadaan Lia. Dan tidak menyayanginya.

Menyedihkan bukan?

***

Pagi hari ini cuaca terlihat cerah. Lia berjalan menyusuri koridor sekolah. SMA Satu Nusa. SMA yang paling Elit. Banyak orang yang ingin masuk ke sekolah ini. Dan tidak banyak yang beruntung.

Dengan tas yang bertengger manis di punggung Lia. Lia sesekali menyapa orang yang di kenalnya. Tak lupa senyum di wajahnya.

Lia memiliki paras yang cantik. Kulit putih, hidung mancung. Pantas banyak cowok yang menyukainya. Bagaimana tidak. Lia adalah seorang cewek idaman.

Liandra [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang