"Menempatkan diri pada rasa,
menjadi tanggung jawab tersendiri pada raga
Memang ternyata menang bukan hanya satu jalan
Tapi terkadang kita harus mengikhlaskan
Hati yang memilih pergi,
Juga merelakan yang tidak ingin tinggal."
___________________Bangun dengan perasaan senang di pagi hari cukup menyenangkan hati. Bersenandung kecil, sembari menari di kamar mandi. Entah kenapa, gadis itu mulai bersikap aneh. Selalu tersenyum tiba-tiba, bahkan tertawa seraya menggigit ibu jari. Padahal tidak ada yang sedang melucu di hadapannya. Tapi, Boruto Uzumaki sebagai --Kakak-- memaklumi apa yang terjadi pada adiknya ini.
Jatuh cinta. Dua kata itu cukup menggambarkan perasaan senang adiknya.
Gadis dengan surai indigo menggigit roti selai kacang di kursi, dengan kedua tangan mengetuk-ketuk ponselnya. Sesekali dia tersenyum.
Himawari Uzumaki
Selamat pagi, Kak!
Semalam tidur nyenyak? Pulang jam berapa kakak semalam? Dimarahin bibi ino nggak?
Kakak jadi repot-repot gara-gara aku kemarin
Makasih ya, Kak!Tidak ada balasan. Ah, mungkin ponselnya mati atau --dia lupa mengisi daya ponselnya.
"Senyum-senyum sendiri dari tadi. Kamu ngapain, Dek?" Lelaki tua bersurai kuning cepak dengan tiga guratan di kedua pipinya mengambil duduk tepat di depan Hima. Dia mengoleskan selai nanas pada rotinya, sesekali dia melirik Hima dengan tanda tanya. Gadis itu menggeleng. "Ayah kepo," katanya singkat sebelum mengunyah habis roti di tangan, kemudian berdiri dari duduk dan bergegas mandi.
Boruto menggeleng pelan. Dulu, saat dia baru jadian dengan Sarada juga seperti itu. Bertingkah layaknya orang gila yang baru menemukan arti cinta. Jujur saja, gara-gara itu Boruto selalu di marahi. Karena melupakan semua kegiatan kewajibannya.
***
Himawari Uzumaki berdiri di depan kelas 12 A. Dia melongok di balik dinding, mencari seseorang di dalam kelas. Tidak ada. Pagi ini sudah ramai, dan tumben sekali orang yang Hima cari belum datang.
Ke mana dia?
Himawari ingat dia belum menyimpan tas, akhirnya memilih kembali melangkah menuju kelas. Ponsel yang berbentuk pipih itu dia cek berkali-kali. Terkadang dia juga mengklik kontak Inojin yang tidak aktif. Ah, apa cowok itu marah karena kemarin rela kehujanan demi mengantar Hima pulang?
Yuina menepuk bahu gadis itu pelan, namun perlakuannya barusan berhasil membuat Hima terlonjak kaget. "Ngapain sih bengong liatin hape terus? Emang dia notif kamu? Nggak, kan?" Gadis dengan rambut ungu ikat dua memilih duduk di sebelah Hima. "Chatin siapa, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
InoHima | 10 Days I Love You
Random"Kak Inojin, mau jadi pacar aku nggak?" *** Himawari Uzumaki mencintai seorang Inojin Yamanaka yang begitu disukai banyak orang. Dirinya tahu, mencintai seseorang seperti Inojin dengan sikap cenderung 'tidak peka' dan peduli adalah rasa sakitnya. Ta...