Chapter 5

878 758 792
                                    

Happy Reading 🖤🖤
.
.
.
.
.

"Huhhh!! Dasar, batu tetaplah batu! Cowok batu! Otaknya keras banget minta di gorok." Lia berjalan tergesa-gesa sambil melirik ke kiri dan ke kanan takut nanti Hantu mengikutinya. Hahahha. Tidak lupa mulutnya komat-kamit mengumpat cowok itu, Andra.

"Eh copot, eh copot!!" Lia mengelus-elus dadanya karena kaget, tiba-tiba kucing melompat tepat di depannya entah dari mana datangnya.

"Meow!"

"Meow!"

"Meow!!"

"Terkejott aku tuhh Pus, kirain apa tadi. Sini pus, aku baik kok." Lia berjongkok dan mengelus-elus kepala kucing itu. Lia memang sangat suka dengan hewan ini, kucing. Di rumahnya juga dia memelihara dua kucing yang imut-imut.

"Meoww!!" Entah kenapa tatapan kucing itu sangat anehh. Entahlah mungkin Lia salah liat.

"Aww... sakit banget, kucing nakal!!" Kucing warna hitam itu berhasil mencakar tangan mulus Lia dan meninggal bekas cakaran.

"Huss... huss." Lia mengusir kucing tersebut, udah warnanya hitam seremm, jahat lagi.

Banyak mitos mengatakan jika bertemu dengan kucing hitam, pertanda kesialan. Tapi aku sihh gak percaya. Semoga saja Lia dijauhkan dari segala kesialan.

"Kok aku merinding yaya? Ya Tuhan... lindungi Lia," ucap Lia saking takutnya. Bulu kuduknya berdiri merinding. Jantung berdetak kuat, "Sepi lagi, gimana ini. Mana rumah aku masih jauh lagi," Lia mulai melangkahkan kakinya setelah kucing itu pergi dari hadapannya.

Tin tin!!

Tin tin!!!

"Astaga kaget aku, untung jantung aku gak copot." sontak Lia menyingkir, hampir saja jantungnya meloncat dan menatap tajam si pemilik motor itu.

"Apa!? lewat aja ngapain berhenti?" ucap Lia, ia tahu bahwa si pemilik motor itu adalah Andra walaupun dia pake helm. Lia sangat cepat mengenal orang.

"Naikk cepet!! Gue gak mau terima penolakan!" ucap cowok itu, Andra.

"Gak usahh, gue bisa jalan kaki. Gue gak mau punya banyak hutang budi sama lo!!" Sebenarnya Lia mau saja. Tapi gengsinya lebih besar. Tunggu cowok itu memintanya kembali baru Lia naik.

"Halahh, gausah jual mahal. Tadi aja lo juga minta diantarin, gue tau lo takut jalan sendirian apalagi malam-malam gini, dari raut wajah lo aja ketauan. Udah keringat dingin gitu."

"Engga kok, itu mungkin karena kecapean jalan, trus gue keringatan." Lia berkata bohong, sebenarnya yang dikatakan Andra memang benar. Lia memang takut.

"Gengsi kok dipelihara. Naik aja cepat, waktu gue terbuang sia-sia nihh."

"Dasarr aneh, tadi aja gue minta tolong buat ngantarin gak mau. Apa lagi. Gak abis pikir gue dengan jalan pikir cowok ini," batin Lia.

"Banyak mikir lo, yaudah gue tinggal nih. Gue itung sampe tiga gak naik-naik gue beneran tinggalin lo di sini ya, biar dimakan Hantu sekalian!!" Andra mencoba menakut-nakuti Lia dan berhasil. Raut wajah Lia kembali memperlihatkan ketakutannya. Tapi dia berusaha menyembunyikan.

"Satu!" Andra mulai menghitung.

"Dua!"

"Ti--!" Hitungan Andra terpotong karena gadis itu telah menaiki motornya. Andra tersenyum di balik helmnya. Karena cewek ini menurutinya.

"Yaudah, ayo gue udah naik nih."

"Bagus. Dari tadi kek."

Sebenarnya Lia masih ragu dengan cowok ini. Kadang dia baik kadang memperlihatkan sisi juteknya. Kemarin aja mereka berantem. Salah Andra sih. Andra yang salah menabrak Lia. Tapi Lia yang disalahin.

Liandra [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang