Himawari memakai tas selempangnya sebelum menyamakan langkah kaki dengan cowok di depannya. Inojin Yamanaka kini terlihat lebih menarik di mata Hima. Bagaimana tidak menarik? Dia kini memakai kemeja putih dengan celana jeans. Dia juga membawa tas yang berisikan kanvas dengan cet air yang diselempangkan satu tangan.
Inojin yang membagi tugas. Dia akan mengajar kelas melukis yang seharusnya diajari ayahnya itu di sebuah les. Sedangkan Hima yang mengantar pesanan. Yah, meski terpisah rasanya Hima ingin terus berada dekat Inojin.
Apa ini egoisnya mencintai? Entahlah. Ada banyak istilah rumit tentang cinta yang belum Hima tahu.
"Kakak nanti aku susul ke tempat les, ya!" Himawari mengembangkan senyumnya sembari melambaikan tangan. Inojin hanya melirik sekilas dari sudut mata. "Nggak usah. Lo langsung balik aja," ujarnya singkat sebelum membuka knop pintu sebuah perumahan.
Himawari memiringkan wajahnya. Makasihnya mana?
Gadis itu kembali melangkah setelah selesai memberikan pesanan dari mension Inuzuka, toko kayu, dan rumah keluarga Kaminarimon. Cukup lelah berjalan ke sana kemari, tapi demi sang pujaan hati siapa sih yang mau nolak? Dia justru senang bisa membantu. Setidaknya, pendekatan ini dapat berjalan lancar seperti yang diinginkan Hima. Ya walau, Inojin masih belum cukup peka dengan perasaan Hima.
Perlu orang tahu, dia tidak akan menyerah begitu saja. Sebelum dia sendiri yang memutuskan berhenti mengejar.
Hima menggigit bibir bawahnya ketika melihat Haru berjalan sembari menjinjing sebuah tas. Yah, sore ini pun dia terlihat memesona. Kenapa dia bisa secantik ini? Soal fisik, Hima kalah berat.
Tapi untungnya, Inojin tidak terlalu memedulikan cewek cantik atau semacamnya. Sikap. Yang Inojin suka dari seorang cewek tipenya adalah dari sikap. Tapi Hima tidak bisa memenuhi standar tipikal cewek yang Inojin inginkan.
Dia mulai insecure lagi. Hima benci perasaan seperti ini.
"Himawari!" gadis di depannya menyahut sembari melambai. Himawari tersenyum getir. "Kamu dari mana?"
"Abis antar pesanan bibit."
Gadis itu mengerutkan alis. "Bibit?"
"Iya."
"Kamu jualan bunga?" gadis itu mendekati, dia menyimpan barang bawaannya di tanah, sesekali juga dia memijat lengannya yang pegal. "Sejak kapan?"
Himawari menggeleng. "Bukan punya aku. Aku cuman bantu toko bunga Yamanaka buat antar pesanan. Kebetulan Bibi Ino nya nggak ada," jawab Hima. Gadis itu terdiam. Matanya seketika melirik ke bawah, mimiknya memacarkan sendu. Sepertinya, gadis itu baru saja teringat sesuatu.
"Bukannya, toko Yamanaka itu tokonya Bibi Ino ya, mamanya Kak Inojin?" tanya Haru tanpa mendelik Hima.
Himawari membulatkan mata, memberi atensi pada gadis di hadapannya ini. Ada rasa senang menyelinap dalam dada. Ada rasa menang yang ingin di ucapkan dengan lisan. Sayang, Hima bukan tipe cewek pamer perasaan. Makanya dia seolah-olah hanya 'membantu', tidak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
InoHima | 10 Days I Love You
Random"Kak Inojin, mau jadi pacar aku nggak?" *** Himawari Uzumaki mencintai seorang Inojin Yamanaka yang begitu disukai banyak orang. Dirinya tahu, mencintai seseorang seperti Inojin dengan sikap cenderung 'tidak peka' dan peduli adalah rasa sakitnya. Ta...