Festival [1]

399 57 63
                                    

Gadis itu sudah rapi dengan kimono biru langit ditambah corak bunga sakura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu sudah rapi dengan kimono biru langit ditambah corak bunga sakura. Dia memandang diri di balik pantulan cermin. Hatinya berdebar lagi. Malam-malam keliling festival berdua, bagaimana rasanya? Berpegangan tangan, mencicipi berbagai makanan bersama, melihat percikan kembang api. Ah, Himawari berandai lagi.

Tolong ingatkan dia, bahwa dia bisa jatuh kapan saja.

Tapi, ini bisa jadi namanya kencan, bukan?!

Hima merapikan letak anak rambutnya di kening, agar sedikit lebih rapi. Bibirnya kembali mengulas senyum lebar kala menyentuh kening dan mengingat kelakuan Inojin yang kadang meniup dahinya itu, membuat anak rambut Hima beterbangan.

Saat hendak berbalik arah untuk keluar, pintu kamar terbuka. Himawari menoleh dan mendapati Hinata tengah berdiri di ambang pintu. Ibunya melipat kedua tangan di dada seraya tersenyum.

"Mama dengar dari Abang, kamu lagi dekat sama anaknya Bibi Ino?" Hinata bertanya sembari berjalan pelan kemudian mengambil posisi duduk di sisi ranjang Hima.

Gadis itu membulatkan mata. "Mama tahu dari Abang?"

Hinata mengangguk, kemudian kedua matanya bergerak ke atas, sedang mengingat sesuatu. "Hm, bukan hanya itu. Waktu Mama mau simpan buku yang Abang pinjam di meja, Mama nggak sengaja baca tulisan di lembar pertama diari kamu."

Himawari kembali membulatkan mata. Dia harusnya tidak menyimpan buku itu sembarangan. Bagaimana kalau dia kena marah karena menyukai Inojin? Himawari belum boleh berpacaran karena usianya yang masih labil.

Himawari ikut duduk di sebelah Hinata. Dia membuang muka dengan sesekali matanya melirik sang Ibu. "Nggak pacaran, kok. Mama tenang aja."

Hinata Uzumaki tertawa kecil. Dia mengelus puncak kepala putrinya lembut. Dia sadar, Himawari bertolak sikap dengan Hinata. Hinata yang dulu sangat pemalu, jangankan mengungkapkan perasaan, mendekatkan diri saja tidak mau. Namun, lihat putrinya sekarang.

Himawari Uzumaki memiliki sikap percaya diri yang tinggi, ekspresif, dan memiliki intuisi yang tajam.

"Mama nggak larang Adek buat taruh hati sama siapa pun. Tapi ingat, kalau belum memiliki, jangan terlalu berharap." Hinata mencubit sebelah pipi Hima.

Gadis itu mengangguk kecil. "Mama tenang aja. Aku udah siap patah, kok!"

Hinata membulatkan mata. Walau banyak perbedaan, di lain sisi mereka juga punya persamaan. Siap patah, siap berkorban.

"Yakin?" tanya Hinata lagi. Membuat gadis itu diam dengan senyum mengembang. "Hari ini Mama juga di undang pergi ke festival Yakiniku. Bareng sama Bibi Sakura. Adek duluan aja sama Abang. Nanti Mama nyusul, oke?"

Himawari mengangguk dua kali, sebelum berpamitan pergi.

Hinata menghela napas lega. Dia berharap cinta putrinya tidak bertepuk sebelah tangan selama bertahun-tahun. Hinata juga ingin, Hima dapat memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri.

InoHima | 10 Days I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang