Chapter 9

356 202 624
                                    

Happy Reading 🖤🖤
.
.
.
.
.

🌺---:-----LIANDRA-----:---🌺

Andra memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat, menoleh ke sumber suara. Sedari tadi Andra berada di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya.

"Dari tadi Mama panggil, gak dijawab-jawab," ucap mamanya. Arini berjalan mendekat ke arah putranya, yang masih berada di balkon. "Ayo turun, di bawah mereka udah pada nungguin kamu. Kamu gak lapar ya?"

"APA MAH?" tanya Andra kepada Mamanya, suaranya agak keras karena dia tidak mendengarkannya. Bukannya tidak didengar tapi lebih tepatnya pura-pura tuli. Arini menatap kesal putranya itu.

"ANDRA GAK DENGAR MAH."

Arini perlahan mendekat dan menarik asal earphone yang tengah digunakan Andra.

"Makanya ini dilepas dulu, Andra! Cepetan turun ke bawah, yang lain udah pada nungguin kamu di ruang makan. Dari tadi juga dipanggilin," ucap Arini. Andra menggaruk tengkuk lehernya. Dan menyunggingkan senyumannya. Arini menghela nafas, entah sifat siapa yang mengalir di darah Andra.

"Iya-iya Mah, gak usah marah-marah napa. Udah muka Mama yang keriput tambah keriput lagi." Arini sudah merasa geram dengan Andra. Hingga tangannya kini sudah siap menjewer telinga Andra. Belum sempat tangan Arini sampai di telinga Andra. Andra sudah lebih dulu berlari keluar dari kamarnya.

"Andra! Sini kamu!"

🌺---:-----LIANDRA-----:---🌺

Lia menatap lekat wanita yang di depannya yang sekarang sudah berusia enam puluh lima tahun. Iya, dia adalah Oma Lia. Lebih tepatnya Ibunya Andi. Sungguh Lia tidak menyangka bahwa Omanya bakal datang hari ini. Dan hal itu tidak baik untuk Lia. Penderita bertambah lagi.

Anak dengan Ibu sama saja, sama-sama ingin menyiksa Lia. Mereka selalu berlaku buruk terhadap Lia. Dari sejak Lia di lahirkan, Omanya tidak pernah suka.

"Udah tau saya dateng, malah enak-enakkan ya kamu! bersantai-santai di kamar!"

"Bukan gitu, Oma."

"Jangan pernah sebut saya Oma, saya gak sudi!" gertak Oma Lia. Walaupun Lia tidak dianggap cucunya, Lia akan selalu menyayangi Omanya itu.

Lia memilih diam saja, Lia menatap nanar Omanya itu dan kembali menunduk karena tidak tahan melihat sorotan mata tajam yang dilemparkan Omanya itu terhadap Lia. Suasana pagi ini sungguh menegangkan. Ditambah lagi kedatangan Ibu dari Andi ini membuat hati Lia semakin gusar. Entah apa yang akan dilakukan Omanya ini terhadap Lia nanti. Sebelum menyiksa Lia, hatinya tidak akan tenang.

Tangan Shira sudah berkacak pinggang, "Ngapain kamu di sini, cepat beresin semua ruangan ini!" titah Shira. Dia perlahan mendekati meja yang ada di samping Lia. Lalu menyentuhkan dua jarinya di atas meja tersebut.

"Kamu gak becus jadi orang, Ini masih berdebu! Cepet beresin!"

Lia melirik sebentar meja itu. Bersih kok, tapi kenapa harus diberesin lagi. Bi Imah sudah membersihkan ruangan ini sejak tadi pagi.

"Iya Oma, bentar ya Lia ambil kemoceng dulu," ucap Lia sambil melemparkan senyum kepada Omanya itu.

Tapi yang dia dapat hanyalah tatapan jijik dari Shira.

"Gak ada kemoceng, enak aja! Pake baju kamu bersihkan. Dan ingat ya, saya akan memeriksanya kembali. Kalau sampai ada debu sebutir pun. Kamu akan saya suruh menjilat debu itu sampai habis!"

Apa pake baju? Gila kali nih orang!

Lia menghela nafas berat.

Lia menatap Shira dengan penuh makna. Mana mungkin Lia akan membantah perintah Omanya, Shira. Bisa-bisa nanti Lia dipanggang hidup-hidup sama Andi. Lia mencoba memberikan senyumnya lagi. Walaupun hatinya sungguh sakit, dia mencoba menahan semua ini. Dia menatap ke atas sebentar supaya air matanya gak jadi turun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Liandra [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang