Canggung. Itu satu kata yang mendeskripsikan suasana saat ini, setelah tadi sesuatu yang lembut menyentuh bibir mereka, bertaut satu sama lain. Itu bukan tindakan yang tidak di sengaja.
Inojin Yamanaka melakukannya. Membuat debaran jantung terasa lebih nyata.
"Gue ... tadi--" belum selesai berujar, Himawari Uzumaki menggebrak meja makan di halaman kedai yang sudah mulai sepi. "Lo kenapa, sih?!" tanya Inojin ketus. Lelaki itu menatap heran Hima dengan alis yang berkedut.
Hima mendengkus kesal. Rona merah itu muncul lagi di kedua pipinya. "Kenapa dibahas terus, sih?!"
"Kapan gue ngebahas terus? Orang baru tadi gue ngomong!"
"Seenggaknya jangan diingetin dong, Kak." Hima kembali duduk, dengan wajah menekuk masam dan padangan yang dipalingkan dari Inojin.
"Lo aja belum tahu apa yang mau gue omongin."
Himawari membulatkan mata. Semburat merah itu sudah tidak dapat lagi dia tutupi. Malu, mungkin iya.
Melihat keributan kecil dari meja itu membuat mereka tertawa sendiri. Bukan aneh, melainkan lucu. Shikadai dan Yuina. Dua sejoli yang mempunyai satu rencana untuk menyatukan mereka. Kenapa? Tentu saja mereka gemas. Hima dan Inojin sudah cocok, lantas kenapa tidak jadian saja?
"Nanti aku yang bilang sama Kak Inojin," Yuina terkekeh pelan dengan tangan menggenggam permen. Shikadai mengangguk dua kali. "Terus nanti Kakak yang bilang sama Hima, ya?"
"Tenang aja. Gue udah lumayan kenal Hima." Shikadai menyeruput es ocha di meja.
"Kalau mereka jadian, nanti minta imbalan. Pajak jadian!" gadis itu tertawa kecil.
Yuina ingin membantu Hima diam-diam bersama Shikadai. Dia berencana menyatukan mereka dengan rahasia yang mereka simpan masing-masing. Sebagai teman, Yuina tahu betul Hima bagaimana. Apa yang gadis itu suka, cerita sedihnya, hal memalukannya, mungkin semua dia tahu. Maka dari itu dia akan mencoba memulai dengan memberi tahu hal-hal kecil tentang Hima pada Inojin.
Begitupun sebaliknya. Shikadai dengan Hima. Menurut mereka, pasti akan seru jika keduanya sama-sama mau mengakui.
"Emang mau ngomong apa?" tanya Hima setengah sadar. Dia terlalu kepikiran ciuman yang disengaja sedari tadi. Karena itu yang pertama, dia juga tidak menyangkal Inojin akan berbuat itu padanya.
Lelaki itu mengangkat satu alis dan bertanya, "Lo katanya pernah jadi ballerina, kursus di mana?"
Deg
Lagi-lagi perasaan khawatir menghampiri. Seakan menyuruh Hima agar mengakui. Ini belum saatnya Inojin tahu. Karena Hima sadar,
Inojin benci ballerina.
Jika dia benci, kenapa Inojin mau tahu apa yang menjadi hobinya dulu? Perlukah gadis itu memberitahu agar Inojin membencinya juga karena dia dulunya seorang ballerina? Inojin benci ballerina karena satu hal yang Hima sendiri tidak mengerti kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
InoHima | 10 Days I Love You
Random"Kak Inojin, mau jadi pacar aku nggak?" *** Himawari Uzumaki mencintai seorang Inojin Yamanaka yang begitu disukai banyak orang. Dirinya tahu, mencintai seseorang seperti Inojin dengan sikap cenderung 'tidak peka' dan peduli adalah rasa sakitnya. Ta...